Sign up for PayPal and start accepting 
credit card payments instantly.
Selamat Datang di Tipitaka Pali

Google
 

Karaniya Metta Sutta

Inilah yang harus dikerjakan oleh mereka yang tangkas dalam kebaikan. Untuk mencapai Keadaan Ketenangan Ia harus mampu jujur, sungguh jujur Rendah hati, lemah lembut, tiada sombong

Karaniya Metta Sutta

Merasa puas, mudah disokong, Tiada sibuk, sederhana hidupnya, Tenang inderanya, berhati-hati, Tahu malu, tak melekat pada keluarga

Karaniya Metta Sutta

Tak berbuat kesalahan walaupun kecil yang dapat dicela oleh para Bijaksana Hendaklah ia berpikir: Semoga semua makhluk berbahagia dan tentram, Semoga semua makhluk berbahagia

Karaniya Metta Sutta

Makhluk hidup apapun juga, Yang lemah atau kuat, tanpa kecuali, Yang panjang atau besar, Yang sedang, pendek, kecil atau gemuk

Karaniya Metta Sutta

Jangan menipu orang lain, Atau menghina siapa saja, Jangan karena marah dan benci, Mengharap orang lain celaka

Thursday, September 13, 2007

VIMAMSAKA SUTTA

1--Demikianlah yang saya dengar.
Pada suatu waktu Sang Bhagava sedang berada di Jetavana, taman milik Anathapindika, Savathi. Di sana beliau berkata kepada para bhikkhu: "Para bhikkhu". "Ya, bhante", jawab para bhikkhu. Selanjutnya Sang Bhagava berkata:

2.--"Para bhikkhu, bila seorang, bhikkhu menjadi penyelidik (penilai) yang mempunyai pengetahuan tentang (cara menilai) keadaan batin orang lain. Sebaliknya dia melaksanakan penilaian terhadap Sang Tathagata untuk mengetahui apakah Sang Tathagata sudah mencapai Penerangan Sempurna".

3--"Bhante, pelajaran Dhamma kami berasal, dituntun dan berpusat pada bhante, alangkah baiknya hal ini terpikir (diutarakan) oleh Bhante. Setelah mendengar hal ini dari bhante, kami akan mengingatnya".
"Dengar para bhikkhu dan perhatikan baik-baik yang akan Saya katakan'.
"Ya, bhante", jawab para bhikkhu. Kemudian Sang Bhagava berkata:

4.--"Para bhikkhu, bila seorang bhikkhu menjadi penyelidik (vimamsaka) yang mempunyai pengetahuan tentang (cara menilai/mengukur) keadaan hatin orang lain, Sang Tathagata seharusnya diselidiki berkenaan dengan dua macam Dhamma: yakni pengertian Dhamma yang diperoleh melalui mata dan telinga 'Apakah Dhamnia Sang Tathagata diketahui melalui mata dan telinga adalah telah dikotori atau tidak?' Ketika ia menyelidiki, ia mengetahui bahwa dhamma itu tidak dikotori.

5.--Dengan pengetahuan itu ia melanjutkan penyelidikan: 'Apakah dhamma Tathagata dhamma yang diketahui melalui mata dan telinga adalah dicampuri atau tidak ?' Ketika ia menyelidiki, ia mengetahui bahwa dhamma itu tidak dicampuri.

6.--Dengan pengetahuan itu ia melanjutkan penyelidikan: 'Apakah dhamma Tathagata yang diketahui melalui mata dan telinga adalah bersih atau tidak'. Ketika ia menyelidiki, ia mengetahui bahwa dhamma itu bersih.

7.--Dengan pengetahuan itu ia melanjutkan penyelidikan: 'Apakah bhikkhu ini telah lama menguasai kusala dhamma ini atau baru saja dikuasai'. Ketika ia menyelidiki, ia mengetahui bahwa dhamma telah lama dikuasai, bukan baru saja dikuasai.

8--Dengan pengetahuan itu ia melanjutkan 'penyelidikan: 'Apakah bhikkhu ini terkenal, ia termasyur ? Apakah ada bahaya tertentu berhubungan dengannya?' Karena selama seorang bhikkhu belum terkenal dan belum termasyur, bahaya sehubungan dengan hal ini belum ada padanya, tetapi segera setelah ia memiliki kemasyuran, maka bahagia ada padanya. Ketika ia menyelidiki, ia mengetahui bahwa bhikkhu telah terkenal dan termasyur tetapi tidak ada bahaya yang berhubungan dengan hal ini yang ada padanya.

9.--Dengan pengetahuan itu ia melanjutkan penyelidikan: 'Apakah bhikkhu ini mengendalikan diri dengan keras sekali, bukan mengendalikan diri karena takut, ia tidak memuaskan nafsu keinginannya karena ia tidak memiliki nafsu atau telah melenyapkan nafsu ?' Ketika ia menyelidiki, ia mengetahui bahwa bhikkhu itu mengendalikan diri bukan karena takut dan tidak memuaskan nafsu keinginan karena telah melenyapkan nafsu.

10--Jikalau orang lain bertanya pada bhikkhu itu: 'Apa buktinya dan apa kesimpulannya bilamana bhikkhu itu melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang ia katakan ?' Segera ia menjawab: 'Apakah bhikkhu itu tinggal bersama sangha atau sendirian, mungkin di antara mereka ada yang berperilaku tidak baik; ada- beberapa yang mengajar sekelompok, ada beberapa yang menunjukkan bahwa mercka masih mementingkan materi, beberapa yang ' tidak ternoda oleh materi, namun bhikkhu itu tidak memandang rendah kepada siapapun. Hal ini telah saya dengar dan pelajari dari mulut Sang Bhagava sendiri yaitu: 'Saya mengendalikan diri dengan keras sekali dan bukan mengendalikan diri karena takut, dan saya tidak memuaskan keinginan indera karena saya tak memiliki nafsu tetapi karena nafsu keinginan telah dilenyapkan'.

11--'Para bhikkhu, mengenai hal itu, Tathagata harus ditanya lebih lanjut: 'Apakah dalam dhamma Tathagata yang diketabui dengan mata dan telinga adalah dikotori atau tidak?' Ketika menjawab, ia akan menjawab dhamma itu tidak dikotori.

12.--Mengenai pertanyaan: 'Apakah dalam dhamma Tathagata yang diketahui dengan mata dan telinga adalah dicampuri atau tidak ? Menjawab pertanyaan ini, ia menjawab bahwa dhamma adalah bersih.

13.--Mengenai pertanyaan: 'Apakah dalam dhamma Tathagata yang diketahui dengan mata dan telinga adalah bersih atau tidak ?' Menjawab pertanyaan ini, ia menjawab bahwa dhamma adalah bersih.

14--Ia juga akan berkata: 'Selama saya ada dalam lingkungan-Ku dan jajaran-Ku, saya jauh dari hal-hal itu'.

15--Guru yang berkata seperti ini layak untuk ditemui oleh siswa guna mendengar dhamma. Guru mengajar dhamma segera bertahap dari saru tingkat ke tingkat lain yang lebih tinggi, dengan dhamma yang ,-clap maupun lawannya yang terang. Sesuai dengan dhamma yang diajarkan oleh guru, seorang bhikkhu dengan cara ini ia segera mengetahui beberapa dhamma 9 yaitu jalan diantara dhamma-dhamma dari dhamma hingga ia mencapai tujuan. Saya berkeyakinan pada 'Sang Bhagava telah inencapai penerangan sempurna, Dhamma dibabarkan dengan sempurna, Sangha telah bertindak dengan baik'.

16--Jikalau orang lain bertanya pada bhikkhu itu: 'Apa buktinya dan apa kesimpulannya bilamana bhikkhu itu berbuat seperti yang ia katakan?' Segera ia menjawab dengan jawaban: 'Para Avuso, saya telah menemui Sang Bhagava untuk mendengar dhamma. Sang Guru mengajar dhamma secara bertahap dari satu tingkat ke tingkat yang lebih tinggi, dengan dhamma yang gelap maupun lawannya yang terang. Sesuai dengan apa yang diajarkan-Nya, saya segera mengetahui pada sekarang ini dhamma-dhamma tertentu (yaitu jalan) di antara dhamma-dhamma dari dhamma, dan saya mencapai tujuanku. Saya berkeyakinan pada Guru: 'Sang Bhagava telah mencapai penerangan sempurna, dhamma telah dibabarkan dengan sempurna, Sangha telah bertindak baik'.

17.--Para bhikkhu, ketika seseorang yakin kepada Tathagata, ia memiliki bukti-bukti ini, kata-kata dan ungkapan-ungkapan ini yang telah ditanam, untuk berakar dan mantap, maka keyakinannya disebut disokong oleh bukti, berakar pada penglihatan, suara dan tidak terkalahkan oleh petapa, brahmana, dewa, mara, brahma atau siapa pun di dunia ini. Itulah bagaimana menyelidiki Tathagata sesuai dengan Dhamma, bagaimana Tathagata diperiksa dengan baik sesuai dengan Dhamma'. Itulah yang dikatakan Sang Bhagava. Para bhikkhu menjadi puas dan gembira karena kata-kata Sang Bhagava.

MAHADHAMMASAMADANA SUTTA

Demikian telah saya dengar : Pada suatu ketika Sang Bhagava sedang berdiam di dekat Savatthi di hutan Jeta di vihara milik Anathapindika. Saat berada di sana Sang Bhagava berkata kepada para bhikkhu : "Duhai para bhikkhu." "Yang Mulia," jawab para bhikkhu. Sang Bhagava berka¬ta demikian:

"Para bhikkhu, kebanyakan dari makhluk-makhluk berharap seperti ini, menginginkan seperti ini, berkehendak seperti ini: 'O semoga hal-hal yang tidak menyenangkan, tidak mengenakkan, tidak disukai dapat lenyap. O semoga hal-hal yang menyenangkan, yang mengenak¬kan, yang disukai dapat berkembang'. Para bhikkhu, hal-hal yang tidak menyenangkan, tidak mengenakkan, tidak disukai akan muncul dalam diri makhluk-makhluk yang memiliki kehendak seperti ini; hal-hal yang menyenangkan, yang mengenakkan, yang disukai akan lenyap. Terhadap hal ini para bhikkhu, apakah kiranya yang menjadi sebabnya ?"

[310] "Hal-hal pada diri kami 1, Sang Bhagava, berasal dari Sang Bhagava, tersalurkan melalui Sang Bhagava, dan Sang Bhagava sebagai penengah 2. Alangkah baiknya, Sang Bhagava, apabila arti perkataan dari Sang Bhagava dapat dijelaskan; bila telah mendengar hal ini, para bhikkhu akan mengingatnya."

"Baiklah, para bhikkhu, dengarkanlah, perhatikanlah dengan sungguh-sungguh, Aku akan berbicara."

"Baiklah, Sang Bhagava," jawab para bhikkhu serempak. Sang Bhagava berkata demikian:

"Dalam hal ini, para bhikkhu, seorang awam yang tidak terlatih, yang tidak memperhatikan hal-hal yang suci, yang tidak cakap dalam dhamma yang suci, yang tidak terlatih dalam dhamma yang suci, yang tidak memperhatikan orang-orang suci, yang tidak terlatih dalam dhamma orang-orang suci, tidak akan mengetahui hal-hal yang harus diikutinya, tidak akan mengetahui hal-hal yang harus dihindarinya, tidak akan mengetahui hal-hal yang harus dikenalinya, tidak akan mengetahui hal-hal yang harus dijauhinya. Karena tidak mengetahui hal-hal yang harus diikutinya ... yang harus dihindarinya ... yang harus dikenalinya, karena tidak mengetahui hal-hal yang harus dijauhinya, ia mengikuti hal-hal yang seharusnya dihindari, ia mengenal hal-hal yang seharusnya dihindari, ia tidak mengenal hal-hal yang harus dikenal. Saat ia mengiku¬ti hal-hal yang seharusnya dihindari, saat ia tidak mengikuti hal-hal yang seharusnya diikuti, saat ia mengenal hal-hal yang seharusnya di¬jauhi, saat ia menjauhi hal-hal yang seharusnya dikenal, maka hal-hal yang tidak menyenangkan, yang tidak mengenakkan, yang tidak disukai akan muncul, sementara hal-hal yang menyenangkan, yang mengenak¬kan, yang disukai akan lenyap. Apakah kiranya yang menjadi penyebab¬nya ? Hal ini dimungkinkan, para bhikkhu, dalam diri seorang yang bodoh. 3

Akan tetapi, para bhikkhu, seorang siswa yang terlatih dalam hal-hal suci, yang memperhatikan dhamma yang suci, yang cakap dalam dhamma yang suci, yang terlatih baik dalam dhamma yang suci, yang memperhatikan orang-orang suci, yang cakap dalam dhamma orang-orang yang suci, yang terlatih baik dalam dhamma orang-orang suci, akan mengetahui hal-hal yang seharusnya diikutinya ... yang seharusnya dihindarinya ... yang seharusnya dikenalnya, akan mengetahui hal-hal yang harus dijauhinya. Setelah mengetahui hal-hal yang seharusnya diikuti ... yang seharusnya dihindari ... yang seharusnya diketahui ... yang seharusnya dijauhi, ia akan mengikuti hal-hal yang seharusnya diikuti, akan menghindari hal-hal yang seharusnya dihindari, akan menjauhi hal-hal yang seharusnya dijauhi, akan mengetahui hal-hal yang seharusnya diketahui. Bila ia menjauhi hal-hal yang seharusnya dijauhi, bila ia mengikuti hal-hal yang seharusnya diikuti, bila ia menghindari hal-hal yang seharusnya dihindari, bila ia mengenal hal-hal yang seha¬rusnya dikenal, maka hal-hal yang tidak menyenangkan, yang tidak mengenakkan, yang tidak disukai akan lenyap, sementara itu hal-hal yang menyenangkan, yang mengenakkan, yang disukai akan tumbuh berkembang. Apakah kiranya yang menjadi penyebabnya ? Hal ini dimungkinkan, para bhikkhu, dalam diri seseorang yang bijaksana.

Para bhikkhu, ada empat (cara untuk) melaksanakan dhamma. 4 Apakah keempat cara itu ? Para bhikkhu, ada pelaksanaan dhamma yang akan menyebabkan penderitaan baik di saat ini maupun menyebabkan penderitaan di saat mendatang. Para bhikkhu, ada [311] pelaksanaan dhamma yang akan menyebabkan kebahagiaan di saat ini tetapi menye¬babkan penderitaan di saat mendatang. Para bhikkhu, ada pelaksanaan dhamma yang menyebabkan penderitaan di saat ini tetapi menyebabkan kebahagiaan di saat mendatang. Para bhikkhu, ada pelaksanaan dhamma yang menyebabkan kebahagiaan di saat ini tapi juga menyebabkan kebahagiaan di saat mendatang.

Terhadap hal ini, para bhikkhu, bahwa pelaksanaan dhamma 5 yang menyebabkan penderitaan di saat ini dan juga menyebabkan pender¬itaan di saat mendatang; bila seseorang itu bodoh dan tidak mengetahui tentang hal ini, maka ia tidak akan mengerti hal itu sesungguhnya: Inilah pelaksanaan dhamma yang menyebabkan penderitaan di saat ini dan juga penderitaan di masa mendatang. Karena bodoh dan tidak mengetahui tentang hal ini, serta tidak mengerti hal itu sesungguhnya, ia mengikuti¬nya, ia tidak menghindarinya. Saat ia mengikuti hal itu, dan tidak menghindarinya, maka hal-hal yang tidak menyenangkan, yang tidak mengenakkan, yang tidak disukai akan berkembang, sementara hal-hal yang menyenangkan, yang mengenakkan, yang disukai akan lenyap. Apakah kiranya yang menjadi penyebabnya ? Hal itu dimungkinkan, para bhikkhu, dalam diri seseorang yang bodoh tentang hal ini.

Tentang hal ini, para bhikkhu, bahwa pelaksanaan dhamma yang menimbulkan kebahagiaan di saat ini tetapi menghasilkan penderitaan di saat mendatang: bila seseorang itu bodoh dan tidak mengetahui hal ini, ia tidak mengerti hal itu sesungguhnya: Inilah pelaksanaan dhamma yang menimbulkan kebahagiaan di saat ini tetapi menimbulkan penderitaan di saat mendatang. Saat ia tidak mengikuti hal ini ... hal-hal yang menye¬nangkan, yang mengenakkan, yang disukai akan lenyap. Apakah kiranya yang menjadi penyebabnya ? Hal ini dimungkinkan, para bhikkhu, dalam diri seseorang yang bodoh tentang hal ini.

Terhadap hal ini, para bhikkhu, bahwa pelaksanaan dhamma yang menyebabkan penderitaan di saat ini tetapi menghasilkan kebahagiaan di masa mendatang; bila seseorang itu bodoh dan tidak mengetahui tentang hal ini, maka ia tidak akan mengerti hal itu sesungguhnya: Inilah pelak¬sanaan dhamma yang menyebabkan penderitaan di masa ini tetapi menimbulkan kebahagiaan di masa mendatang. Karena bodoh dan tidak mengetahui tentang hal ini, serta tidak mengerti hal itu sesungguhnya, ia tidak mengikuti hal ini, ia menghindarinya. Saat ia tidak mengikuti hal tersebut, dan menghindarinya, maka hal-hal yang tidak menyenangkan, yang tidak mengenakkan, yang tidak disukai akan berkembang, sementa¬ra hal-hal yang menyenangkan, yang mengenakkan, yang disukai akan lenyap. Apakah kiranya yang menjadi penyebabnya ? Hal ini dimungkin¬kan, para bhikkhu, dalam diri seseorang yang bodoh tentang hal ini.

Terhadap hal ini, para bhikkhu, bahwa pelaksanaan dhamma yang menyebabkan kebahagiaan pada saat ini dan juga menyebabkan kebaha¬giaan di masa mendatang; bila seseorang itu bodoh dan tidak mengetahui tentang hal ini, maka ia tidak akan mengerti hal itu sesungguhnya: Inilah pelaksanaan dhamma yang menyebabkan kebahagiaan di saat ini dan juga menghasilkan kebahagiaan di saat mendatang. Karena bodoh ... ia tidak mengikuti hal itu, ia menghindarinya. Saat ia tidak mengikuti hal terse¬but, dan menghindarinya, [312] maka hal-hal yang tidak menyenang¬kan, yang tidak mengenakkan, yang tidak disukai akan berkembang, sementara hal-hal yang menyenangkan, yang mengenakkan, yang disukai akan lenyap. Apakah kiranya yang menjadi penyebabnya ? Hal ini dimungkinkan, para bhikkhu, dalam diri seseorang yang bodoh tentang hal ini.

Terhadap hal ini, para bhikkhu, bahwa pelaksanaan dhamma yang menyebabkan penderitaan di saat ini dan juga menghasilkan penderitaan di masa mendatang; bila seseorang itu dapat mengerti serta bijaksana, maka ia akan mengerti hal itu sesungguhnya: Inilah pelaksanaan dhamma yang menyebabkan penderitaan di saat ini dan juga menghasilkan pender¬itaan di masa mendatang. Karena dapat mengerti serta bijaksana tentang hal ini, serta mengerti hal itu sesungguhnya, ia tidak mengikutinya, ia menghindarinya. Saat ia tidak mengikuti hal itu, serta menghindarinya, maka hal-hal yang tidak menyenangkan, yang tidak mengenakkan, yang tidak disukai, akan lenyap, sementara hal-hal yang menyenangkan, yang mengenakkan, yang disukai akan berkembang. Apakah kiranya yang menjadi penyebabnya ? Hal ini dimungkinkan, para bhikkhu, dalam diri seseorang yang mengerti tentang hal ini.

Terhadap hal ini, para bhikkhu, bahwa pelaksanaan dhamma yang menyebabkan kebahagiaan dalam saat ini tetapi menghasilkan penderi¬taan di masa mendatang; bila seseorang itu mengerti serta bijaksana tentang hal ini, maka ia mengerti hal itu sesungguhnya; Inilah pelaksa¬naan dhamma yang menyebabkan kebahagiaan di saat ini tetapi mengha¬silkan penderitaan di saat mendatang. Karena dapat mengerti serta bijak¬sana tentang hal ini ... hal-hal yang menyenangkan, yang mengenakkan, yang disukai akan berkembang. Apakah kiranya yang menjadi penyebab¬nya ? Hal ini dimungkinkan, para bhikkhu, dalam diri seseorang yang mengerti tentang hal ini.

Terhadap hal ini, para bhikkhu, bahwa pelaksanaan dhamma yang menyebabkan penderitaan di saat ini, tetapi menghasilkan kebahagiaan di saat mendatang; bila seseorang itu dapat mengerti serta bijaksana tentang hal ini, maka ia mengerti hal itu sesungguhnya: Inilah pelaksanaan dhamma yang menyebabkan penderitaan di saat ini tetapi menghasilkan kebahagiaan di masa mendatang. Karena mengerti serta bijaksana tentang hal ini, serta mengerti hal itu sesungguhnya, ia mengikutinya, ia tidak menghindarinya. Saat ia mengikuti hal itu, serta tidak menghindarinya, maka hal-hal yang tidak menyenangkan, yang tidak mengenakkan, yang tidak disukai akan lenyap, sementara itu hal-hal yang menyenangkan, yang mengenakkan, yang disukai akan berkembang. Apakah kiranya yang menjadi penyebabnya ? Hal ini dimungkinkan, para bhikkhu, dalam diri seseorang yang dapat mengerti tentang hal ini.

Terhadap hal ini, para bhikkhu, bahwa pelaksanaan dhamma yang menyebabkan kebahagiaan di saat ini serta juga menghasilkan kebaha¬giaan di saat mendatang; bila seseorang itu dapat mengerti serta bijaksa¬na tentang hal ini, maka ia akan mengerti hal itu sesungguhnya: Inilah pelaksanaan dhamma yang menyebabkan kebahagiaan di saat ini serta juga menghasilkan kebahagiaan di saat mendatang. Karena dapat menger¬ti serta bijaksana tentang hal ini ... hal-hal yang menyenangkan, yang mengenakkan, yang disukai akan berkembang. Apakah kiranya yang menjadi penyebabnya ? Hal ini dimungkinkan, para bhikkhu, dalam diri seseorang yang dapat mengerti tentang hal ini.
[313] Dan apakah, para bhikkhu, yang merupakan pelaksanaan dhamma yang menyebabkan penderitaan di saat ini dan menghasilkan penderitaan di saat mendatang ? Dalam hal ini, para bhikkhu, seseorang, walaupun menderita, walaupun berduka, akan membantai makhluk hidup; dan karena pembantaian terhadap makhluk hidup itulah ia mengalami pender¬itaan dan duka. Walaupun mengalami penderitaan, walaupun mengalami duka, ia mengambil apa yang tidak diberikan dan karena mengambil apa yang tidak diberikan itulah ia mengalami penderitaan dan duka. Walau¬pun mengalami penderitaan, walaupun mengalami duka, ia berkelakuan salah dalam kenikmatan inderawi ... ia menjadi pembohong ... pemfitnah ... berbicara kasar ... omong kosong ... ia menjadi iri hati ... berkeinginan jahat ... memiliki pandangan salah; dan karena pandangan salahnya ia mengalami penderitaan dan duka. Ia, setelah tubuhnya hancur dalam kematian, akan terlahir kembali di alam menyedihkan, tempat yang tidak menyenangkan, neraka Niraya yang dalam. Inilah para bhikkhu, yang dikatakan sebagai pelaksanaan dhamma yang menyebab¬kan penderitaan di saat ini dan juga menghasilkan penderitaan di saat mendatang.

Dan apakah, para bhikkhu, yang merupakan pelaksanaan dhamma yang menyebabkan kebahagiaan di saat ini tapi menghasilkan penderitaan di masa mendatang ? Dalam hal ini, para bhikkhu, seseorang, walaupun berbahagia, walaupun bergembira, akan membantai makhluk hidup; dan karena pembantaian terhadap makhluk hidup itulah ia mengalami keba¬hagiaan dan kegembiraan. Walaupun berbahagia, walaupun bergembira, ia mengambil apa yang tidak diberikan ... berkelakuan salah dalam kenikmatan inderawi ... ia menjadi pembohong ... pemfitnah ... [314] ... berbicara kasar ... omong kosong ... iri hati ... berkeinginan jahat ... memiliki pandangan salah; dan karena pandangan salahnya ia mengalami kebahagiaan dan kegembiraan. Ia, setelah tubuhnya hancur dalam kema¬tian, akan terlahir kembali di alam menyedihkan, tempat yang tidak menyenangkan, neraka Niraya yang dalam. Inilah, para bhikkhu, yang dikatakan sebagai pelaksanaan dhamma yang menyebabkan kebahagiaan di saat ini tetapi menghasilkan penderitaan di saat mendatang.

Dan apakah, para bhikkhu, yang merupakan pelaksanaan dhamma yang menyebabkan penderitaan di saat ini tetapi menghasilkan kebaha¬giaan di masa mendatang ? Dalam hal ini, para bhikkhu, seseorang walaupun menderita, walaupun berduka, tetapi ia menjauhkan diri dari pembantaian makhluk hidup; dan karena ia menjauhkan diri dari pem¬bantaian makhluk hidup, ia mengalami penderitaan dan duka. Walaupun menderita, walaupun berduka, ia adalah orang yang menjauhkan diri dari mengambil apa yang tidak diberikan ... yang menjauhkan diri dari kelakuan salah dalam kenikmatan inderawi ... yang menjauhkan diri dari kebohongan ... fitnah ... dari berbicara kasar ... dari omong kosong ... ia adalah orang yang tidak iri hati ... tidak berkehendak jahat dalam pikiran ... [315] ... yang berpandangan benar; dan karena pandangan benarnya ia menderita dan berduka. Ia, setelah tubuhnya hancur dalam kematian, akan terlahir di tempat yang menyenangkan, di surga. Inilah, para bhikkhu, yang disebut sebagai pelaksanaan dhamma yang menye¬babkan penderitaan saat ini tetapi menghasilkan kebahagiaan di saat mendatang.

Dan apakah, para bhikkhu, yang merupakan pelaksanaan dhamma yang menyebabkan kebahagiaan pada saat ini dan juga menghasilkan kebahagiaan di saat mendatang ? Dalam hal ini, para bhikkhu, seseorang, walaupun berbahagia, walaupun bergembira, adalah orang yang men¬jauhkan diri dari pembantaian makhluk hidup; dan karena menjauhkan diri dari pembantaian terhadap makhluk hidup ia berbahagia dan ber-gembira. Walaupun berbahagia, walaupun bergembira, ia menjauhkan diri dari mengambil apa yang tidak diberikan ... dari kelakuan salah dalam kenikmatan inderawi ... dari berbohong ... dari fitnah ... dari perkataan kasar ... dari omong kosong ... ia tidak iri hati ... tidak berke¬hendak jahat .... Walaupun berbahagia, walaupun bergembira, ia memi¬liki pandangan benar; dan karena pandangan benarnya ia berbahagia dan bergembira. Ia, setelah tubuhnya hancur dalam kematian, akan terlahir kembali di alam yang menyenangkan, di surga. Inilah, para bhikkhu, yang dikatakan sebagai pelaksanaan dhamma yang menyebabkan kebaha¬giaan di saat ini dan juga menghasilkan kebahagiaan di saat mendatang. Hal-hal inilah, para bhikkhu, yang merupakan empat cara pelaksanaan dhamma.

Para bhikkhu, ibaratkan terdapat buah labu pahit yang memiliki racun. Kemudian seseorang datang, berkeinginan kuat untuk hidup, berkeinginan kuat untuk tidak mati, berkeinginan kuat untuk berbahagia, dan menghindari penderitaan, kemudian seseorang lainnya berkata kepadanya demikian: 'Buah labu pahit ini memiliki racun; kalau engkau suka, makanlah; [316] tetapi saat engkau memakannya, buah itu tidak akan membahagiakan dirimu dengan warnanya, aromanya, tidak juga dengan rasanya, dan setelah engkau memakannya, engkau akan mati atau menderita laksana akan mati.' Orang itu makan tanpa memperhatikan orang yang menasehatinya itu, ia akan tetap memakannya. Saat ia makan, ia tidak akan merasa bahagia baik terhadap warna, aroma, atau¬pun rasanya, dan setelah ia makan ia akan mati ataupun menderita laksa¬na akan mati. Aku, para bhikkhu, menyatakan bahwa pelaksanaan dhamma ini adalah sama, yaitu pelaksanaan dhamma yang menimbulkan penderitaan di saat ini dan juga menghasilkan penderitaan di saat menda¬tang.

Para bhikkhu, ibaratkan terdapat minuman dalam tempat minum6 yang memiliki warna, aroma dan rasa, tetapi memiliki racun di dalam¬nya. Kemudian seseorang datang, berkeinginan kuat untuk hidup, berke¬inginan kuat untuk tidak mati, berkeinginan kuat untuk berbahagia, dan menghindari penderitaan 7, kemudian seseorang lainnya berkata kepada¬nya demikian: 'Temanku yang baik, dalam tempat minum ini terdapat minumam yang memiliki warna, aroma, dan rasa, tapi memiliki racun di dalamnya. Bila engkau suka, minumlah; dan saat engkau meminumnya, engkau akan merasa berbahagia dengan warna, aroma, dan rasanya, akan tetapi setelah engkau meminumnya, engkau akan mati ataupun menderita laksana akan mati.' Orang itu minum tanpa memperhatikan orang yang menasehatinya itu, ia akan tetap meminumnya. Saat ia minum, ia akan merasa bahagia dengan warna, aroma, dan rasanya, akan tetapi setelah ia minum ia akan mati ataupun menderita laksana mati. Aku, para bhikkhu, menyatakan bahwa pelaksanaan dhamma ini adalah sama, yaitu pelaksa¬naan dhamma yang menimbulkan kebahagiaan di saat ini tetapi mengha¬silkan penderitaan di saat mendatang.

Para bhikkhu, ibaratkan terdapat air kencing yang dicampurkan ke dalam berbagai jenis obat-obatan 8. Kemudian seseorang yang mende¬rita sakit kuning datang, dan seseorang lainnya berkata kepadanya demi¬kian: 'Temanku yang baik, ini adalah air kencing yang dicampur dengan obat-obatan. Bila engkau suka, minumlah, tetapi saat engkau meminum¬nya, engkau tidak akan senang dengan warna, aroma maupun rasanya, tetapi setelah meminumnya engkau akan sembuh.' Orang itu minum setelah memperhatikan orang itu, ia tetap meminumnya. Saat ia minum, ia tidak akan merasa senang dengan warna, aroma, ataupun rasanya, tetapi setelah minum, ia sembuh. Aku, para bhikkhu, menyatakan bahwa pelaksanaan dhamma ini adalah sama, yaitu bahwa pelaksanaan dhamma yang menimbulkan penderitaan di saat ini, tetapi menghasilkan kebaha¬giaan di saat mendatang.

Para bhikkhu, ibaratkan terdapat susu, madu, dan minyak serta gula yang dicampur jadi satu. Kemudian seseorang yang menderita disen¬tri datang, dan seseorang lainnya berkata kepadanya: 'Temanku yang baik, [317] ini adalah susu, madu, dan minyak serta gula yang dicampur jadi satu. Bila engkau suka, minumlah; saat engkau meminumnya, engkau akan merasa berbahagia dengan warna, aroma, dan rasanya; dan setelah engkau minum, engkau akan sembuh.' Orang itu minum setelah memperhatikan orang yang memberi nasehat itu, ia tetap meminumnya. Saat ia minum, ia akan merasa berbahagia dengan warna, aroma, dan rasanya dan setelah minum, ia sembuh. Aku, para bhikkhu, menyatakan bahwa pelaksanaan dhamma ini adalah sama, yaitu pelaksanaan dhamma yang menimbulkan kebahagiaan saat ini dan juga menyebabkan kebaha¬giaan di saat mendatang.

Para bhikkhu, seperti halnya 9 bulan terakhir dari musim hujan, pada saat panen ketika langit cerah tanpa awan, dan mentari yang muncul di cakrawala serta mengusir kegelapan dari seluruh langit, yang bersinar serta terang dan cemerlang - kendatipun demikian, para bhikkhu, inilah pelaksanaan dhamma yang menimbulkan kebahagiaan di saat ini dan menghasilkan kebahagiaan di saat mendatang, karena setelah menghapus ajaran-ajaran yang berlawanan dari para pertapa dan brahmana biasa, ia akan bersinar serta terang dan cemerlang."

Demikianlah yang disabdakan oleh Sang Bhagava. Para bhikkhu bergembira dan berbahagia dalam apa yang telah dibabarkan oleh Sang Bhagava.

-----------------------------------------------------------------
1. Seperti pada M.i.317, 465, iii.115; A.i.199, iv.158, 351, v.355.
2. Bhagavanpatisarana; bandingkan dengan M.iii.9 dhammapatisarana, dan M.i.295 mano patisarana.
3. Makhluk yang bodoh dan buta, MA.ii.375.
4. Bandingkan dengan di atas, halaman 368.
5. Tidak melaksanakan Pancasila; MA.ii.375, yang didasarkan pada naskah halaman 313 di bawah.
6. Bandingkan S.ii.110.
7. Seperti pada M.ii.261; S.v.170.
8. Vin.i.58, 96; It. halaman 103.
9. S.iii.156, v.44; It. halaman 20.

CULADHAMMASADANA SUTTA

Pada umumnya yang pertama dihubungkan dengan kehidupan ibu rumah tangga dan yang kedua dengan pertapa extrim. Tapi dalam sejarah keagamaan baik di India maupun dimana saja, sudah ada kecendrungan beberapa pendeta memahami doktrin-doktrin yang menyatakan bahwa hubungan seksual adalah jalan menuju kebebasan. Dari Sutta ini kita mengetahui betapa menariknya dan berbahaya¬nya, bagaikan seseorang yang berusaha memperoleh kue dan memakannya. Semua pribadi yang mengalami dan melaksanakannya digambarkan dengan jelas di dalam Sutta ini. Belakangan mereka tetap megikuti ajaran Buddha dalam jubah aliran TANTRA dan merupakan salah satu penyebab runtuhnya ajaran Buddha di India. Ajaram-ajaran tersebut terdapat dalam dokumen-dokumen dimana bahasanya minimal mengandung dua arti, yang selalu bertentangan dengan semua ajaran baik (walau¬pun dokumen-dokumen tersebut dianggap mengandung arti tersirat yang belum dikenal), mendorong orang yang ingin menutupi nafsu birahi mereka dengan jubah keagamaan yang hanya mengarah pada kerusakan. Ketika aliran TANTRA tumbuh, sebenarnya telah diikuti dengan kerusakan. Sekali sebagian besar masyarakat terpengaruh ajaran tersebut (baik dimengerti dengan baik ataupun salah) kehan¬curan negara tersebut sudah dapat dipastikan. Hanya dengan menjalankan Dhamma, rakyat akan terlindungi, sehingga negara yang berdasarkan sila (pengetahuan moral) tidak dapat dipandang enteng.

SUTTA 45
SEPERTI YANG SAYA DENGARKAN :

Pada suatu ketika Sang Buddha sedang tinggal di Savatthi dalam Taman Anathapindika, Hutan Jeta, berkata kepada para Bikkhu demikian :
Ada 4 cara menjalankan Dhamma :
1. Menjalankan Dhamma dengan cara yang menyenangkan dan matang dimasa depan sebagai penderitaan.
2. Menjalankan Dhamma dengan penuh penderitaan dan matang dimasa depan seba¬gai penderitaan.
3. Menjalankan Dhamma dengan penuh penderitaan dan matang dimasa depan seba¬gai kebahagiaan.
4. Menjalankan Dhamma dengan cara yang menyenangkan dan matang di masa depan sebagai kebahagiaan.
1. Apa yang dimaksud dengan menjalankan Dhamma dengan cara yang menyenangkan dan matang di masa depan sebagai penderitaan ?
Para bhikku, ada pendeta-pendeta dan orang hebat yang mempunyai teori dan pandangan, "Tidak ada ruginya dengan keinginan sexual " dan mereka menik¬mati keinginan sexual mereka dengan mengalihkan diri mereka kepada wanita pengembara berturban. Mereka berkata begini : "Apa yang dilakukan dan dikhay¬alkan para pendeta dan orang hebat tersebut". Mereka melihat ketakutan masa depan dari keinginan nafsu dan menyatakan meninggalkan keinginan dan pengeta¬huan mengenai keinginan nafsu tersebut.
"Sentuhan pelukan wanita pengembara yang lembut menyenangkan", dan mereka menikmatinya. Akibatnya setelah meninggal mereka kembali muncul dengan nasib jelek, dalam keadaan menderita, rusak total, bahkan di neraka mereka merasakan kesakitan, tersiksa dan tertusuk-tusuk. Mereka mengatakan : "Inilah yang dikatakan oleh para pendeta dan orang hebat sebagai ketakutan dimasa depan dari akibat keinginan nafsu tersebut sehingga berusaha untuk menghind-arinya.
Diumpamakan juga akhir bulan musim panas tanaman kacang (Maluva) meledak pecah dan bijinya jatuh didekat pohon Sala : kemudian seorang dewa yang ting¬gal dipohon tersebut terkejut dan curiga serta ketakutan; tapi teman dan saudaranya (dewa taman, kebun, pohon, jamur, rumput dan hutan belantara) menghiburnya dengan berkata begini : "Dewa tidak mempunyai rasa takut, karema orang baik tidak mempunyai rasa takut. Mungkin saja biji maluva tersebut dimakan oleh makhluk lainnya (seekor unggas, binatang buas, semut putih, manusia) atau bahkan tidak menjadi bibit." Namun dewa tersebut berpikir : "Apakah teman dan saudaranya akan tetap menghiburnya seperti apa yang mereka katakan ? Apabila yang terjadi adalah sebaliknya. Biji Maluva tersebut menja¬di bibit, disirami hujan hingga bertunas pada waktunya dan sulurnya melilit pada pohon Sala." Sentuhan dari sulur Maluva tersebut menyenangkan; selanjut¬nya tumbuhan merambat tersebut menutupi pohon Sala sehingga membentuk atap menutupi sekitarnya, kemudian cabang-cabang utama pohon Sala tersebut mulai patah, dewa yang tinggal di pohon tersebut berpikir : "Inilah yang dikatakan oleh teman dan saudaranya sebagai ketakutan di masa depan."
Demikianlah para Bikkhu, ada pendeta dan orang hebat tertentu yang tidak mempunyai teori dan berpendapat sebagai berikut : "Tidak ada kerugian dalam keinginan nafsu .... karena keinginan nafsu, sekarang kita merasakan kesaki¬tan, tersiksa dan tertusuk-tusuk." "Inilah cara melakukan Dhamma yang menye¬nangkan sekarang dan masak dimasa depan sebagai penderitaan."

2. Apakah yang dimaksud dengan menjalankan Dhamma yang menyakitkan dimasa sekarang dan matang dimasa depan sebagai penderitaan ?
Seseorang menjadi telanjang .... ( seperti yang dikatakan dalam Sutta 12, para.45) .... dia terus memikirkannya untuk latihan mandi dimalam hari untuk ketiga kalinya bila malam tiba. Dengan cara ini ia berusaha terus untuk melakukan tapa sendirinya dalam banyak aspek. Setelah meninggal ia menjelma menjadi seorang yang bernasib jelek, dalam keadaan menderita, hancur total bahkan masuk neraka. "Inilah yang disebut cara melakukan Dhamma yang menye¬nangkan sekarang dan masak dimasa depan sebaagai penderitaan."

3. Apa yang dimaksud dengan cara menjalankan Dhamma yang menderita dimasa sekarang dan matang dimasa depan sebagai kebahagiaan."
Seseorang yang secara alami mempunyai keinginan sensual, kebencian, khayalan, dan secara konstan mengalami sakit dan penderitaan. Dengan sifat-sifat alaminya tersebut ia mengalami penderitaan dan kesedihan dengan tangi¬san dan air mata diwajahnya, ia membimbing kehidupan seorang hebat dalam kemurnian yang sempurna. Setelah wafat ia menjelma dalam kehidupan yang baha¬gia, bahkan masuk surga. "Inilah yang dikatakan cara menjalankan Dhamma yang menderita dimasa sekarang dan matang dimasa depan sebagai kebahagiaan"

4. Apakah cara menjalankan Dhamma yang menyenangkan dimasa sekarang dan matang dimasa depan sebagai kebahagiaan ?
Seseorang yang tidak mengalami penderitaan dan kesedihan secara terus-menerus akibat nafsu birahi, kebencian dan khayalan. Benar-benar mmenjauhi nafsu keinginan, .... (seperti dalam Sutta 4) .... Berarti ia memasuki dan berdiam dalam Jhana pertama .... kedua dan ketiga .... keempat .... dan memi¬liki kemurnian pikiran akan kesadaran ketenangan hati. Setelah wafat ia muncul dalam kehidupan yang bahagia, bahkan dalam dunia Surgawi. "Ini disebut cara menjalankan Dhamma yang menyenangkan dimasa sekarang dan matang dimasa depan sebagai kebahagiaan."
"Demikianlah 4 cara menjalankan Dhamma" : kata Sang Buddha. Para Bikkhu merasa puas dan senang atas kotbah sang Buddha.




CULAVEDALLA SUTTA

1--Demikianlah yang saya dengar.
Pada suatu waktu Sang bhagava sedang berada di Jetavana, Kalandakanivapa, Rajagaha. Pada ketika itu upasaka Visakha pergi menemui Bhikkhuni Dhammadinna, sesudah memberi hormat kepadanya, ia duduk di tempat yang tersedia. Setelah duduk ia bertanya: (Perwujudan)


2.--"Bhante,' Perwujudan', perwujudan, telah dikatakan. Apakah sebenarnya yang dimaksud dengan perwujudan oleb Sang Bhagava?"
"Saudara Visakha, kemelekatan pada khandha-khandha (kelompok-kelompok) itu dinamakan perwujudan oleh Sang Buddha, yaitu: kemelekatan pada khandha jasmani (rupakhandha), kemelekatan pada khandha perasaan (vedabakhandha), kemelekatan pada khandha pencerapan (sannakhandha) kemelekatan pada khandha bentuk-bentuk pikiran (sankharakhandha) dan kemelekatan pada khandha kesadaran (vinnanakhandha), Kelima khandha yang dipengaruhi olch kemelekatan ini disebut perwujudan oleh Sang Bhagava'. Depgan berkata: "Baik", upasaka Visakha menjadi gembira karena kata-kata Bhikkhuni Dhammadinna itu, menyetujui kata-kata itu, selarjutn,la ia bertanya:

3--"Bhante,'Asal mula perwujudan, asal mula perwujudan". Telah dikatakan. Apa yang dimaksud dengan asal mula perwujudan olch Sang Bhagava." "Saudara Visakha, itu adalah keinginan untuk terlahir kembali yang disertai kesenangan dan nafsu indera, kesenangan di sini dan di sana, yaitu: keinginan nafsu indera (kamatanha), keinginan untuk menjadi (bhavatanha) dan, keinginan untuk tak menjadi (vibhavatanha). Inilah yang dimaksud dengan asal mula perwujudan olch Sang Bhagava".

4--"Bhante, 'Lenyapnya perwujudan, lenyapnya perwujudan'. Telah dikatakan. Apakah yang dimaksud dengan lenyapnya perwujudan oleh Sang Bhagava ?" "Saudara Visakha, itu adalah sisa~sisa dari keinginan yang memudar, lenyap, dilepaskan, dibiarkan dan ditolak. Inilah yang dimaksud dengan lenyapnya perwujudan oleh Sang Bhagava".

5--"Bhante.'Jalan menuju pelenyapan perwujudan, jalan menuju pelenyapan perwujudan'. Telah dikatakan. Apakah yang dimaksud dengan jalan menuju pelenyapan perwujudan oleh Sang Bhagava?"
"Saudara Visakha, itu adalah jalan berunsur delapan, yaitu: pandangan benar, pikiran benar, ucapan benar, perbuatan benar, mata pencaharian benar, usaha benar, perhatian benar dan konsentrasi benar".

6--"Bhante, apakah kemelekatan itu sama dengan lima khandha yang dipengaruhi olch kemelekatan, atau apakah kemelekatan itu adalah sesuatu yang terpisah dari lima khandha yang dipengaruhi oleh kemelekatan ?" "Saudara Visakha, kemelekatan itu adalah tida sama dengan lima khandha yang dipengaruhi oleh kemelekatan, juga tidak merupakan sesuatu yang terpisah dari lima khandha unsur yang dipengaruhi oleh kemelekatan. Itu adalah keinginan dan nafsu indera yang terdapat dalam lima khandha ini dipengaruhi oleh kemelekatan itulah kemelekatan".

(Timbulnya perwujudan)

7---"Bhante, bagaimana 'pandangan salah tentang adanya aku yang kekal' (sakhayaditthi) terjadi?" "Saudara Visaktia, orang awam yang tidak belajar, tidak menghormat terhadap orang-orang mulia (ariya), tidak mempunyai pengetahuan dhamma dan tidak melaksanakan dhamma; tidak hormat kepada orang-orang benar (sappurisa), tidak mempunyai pengetahuan dengan dhamma mereka dan tidak melaksanakan dhamma mereka, melihat jasmani itu sebagai pribadi, pribadi memiliki jasmani, jasmani di dalam pribadi atau pribadi di dalam jasmani. la melihat perasaan sebagai pribadi, pribadi memiliki perasaan, perasaan ada dalam pribadi atau pribadi ada dalam perasaan. Ia melihat pencerapan sebagai pribadi, pribadi memiliki pencerapan, pencerapan di dalam pribadi atau pribadi di dalam pencerapan.

Ia melihat bentuk~bentuk pikiran sebagai pribadi, pribadi memiliki bentuk-bentuk pikiran, bentuk-bentuk pikiran di dalam pribadi atau pribadi di dalam bentuk-bentuk pikiran melihat kesadaran sebagai pribadi, pribadi memiliki kesadaran, kesadaran di dalwn pribadi atau pribadi di dalam kesadaran.
Itulah bagaimana pandangan salah tentang adanya aku yang kekal (sakhayaditthi) terjadi".

8--“Bhante, bagaimana agar 'pandangan salah tentang adanya aku yang kekal' tidak terjadi?" "Saudara Visakha, ' siswa ariya yang terpelajar, menghormat terhadap orang-orang mulia (ariya), mempunyai pengetahuan dhamma dan melaksanakan dhamma; menghormat kepada orang-orang benar (sappurisa), mempunyai pengetahuan dengan dhamma mereka dan melaksanakan dhamma mereka, tidak melihat jasmani itu sebagai pribadi, pribadi memiliki jasmani, jasmani di dalam pribadi atau pribadi di dalam jasmani. la tidak melihat perasaan sebagai pribadi, pribadi memiliki perasaan, perasaan ada dalam pribadi atau pribadi ada dalam perasaan. la tidak melihat peiicerapan sebagai pribadi, pribadi memiliki pencerapan, pencerapan di dalam pribadi atau pribadi di dalam pencerapan. la tidak melihat bentukbentuk pikiran sebagai pribadi, pribadi memiliki bentuk-bentuk pikiran, bentuk-bentuk pikiran di dalam pribadi atau pribadi di dalam bentuk-bentuk pikiran. la tidak melihat kesadaran sebagai pribadi, pribadi memiliki kesadaran, kesadaran di dalam pribadi atau pribadi di dalam kesadaran. Itulah bagaimana pandangan salah tentang adanya aku yang kekal (sakhayaditthi) tidak terjadi".

(Delapan jalan mulia)

9---Bhante, apakah jalan mulia berunsur delapan?
"Saudara Visakha,' jalan mulia berunsur delapan adalah: pandangan benar, pikiran benar, ucapan benar, perbuatan benar, mata pencaharian benar,. usaha benar, perhatian benar dan konsentrasi benar".

10--"Bhante, apakah jalan mulia berunsur delapan berkondisi atau tidak berkondisi?" "Saudara Visakha, jalan mulia berunsur delapan adalah berkondisi".

11--"Bhante, apakah tiga kelompok dimasukkan oleh jalan mulia berunsur delapan, atau jalan mulia berunsur delapan dimasukkan oich tiga kelompok ?"
"Saudara Visakha, tiga kelompok tidak dimasukkan oleh jalan mulia berunsur delapan, tetapi jalan mulia berunsur delapan dimasukkan oleh tiga kelompok. Setiap ucapan benar, setiap perbuatan benar dan setiap mata pencaharian benar: dhamma-dhamma ini dimasukkan ke dalam kelompok Moral (Sila), setiap usaha benar, setiap kesadaran benar, setiap konsentrasi benar; dhamma-dhamma ini dimasukkan ke dalam kelompok Meditasi (Samadhi), setiap pandangan benar dan setiap pikiran ' benar: dhamma-dhamma ini dimasukkan ke dalam kelompok Kebijaksanaan (Panna)".

(Konsentrasi)

12--"Bhante, apakah yang dimaksud dengan konsentrasi, apakah tanda meditasi, apa periengkapan meditasi, bagaimana mengembangkan meditasi ?"
"Saudara Visakha, suatu pemusatan pikiran adalah meditasi, empat dasar perhatian (satipatthana) adalah tanda meditasi, empat usaha pengulangan benar (sammappadhana) adalah perlengkapan meditasi: berulang-ulang kali, pengembangannya dan mengusahakln meditasi adalah yang dimaksud dengan mengembangkan meditasi (samadhibhavana)".

(Proses)
13--Bhante, ada beberapa banyak proses (sankhara) yang Visakha, ada tiga buah proses: proses jasmani/badan (kayasankhara), prosas bicara/verbal (vacisankhara) dan proses berpikir".

14--"Bhante, tetapi apa yang dimaksud dengan proses jasmani, proses bicara serta proses berpikir ?"
"Saudara Visakha, menarik nafas dan mengeluarkan nafas adalah usaha untuk mencari ide (vitakha) dan ide telah ada proses jasmani, dan (vicara) adalah proses berbicara, sedangkan pencerapan (sanna) perasaan (vedana) adalah proses berpikir".

15-- "Bhante, tetapi 'mengapa obyek menarik dan mengeluarkan nafas panjang merupakan proses jasmani, mengapa usaha menangkap obyek dan obyek telah tertangkapmerupakan proses berbicara, mengapa pencerapan dan perasaan merupakan proses berpikir”.

"Saudara Visakha, menarik dan menmengeluarkan nafas iut menjadi bagian dari jasmani; ini adalah hal-hal yang terikat dengan jasmani, itulah sebabnya maka tarik dan keluar nafas merupakan proses jasmani. Setelah terlebih dahulu 'ide dicari' dan 'ide ada' merupakan proses berbicara. Pencerapan dan perasaan terikat pada pikiran, ini adalah hal-hal yang terikat dengan pikiran, itulah sebabnya mengapa pencerapan dan perasaan itu merupakan proses berpikir".


(Pencapaian pelenyapan)

16--"Bhante, bagaimana 'lenyapnya pencerapan dan perasaan' (sannavedaniyatanirodha) dapat terjadi?"
"Saudara Visakha, apabila scorang bhikkhu sedang mencapai pelenyapan pencerapan dan perasaan, tidak muncul pikiran" 'saya akan mencapai pelenyapan pencerapan dan perasaan' atau 'saya sedang mencapai pelenyapan pencerapan dan perasaan'; 'saya telah mencapai pelenyapan pencerapan dan perasaan'; tetapi agaknya pikirannya sudah lebih dahulu dikembangkan begitu bijaksananya sehingga batinnya mengarah ke keadaan itu".

17--"Bhante, ketika scorang hhikkhu sedang mencapai pelenyapan pencerapan dan perasaan, dhamma-dhamma manakah yang terjadi terlebih dahulu padanya: proses jasmani, proses berbicara atau proses berpikir?"
"Saudara Visakha, ketika seorang bbikkhu sedang dalam pencapaian pelenyapan pencerapan dan perasaan, yang pertama-tama lenyap adalah proses berbicara, lalu proses jasmani, akhirnya proses berpikir".

18--"Bhante, bagaimana caranya bangun dari pelenyapan pencerapan, dani perasaan, terjadi ?"
"Saudara Visakha, ketika seorang sedang bangun dari pencapaian pelenyapan pencerapan dan perasaan, tidak akan pikiran: 'Saya akan bangun dari pencapaian pelenyapan pencerapan dan perasaan' atau 'Saya bangun dari pencapaian pelenyapan pencerapan dan perasaan' atau 'Saya telah bangun dari pencapaian pelenyapan pencerapan dan perasaan'; tetapi agaknya pikirannya telah terlebih dahulu dikembangkan begitu bijaksananya sehingga mengalah ke keadaan itu".

19.--"Bhante, ketika seorang bhikkhu sedang bangun dari pencapaian pelenyapan pencerapan dan perasaan, hal-hal mana yang timbul pertama kali padanya: proses jasmani, proses berbicara atau proses berpikir?"
"Saudara Visakha, ketika seorang bhikkhu sedang bangun dari pencapaian pelenyapan pencerapan dan perasaan, pertama-tama yang timbul adalah proses berpikir, lalu proses jasmani, kemudian proses berbicara".

20--"Bhante, ketika seorang bhikkhu telah bangun dari pencapaian pelenyapan pencerapan dan perasaan, ada berapa banyak jenis kontak yang menyentuhnya?"

"Saudara Visakha, ketika seorang bhikkhu telah bangun dari pencapaian pelenyapan pencerapan dan perasaan, ada tiga jenis kontak yang menyentuh padaiiya: kontak kosong (sunnato phassa), kontak tanpa tanda (animitta phassa) dan kontak tanpa keinginan (appanihita phassa)".

21--"Bhante, ketika scorang bhikkhu telah bangun dari pencapaian pelenyapan pencerapan dan perasaan, kepada apakah pikirannya cenderung bersandar dan tertuju ?"

"Saudara Visakha, ketika seorang bhikkhu telah bangun dari pencapaian pelenyapan pencerapan dan perasaan, pikirannya itu cenderung, bersandar dan tertuju pada pengasingan".

(Perasaan)
22.--Bhante, ada berapa banyak perasaan ?
"Saudara Visakha, ada tiga macam perasaan: perasaan menyenangkan, perasaan menyakitkan dan perasaan tidak menyakitkan maupun tidak menyenangkan".

23--"Bhante, tetapi apa yang dinamakan perasaan menyenangkan, perasaan menyakitkan dan bukan perasaan menyenangkan maupun bukan menyakitkan?

Saudara Visakha, apa pun yang dirasakan badan maupun mental sebagai menyenangkan dan memuaskan adalah perasaan menyenangkan dirasakan oleh badan dan mental sangat menyakitkan kan. Apa pun yang dirasakan badan dan mental sebagai yang tidak memuaskan juga tidak atau melukai adalah perasaan bukan menyenangkan maupun bukan menyakitkan”

24—“Bhante, apakah perasaan menyenangkan dari kebajikan menyenangkan dan dari kebajikan menyakitkan? Apakah perasaan menyakitkan dari kebajikan dan dari kebajikan menyenangkan? Apakah perasaan bukan menyenangkan maupun menyakitkan dari kebajikan menyenangkan dan dari kebajikan menyakitkan.

"Saudara Visakha, perasaan menyenangkan adalah kebajikan menyenangkan karena keberadaannya dan kebajikan menyakitkan dari perubahan. Perasaan menyakitkan adalah menyakitkan dalam kebajikan karena keberadaannya dan kebajikan menyenangkan dari perubahan. Perasaan bukan menyenangkan maupun bukan menyakitkan adalah menyenangkan dalam kebajikan pengetahuan dan menvakitkan dalam kebajikan ingin pengetahuan".

(Kecenderungan Laten)
25--"Bhante, kecenderungan laten (anusaya) apakah yang ada pada perasaan menyenangkan ? Kecenderungan laten apakah yang ada pada perasaan menyakitkan ? Kecenderungan laten apakah yang ada pada perasaan bukan menyakitkan maupun bukan menyenangkan'?"
"Saudara Visakha, kecenderungan laten yang ada pada perasaan menyenangkan adalah keserakahan (lobha). Kecenderungan laten yang ada pada perasaan menyakitkan adalah ketidaksenangan (dosa). Kecenderungan laten yang ada pada perasaan bukan menyenangkan maupun bukan menyakitkan adalah kebodohan (moha)"

26--"Bhante, apakah kecenderungan laten keserakahan mendasari dalam semua perasaan menyenangkan ? Apakah kecenderungan laten ketidaksenangan mendasari dalam semua perasaan menyakitkan ? Apakah kecenderungan laten kebodohan mendasari dalam semua perasaan bukan menyenangkan maupun bukan menyakitkan ?"
"Saudara Visakha, kecenderunga laten keserakahan tidak mendasari dalam semua perasaan menyenangkan. Kecenderungan laten ketidak senangan mendasari semua perasaan menyakitkan. Kecenderungan laten kebodohan tidak mendasari dalam semua perasaan bukan menyenangkan maupun bukan menyakitkan".


27--"Bhante, apakah yang dapat ditinggalkan sehubungan dengan perasaan menyenangkan ? Apa yang dapat ditinggalkan sehubungan dengan perasaan menyakitkan dan apa yang dapat ditinggalkan sehubungan dengan perasaan yang bukan menyakitkan maupun bukan menyenangkan ?"
"Saudara Visakha, kecenderungan laten keserakahan dapat ditinggalkan sehubungan dengan perasaan menyenangkan. Kecenderungan laten ketidak senangan dapat ditinggalkan sehubungan dengan perasaan menyenangkan. Kecenderungan laten kebodohan dapat ditinggalkan schubungan dengan perasaan bukan menyakitkan maupun bukan menyenangkan".

28--"Bhante, apakah kecenderungan laten keserakahan dapat ditinggalkan sehubungan dengan semua perasaan menyenangkan ? Apakah kecenderungan laten ketidaksenangan dapat ditinggalkan sehubungan dengan semua perasaan menyakitkan ? Apakah kecenderungan laten kebodoban dapat ditinggalkan schubungan dengan semua perasaan bukan menyakitkan maupun bukan menyenangkan ?"
"Saudara Visakha, bukan berhubungan dengan semua perasaan menyenangkan. Maka kecenderungan laten kescrakahan dapat ditinggalkan, bukan berhubungan dengan semua perasaan menyakitkan inaka kecenderungan laten ketidak senangan dapat ditinggalkan, bukan berhubungan dengan semua perasaan bukan menyakitkan maupun bukan menyenangkan maka kecenderungan laten kebodohan dapat ditinggalkan". Scorang bhikkhu, jauh dari nafsu indera, jauh dari akusala dhamma, ia mencapai dan berada dalam Jhana I vang disertai vitakha usaha pikiran untuk menangkap obyek, vicara (obyek telah tertangkap oleh pikiran), kegiuran (piti) dan kebahagiaan (sukha) yang muncul karena ketenangan: dengan ini ia meninggalkan kescrakahan dan kecenderungan laten keserakahan tidak ada. Seorang bhikkhu berpikir: 'Kapan saya akan masuk dan berada dalam keadaan yang telah dicapai dan ditinggali oleh para ariya ?' Maka dengan cara ini ia mengembangkan cinta-kasih untuk pembebasan tertinggi (anuttara vimokha), kesedihan muncul dengan cinta-kasih sebagai kondisinya: dengan itu ia meninggalkan ketidak senangan dan kecenderungan laten ketidak senangan tidak ada.

Dengan meninggalkan kesenangan dan keesedihan dengan lebih dahulu melenyapkan kesenangan dan dukacita mental, seorang bhikkhu mencapai dan berada dalam Jhana IV dengan 'bukan kesakitan maupun bukan menyenangkan', perhatian yang mumi karena keseimbangan batin: dengan itu ia meninggalkan kebodohan, dan kecenderungan laten kebodohan tidak ada.

29--"Bhante apa lawan dari perasaan menyenangkan?"
"Saudara Visakha, perasaan menyakitkan adalah lawan dari perasaan menyenangkan "
"Bhante, apa lawan dari perasaan menyakitkan".
Saudara Visakha, perasaan menyenangkan adalah lawan dari perasaan menyakitkan".
"Bhante, apa lawan dari perasaan bukan menyenangkan maupun bukan menyakitkan?"
"Saudara Visakha, kebodohan adalah lawan dari perasaan bukan menyenangkan maupun bukan perasaan menyedihkan".
"Bhante, apa lawan dari kebodohan?"
"Saudara Visakha, pengetahuan benar adalah lawan dari kebodohan".
"Bhante, apa lawan dari pengetahuan sejati?"
"Saudara Visakha, pembebasan adalah lawan dari pengetahuan sejati".
"Bhante, apa lawan dari pembebasan?"
"Saudara Visakha, Nibbana adalah lawan dari pembebasan". "Bhante, apa lawan dari Nibbana?"
"Saudara Visakha, anda telah bertanya terlalu jauh. Anda tak dapat menemukan kesimpulan rantai pertanyaan; karena kehidupan suci (brahmacari) yang menembus Nibbana. menuju Nibbana. Jika anda mau, anda dapat menemui Sang Bhagava dan tanyakan kepada Beliau arti dari hal ini. Ketika beliau menjawab, anda harus mengingatnya".

(Kesimpulan)
30--Upasaka Visakha sangat gembira karena kata-kata Bhikkhu Dhammadinna, setelah mengiakan, ia pergi menemui Sang Bhagava. Setelah memberi hormat kepada Beliau, ia duduk di tempat yang tersedia. Setelah duduk, ia menceritakan kembali semua pembicaraannya dengan Bhikkhuni Dhammadinna. Ketika ceritanya itu selesai, Sang Bhagava berkata:

31--"Visakha, Bhikkhuni Dhammadinna itu adalah bijaksana, bhikkhuni Dhammadinna mempunyai pengertian luas. Jika kamu menanyakan pertanyaan itu kepada-Ku, saya akan memberikan jawahan yang sama. Karena Bhikkuni Dhammadinna menjawab pertanyaanmu, mengenai artinya, maka kamu harus mengingatnya'. Itulah yang dikatakan oleh Sang Buddha. Upasaka Visakha puas dan gembira karena kata-kata Sang Bhagava.

MAHAVEDALLA SUTTA

Demikianlah yang saya dengar.

Pada suatu waktu Sang Bhagava sedang berada di Jetavana, tainan milik Anathapindika, Savathi.

2. Ketika hari menjelang malam, bhikkhu Maha Kitthita berdiri dari meditasinya dan ia pergi menemui Bhikkhu Sariputta, memberikan hormat padanya. Ketika pembicaraan tegur sapa yang lemah lembut telah selesai, ia duduk di tempat yang tersedia.
Setelah duduk, ia berkata kepada Bhikkhu Sariputta.: (pengertian) "Avuso, tanpa pengertian, tanpa pengertian", dikatakan orang. "Apa yang dimaksud dengan ucapan itu?"

"Avuso, tidak mengerti, tidak mengerti", itulah sebabnya mengapa 'Tanpa pengertian' dikatakan orang. Tidak mengerti tentang apa? Tidak mengerti: 'Ini adalah penderitaan'; tidak mengerti 'Ini adalah asal mula dari penderitaan'; 'Tidak mengerti, tidak mengerti", itulah sebabnya mengapa 'Tanpa pengertian' kata orang".

Dengan mengatakan 'Baik, Avuso'. Bhikkhu Maha Kotthita menjadi senang akan kata-kata bhikkhu Sariputta, setelah disetujui, ia bertanya lebih lanjut:

3. "Avuso, 'memiliki pengertian, memiliki pengertian', dikatakan orang. Apa yang dimaksud dengan perkataan itu?"

"Avuso, 'mengerti, mengerti', itulah sebabnya 'memiliki pengertian' dikatakan orang. Mengerti apa? Mengerti: 'Ini adalah asal mula dari penderitaan'. Mengerti: 'Ini adalah lenyapnya penderitaan. 'Mengerti'. Ini adalahjalan menuju ke lenyapnya penderitaan'. 'Mengerti, mengerti', itulah sebabnya mengapa "memiliki pengertian' dikatakan orang".

(kesadaran)

4. "Avuso, 'kesadaran, kesadaran' dikatakan orang. Dengan maksud apa 'kesadaran' itu dikatakan?"
"Avuso, 'Menyadari, menyadari', itulah sebabnya 'kesadaran'dikatakan orang. Menyadari tentang apa? Menyadari: '(ini adalah) menyenangkan', menyadari: '(ini adalah) menyakitkan', menyadari: '(ini adalah) tidak menyakitkan maupun tidak menyenangkan', 'Menyadari, menyadari', itulah sebabnya mengapa 'kesadaran' dikatakan orang".

5. "Avuso, 'Ini pengertian dan ini kesadaran, apakah dhamma-dhamma ini dipersatukan atau dipisah-pisahkan? Apakah memungkin untuk memisahkan yang satu dengan yang lain demi menguraikan perbedaan diantara mereka itu?"

"Avuso, pengertian ini dan kesadaran ini, dhamma-dhainma ini adalah dipersatukan, bukan dipisah-pisahkan, tidak mungkin memisahkan satu dengan yang lain demi menjelaskan perbedaan di antara mereka: sebab apa yang seseorang mengerti, orang sadari, apa yang orang sadari, yang itu dimengerti. Itulah sebabnya mengapa ide-ide ini dipersatukan, bukan dipisahkan, tidak mungkin untuk dipisah-pisahkan satu dengan yang lain demi menjelaskan perbedaan di antara mercka itu".

6. "Avuso, pengertian ini dan kesadaran ini, dipersatukan, bukan dipisahkan, apa perbedaan di antara mereka itu?"

"Avuso, pengertian ini dan kesadaran ini, dipersatukan, bukan dipisahkan, perbedaan di antara mereka itu adalah pengertian dapat dikembangkan, sedangkan kesadaran-dapat diketahui dengan baik".

(perasaan)

7. ' "Avuso, perasaan, perasaan dikatakan orang. Dengan maksud apa hal itu dikatakan?"

"Avuso, merasa, merasa", itulah sebabnya mengapa dikatakan 'Perasaan'. Merasa apa? Merasa senang, merasa sakit dan merasa bukan senang dan bukan sakit. "Merasa, merasa", itulah sebabnya mengapa dikatakan 'perasaan'.

(persepsi)

8. "Avuso, 'penyerapan, penyerapan', telah dikatakan orang. Dengan apakah 'penyerapan' itu dikatakan?"

"Avuso, 'penyerapan, penyerapan', itulah sebabnya mengapa penyerapan' itu dikatakan. Penyerapan apa? Penyerapan pengertian tentang bila memahami kuning, penyerapan merah dan penyerapan putih. "'Penyerapan, penyerapan', itulah sebabnya mengapa orang mengatakan 'penyerapan"'.

9. "Avuso, 'Perasaan, penyerapan dan kesadaran ini, apakah dhainmadhamma ini dipersatukan atau dipisah-pisahkan? Apakah mungkin untuk memisahkan yang satu dengan yang lainnya demi menguraikan perbedaan diantara mercka itu?"

"Avuso, perasaan, penyerapan dan kesadaran ini, dhamma-dhamma ini adalah dipersatukan, bukan dipisah-pisahkan, tidak mungkin untuk memisahkan satu dengan yang lain demi menjelaskan perbedaan di antara mereka: sebab apa yang seseorang rasakan, itu yang seseorang sadari. Itulah sebabnya mengapa dhamma-dhamma ini dipersatukan, bukan dipisahkan, tidak mungkin untuk dipisah-pisahkan satu dengan yang lain demi menjelaskan perbedaan di antara mereka itu".

Dapat diketahui oleh pikiran saja

10. "Avuso, apa yang dapat diketahui olch kesadaran-pikiran bersih yang dipisahkan dari lima indera?" "Avuso, lima indera yang dipisahkan dari kesadaran-pikiran bersih tentang keadaan ruang tanpa batas, disebut 'Ruang Tanpa Batas (Akasanancayatana)"'.

11. "Avuso, dengan apa seseorang mengerti tentang dhamma yang dapat diketahui itu?"

"Avuso, dhamma yang dapat diketahui, orang mengerti dengan mata pengertian".

12. "Avuso, apakah tujuan dari kebijaksanaan (panna)?" "Avuso, tujuan kebijaksanaan adalah 'pengetahuan langsung' (abhinna), pengetahuan sempuma (parinnattha) dan meninggal (pahana)".

(pandangan benar)

13. "Avuso, ada berapa banyak kondisi yang ada untuk memunculkan pandangan benar (samma ditthi)?" "Avuso, ada dua kondisi untuk memunculkan pandangan benar: suara orang lain dan perhatian sungguh-sungguh (manasikara).

Inilah dua kondisi untuk memunculkan pandangan benar'.


14. "Avuso, ada berapa banyak faktor membantu pandangan benar ketika mencapai 'buah pembebasan batin (cetovimuttiphala)' dan 'manfaat buah pembebasan batin (cetovimuttiphalanisamsa)', 'buah pembebasan kebijaksanaan (pannavimuttiphala)' dan 'manfaat buah pembebasan kebijaksanaan (pannavimuttiphalanisamsa)?"

"Avuso, pandangan benar dibantu oleh lima faktor ketika mencapai cetovimuttiphala dan cetovimuttiphalanisamsa, pannavimuttiphala dan pannavimuttiphalanisamsa. Dalain hal ini pandangan benar dibantu oleh moral (sila, belajar (suta), diskusi (sakaccha), ketenangan (samatha) dan pandangan terang (vipassana). Pandangan benar dibantu oleh lima faktor mencapai Cetovimuttiphala............. Pannavimuttiphalanisamsa".

(Makhluk)

15. "Avuso, ada berapa banyak jenis makhluk?"

"Avuso, ada tiga jenis makhluk teman: Makhluk nafsu indera (kammabhava), makhluk berjasmani (rupabhava) dan makhluk tak berjasmani (arupabhava)".

16. "Avuso, bagaimana makhluk terlahir dimasa kehidupan yang akan datang?"

"Avuso, makhluk terlahir kembali dimasa kehidupan akan datang karena ditutupi oleh kebodohan (avijja) dan dirintangi oleh keinginan (tanha), senang ini dan itu".

17. "Avuso, bagaimanakah tidak terlahir kembali dimasa kehidupan yang akan datang?"

"Avuso, dengan lenyapnya kebodohan, dengan timbulnya pengetahuan (vijja) dan keinginan (tanha-lenyap), maka makhluk tidak terlahir kembali di masa kehidupan yang akan datang".

(Jhana pertaina)

18. "Avuso, apakah Jhana 1?"

"Avuso, itu adalah jauh dari nafsu indera, jauh dari akusala dhamma, seorang bhikkhu masuk dan berada dalam Jhana I yang disertai oleh vitakka (usaha pikiran untuk menangkap obyek), vicara (obyek yang telah tertangkap oleh pikiran), kegiuran (piti) dan kebahagiaan (sukha) yang muncul karena ketenangan. Inilah yang disebut Jhana I".


19. "Avuso, berapa banyak faktor yang ditinggalkan dan dimiliki oleh Jhana I?" "Avuso, Jhana I meninggalkan lima faktor dan memiliki lima faktor. Bhikkhu yang mencapai dan berada dalam Jhana I meninggalkan kesenangan indera (kamacchanda), kemauanjahat (byapada), kemalasan dan ngantuk (thinamiddha), kecemasan dan kekhawatiran (uddhaccakukkuca) dan keragu-raguan (vicikiccha); muncul 'usaha pikiran untuk menangkap obyek (vitakka)', 'pikiran telah menangkap obyek (vicara)', kegiuran (piti)', 'kebahagiaan (sukha)' dan 'pikiran terpusat (ekaggata)'. Itulah bagaimana Jhana I meninggalkan lima faktor dan memiliki lima faktor".

(Lima indera)

20. "Avuso, ada lima inderh dengan bidangnya masing-masing, tempat yang terpisah, tidak ada satu indera yang memanfaatkan bidang dan tempat indera yang lain, yaitu: indera mata, indera telinga, hidung, lidah dan tubuh. Lima indera ini memiliki bidang dan tempat masing-masing, tidak ada satu indera yang memanfaatkan bidang dan tempat indera yang lain. Dimana tempat indera-indera itu, apa yang memanfaatkan indera-indera itu, bidang dan tempat indera-indera itu?"

"Avuso, ada lima indera pada setiap bidang, setiap tempat, tidak ada satu indera yang memanfaatkan bidang dan tempat indera yang lain, yaitu: indera mata, telinga, hidung, lidah dan tubuh. Lima indera ini memiliki bidang dan tempat masing-masing, tidak ada satu indera yang memanfaatkan bidang dan tempat indera-indera yang lain, pikiran adalah tempat indera-indera, pikiran memanfaatkan indera-indera, tempat dan bidang indera-indera".

21. "Avuso, lima indera ini tergantun " pada apa?"
"Avuso, lima indera ini tergantung pada usia kehidupan (ayu)".
"Avuso, usia kehidupan tergantung pada apa?"
"Avuso, usia kehidupan tergantung pada panas".
"Avuso, panas tergantung pada apa?"
"Avuso, panas tergantung pada usia kehidupan".
"Avuso, baru saja kita mengerti Bhikkhu Sariputta berkata: 'Usia kehidupan tergantung pada panas', sekarang juga kami mengerti ia berkata: 'Panas tergantung pada usia kehidupan'. Bagaimana memandang arti dari pernyataan-pernyataan ini?" "Avuso, dalam hal ini, saya akan memberikan sebuah perumpamaan, karena orang bijaksana akan mengerti arti dari pemyataan melalui perumpamaan. Sama seperti lampu minyak menyala, cahayanya terlihat tergantung pada nyala, nyalanya kelihatan tergantung pada cahaya; begitu pula usia kehidupan tergantung pada panas, panas tergantung pada usia kehidupan".

(proses kehidupan)

22. "Avuso, apaah proses kehidupan sama dengan keadaan perasaan atau proses kehidupan dan keadaan perasaam berbeda?"

"Avuso, proses kehidupan bukan keadaan perasaan. Jika proses kehidupan adalah keadaan perasaan, maka ketika seorang bhikkhu mencapai 'lenyapnya penyerapan dan perasaan', bila ia bangun tidak akan diketahui. Karena proses kehidupan dan keadaan perasaan berbeda, maka ketika seorang bhikkhu mencapai 'lenyapnya penyerapan dan perasaan', bila ia bangun akan dapat diketahui".

23. "Avuso, berapa banyak hal (dhamma) yang hilang ketika tubuh ini jatuh, sia-sia, tergeletak bagaikan batang kayu?"

"Avuso, ketika tubuh ini kehilangan tiga dhamma, yaitu; kehidupan, panas tubuh dan kesadaran, maka tubuh jatuh, sia-sia, tergeletak bagaikan kayu".

24--"Avuso, apakah perbedaan antara orang meninggal karena waktunya telah tiba dengan seorang bhikkhu yang mencapai 'lenyapnya penyerapan dan perasaan' (sannavedayitani-rodha)?"

"Avuso, pada orang yang meninggal karena waktunya telah tiba, proses tubuhnya (kayasankhara) berhenti dan diam, proses bicaranya (vacasankhara) berhenti dan diam, proses mentalnya (cittasankhara) berhenti dan diarn, kehidupan habis, panas tubuh hilang dan inderainderanya rusak. Sedangkan pada Bhikkhu yang mencapai 'lenyapnya penyerapan dan perasaan' (sannavedayini-rodha), proses tubuhnya berhenti dan diain, proses bicaranya berhenti dan diain, proses mentalnya berhenti dan diam, kehidupan tidak habis, panas tubuh tidak hilang, indera-inderanya tidak rusak.
Itulah perbedaan antara Orang Yang nioninggal kamnal waktunya telah tiba dengan scorang bhikkhu yang ,,.,,.lonyapnya ponyerapan dan perasaan'

(pembebasan pikiran)

25. "Avuso, ada berapa banyak kondisikah ' yang ada untuk mencapai dari pembebasan batin (cetovimutti) yang menyakitkan juga bukan menyenangkan' (adukkhamasukha)?"

"Avuso, ada empat kondisi, yaitu: meninggalkan perasaan menyakitkan (dukkha) dan perasaan menyenangkan (sukha) , juga terlebih dahulu melenyapkan 'pikiran menyenangkan' (somanassa) dan pikiran menyakitkan (domanassa), seorang bhikkhu mencapai dan berada dalam Jhana IV dengan 'bukan kesakitan juga bukan kesenangan' (adukkharnasukha) dan memiliki perhatian suci' karena keseinbangan batin (upekhasatiparisuddhi). Inilah empat kondisi untuk mencapai pembebasan batin yang 'bukan menyakitkan dan juga bukan menyenangkan' (adukkhamasukha cetoyimutti '.

26. "Avuso, ada berapa banyak kondisi untuk mencapai 'pembebasan batin tanpa tanda' (animitta cetovimutti)?"

"Avuso, ada dua kondisi, yaitu tanpa memperhatikan semua tanda (sabbanin-tittaamanasikara) dan memperhatikan unsur tanpa tanda. Inilah dua kondisi untuk mencapai 'pembebasan batin tanpa tanda' ".

27. "Avuso, ada berapa kondisi untuk menipertahankan 'pembebasan batin tanpa tanda'

"Avuso, ada tiga kondisi, yaitu: memperhatikan semua tanda, Imemperhatikan unsur tanpa tanda' dan bertekad lebih dahulu (untuk lama mempertahankan). Inilah tiga kondisi untuk mempertahankan lpembebasan batin tanpa tanda' ".

28. "Avuso, ada berapa banyak kondisi untuk keluar dari 'pembebasan tanpa tanda' ?"

"Avuso, ada dua kondisi, yaitu: memperhatikan semua tanda, dan tidak memperhatikan unsur tanpa tanda. Inilah dua kondisi untuk keluar dari 'pembebasan batin tanpa tanda' ".

29. "Avuso, pembebasan batin tanpa tanda (appamana cetovimutti), pembebasan batin keadaan kekosongan (akincannacctovimutti), pembebasan batin kosong (sunnacetoyimutti) dan pembebasan batin tanpa tanda (animittacetovimutti), apakah hal-hal ini berbeda artinya dan tulisannya atau hal-hal ini sama artinya dan tulisannya?" "Avuso, pembebasan batin tanpa batas, pembebasan batin keadaan kekosongan, pembebasan batin kosong dan pembebasan batin tanpa tanda; ada satu cara hal-hal ini berbeda artihya dan tulisannya, juga ada satu cara hal-hal ini sama artinya tetapi berbeda tulisannya.

30. Apa caranya sehingga hal-hal itu berbeda artinya dan tulisannya? Dalam hal ini pikiran seorang Bhikkhu diliputi oleh cinta kasih (metta) ,yang diarahkan ke satu arah, dua arah, tiga arah, empat arah, ke atas, ke bawah, ke sekeliling dan kemana-mana, kepada semua makhluk seperti pada dirinya sendiri; ia diliputi pikiran cinta kasih yang banyak, agung, tak terukur tanpa kekejaman maupun tanpa melukai ke seluruh dunia. la diliputi kasih sayang (karuna) yang diarahkan ke satu arah, dua arah, ... Ia diliputi keseimbangan batin (upekha) yang diarahkan ke satu arah, dua arah, ... ke seluruh dunia. Inilah yang disebut pembebasan batin tanpa batas.

31. Apakah pembebasan batin keadaan kekosongan? Dalain hal ini dengan melampaui 'keadaan kesadaran tanpa batas' (vinnanancayatana), menyadari 'kekosongan' seorang bhikkhu mencapai dan berada dalam keadaan kekosongan. Inilah yang disebut 'pembebasan batin keadaan kekosongan'.

32. Apakah pembebasan batin kosong? Dalain hal ini seorang bhikkhu pergi ke hutan, ke bawah pohon atau pondok kosong, dengan merenung: 'Ini kosong dari jiwa (atta) atau apa yang menjadi milik jiwa'. Inilah yang disebut 'pembebasan batin kosong'.

33. Apakah pembebasan batin tanpa tanda? Dengan tidak memperhatikan semua tanda, seorang bhikkhu mencapai dan berada dalam meditasi batin tanpa tanda (animittacetosamadhi). Inilah yang disebut pembebasan batin tanpa tanda. Inilah cara sehingga hal-hal itu sama artinya dan tulisannya.

34. Apakah cara sehingga hal-hal itu sama artinya namun berbeda tulisannya? Nafsu raga menjadi ukurannya, kebencian (dosa) menjadi ukurannya dan kebodohan (moha) menjadi ukurannya. Bhikkhu yang telah melenyapkan kotoran batin, meninggalkannya, membuatnya bagaikan batang pohon palem, telah mengerjakankan tugas sehingga kotoran batin tidak dapat muncul lagi pada masa yang akan datang. Dari semua jenis 'pembebasan batin' tanpa batas, 'Pembebasan batin' tanpa batas, pembebasan batin' tak tergoncangkan dinyatakan sebagai yang terbaik Pembebasan batin yang tidak tergoncangkan adalah kosong dari nafsu, kebencian dan kebodohan.

35. Nafsu adalah suatu milik, kebencian adalah suatu milik dan kebodohan adalah suatu milik. Bhikkhu yang telah melenyapkan kotoran batin, meninggalkannya, membuatnya bagaikan pohon palem, telah mengerjakankan tugas sehingga kotoran batin tidak dapat muncul pada masa yang akan datang. Dari semua jenis pembebasan batin keadaan kekosongan, maka pembeb'asan batin tak tergoncangkan dinyatakan sebagai yang terbaik. Pembebasan batin tak tergoncangkan adalah kosong dari nafsu, kebencian dan kebodohan.

36. Nafsu membuat tanda-tanda, kebencian membuat tanda-tanda dan kebodohan membuat tanda-tanda. Seseorang yang kotoran batinnya telah lenyap, ditinggalkan, membuatnya bagaikan batang pohon palem, telah mengedakan tugas schingga kotoran batin tidak dapat muncul lagi pada masa yang akan datang. Dari semuajenis pembebasan batin tanpa tanda, pembebasan batin tak tergoncangkan dinyatakan sebagai yang terbaik. Pembebasan batin tak tergoyahkan adalah kosong dari nafsu, kebencian dan kebodohan.

Itulah caranya sehingga hal-hal ini adalah sama artinya, namn berbeda tulisannya.

Itulah yang dikatakan oleh Bhikkhu Sariputta. Bhikkhu Maha Kotthita puas dan gembira atas kata-kata,Bhikkhu Sariputta itu.

Verajaka Sutta

Demikianlah telah saya dengar : Pada suatu waktu Sang Bhagava tinggal dekat Savatthi di hutan Jeta di Vihara Anathapindika.
Pada saat itu seorang perumah tangga dari kasta Brahmana yang berasal dari Veranja datang ke Savathi untuk berdagang dan urusan lainnya. Perumah tangga dari kasta Brahmana tersebut mendengar : bahwa pertapa Gotama, putra dari suku Sakya, yang berasal dari keluarga Sakya, tinggal di Savathi di Vihara Anathapindika, dan reputasi baik dari pertapa Gotama telah terkenal, demikian: "Sang Bhagava Yang Maha Sempurna, Yang telah sadar ...[291] ... " (dan seterusnya seperti Sutta yang terdahulu, mengganti Veranja menja¬di Sala, sampai selesai).

Sutta tentang khotbah kepada penduduk Veranja.
Yang ke 2


SALEYYAKA SUTTA

1. Demikianlah yang saya dengar.
Pada suatu waktu Sang Bhagava bersama sejuml,ah bhikkhu sedang berkelana di negeri Kosala akhimya tiba di sebuah desa brahmana Kosala yang bernaina Sala.
2. Para perumah tangga brahmana Sala mendengar: "Rupanya, seorang bhikkhu bernama Gotama, putra suku Sakya yang melepaskan kehidupan rumah tangga dari seorang marga suku Sakya, sedang berkelana di negeri Kosala dengan sejumlah besar bhikkhu Sangha dan datang ke Sala". Akibat kedatangan ini sekarang tersebar luas berita baik mengenai Guru Gotama. "Demikianlah Sang Bhagava, bahwa Beliau adalah Arahat dan Buddha Maha Sempuma, yang merniliki pengetahuan sejati dan perilaku sempuma, luhur, pengenal segenap segala alam, pelatih yang tiada berband ing dari umat manusia yang harus dijinakkan, guru para dewa dan manusia, Buddha. Sang Bhagava. Beliau menerangkan dunia ini beserta para dewa, mara dan brahmananya, generasi ini berserta kaum petapa dan brahmananya, beserta para raja dan rakyatnya, yang telah Beliau pahamkan sendiri melalui pengetahuan langsung. Beliau mengajarkan Dhamma yang baik pada awal, baik pada pertengahan dan baik pada akhir dengan arti dan susunan kalimat (yang benar) Beliau meneguhkan cara hidup suci (brahmancariya) yang benarbenar sempuma dan suci "Sungguh baik untuk menjumpai arahat yang demikian itu"
3. Para perumah tangga kasta-brahmana Sala menjumpai Sang Bhagava dan sebagian memberikan horinat kepada Sang Bhagava dan duduk di satu sisi; sebagian bertukar salam dengan Beliau dan ketika rainah.tamah serta tegur sapa itu selesai, mereka duduk di satu sisi; sebagian menangkupkan telapak tangan sebagai penghormatan kepada beliau dan duduk di satu sisi sebagian berdiam diri dan duduk di satu sisi.
4. Ketika mereka telah duduk, mereka berkata kepada Sang Bhagava: "Samana Gotama, apa alasannya, apa sebabnya, mengapa sebagian makhluk di sini, dengan kehancuran jasmani, setelah mati, muncul kembali dalam keadaan celaka (apaya), di suatu tempat kelahiran menyedihkan (dugati), dalain kesengsaraan (vinipata), b~ di neraka (niraya); apa alasannya, apa sebabnya, mengapa sebagian makbluk di sini, dengan kehancuranjasmani, setelah mati, muncul kembali di suatu tempat kelahiran bahagia, bahkan di alam surgawi?"
5. Para perumah tangga, adalah karena alasan perbuatan yang tidak sesuai dengan Dhamma, karena perbuatan yang tidak benar, maka sebagian makhluk di sini, dengan kehancuran jasmani, setelah mati, muncul kembali dalam keadaan celaka di suatu tempat kelahiran menyedihkan, dalain kesengsaraan, bahkan di neraka. Adalah karena alasan perbuatan yang sesuai dengan Dhamma, karena alasan perbuatan yang benar, maka sebagian makhluk di,sini, dengan kehancuran jasmani, setelah mati, muncul kembali di suatu tempat kelahiran bahagia, bahkan di alam surgawi.
6. 'Kami tidak memahami arti terinci dari pemyataan Guru Gotama yang diucapkan sadar singkat tanpa membabarkan artinya yang terinci. Sungguh baik apabila Guru Gotama mengajarkan Dhamma kepadakita sehingga kita dapat memahami arti yang terinci dari pernyataan Guru Gotaina yang diucapkan secara singkat tanpa membabarkan artinya yang terinci'. 'Para perumah tangga, dengar dan perhatikanlah baik-baik apa yang akan aku katakan'.
"Ya. Bhante", jawab mereka. Lalu Sang Bhagava bersabda.
7. "Para perumah tangga, terdapat tiga macam perbuatan jasmani yang tidak sesuai dengan Dhamma, perbuatan yaiig tidak benar. Terdapat empat macain perbuatan ucapan yang Yak sesuai dengan Dhamma, perbuatan yang tidak benar. Terdapat tiga macam perbuatan mental yang tidak sesuai dengan Dhamma, perbuatan yang tidak benar"
8-- "Bagaimana halnya mengenai tiga macam perbuatan jasmani yang tidak sesuai dengan Dhamma, perbuatan yang tidak benar itu? Disini, seseorang adalah pembunuh makhluk-makhluk hidup; Ia bersifat pembunuh; memiliki tangan berlumuran darah, suka memukul dan melakukan kekerasan, serta tidak mengenal belas kasihan kepada semua makhluk hidup. Ia pengambil apa yang tidak diberikan; ia mengambil ternak dan harta milik orang lain di desa atau di hutan seperti pencuri ia menyerah pada perbuatan keliru dalam keinginan seksual; ia berzina dengan wanita-wanita, seperti yang dilindungi oleh ibu, ayah (ibu dan ayah), saudara lelaki, saudara perempuan, sanak keluarga, wanita bersuami, wanita hukuman dan juga dengan wanita-wanita yang berkalung bunga sebagai tanda pertunangan. Itulah halnya mengenai tiga macam perbuatan jasmani yang tidak sesuai dengan Dhamma, perbuatan yang tidak benar.
9-- "Bagaimana halnya mengenai empat macam ucapan yang tidak sesuai dengan Dhamma, perbuatan yang tidak benar itu? Disini, seseorang berdusta sewaktu dipanggil ke pengadilan atau ke pertemuan, atau kehadapan sanak saudara, atau kehadapan serikat kerjanya, atau kehadapan keluarga raja, dan ditanya sebagai saksi demikian: "Nah orang baik, ceritakanlah apa yang kau ketahui", Ialu, tak mengetahui, ia berkata "Aku tahu", atau mengetahui, ia berkata "aku tak tahu"; tak melihat, ia berkata "aku melihat", atau melihat, ia berkata "aku tak melihat"; dengan penuh pengertian ia berdusta demi tujuannya sendiri atau demi tujuan orang lain atau demi tujuan duniawi yang tak berarti ia berbicara dengan niat jahat: apa yang didengar di sini diceritakanditempat lain atau demi tujuan duniawi yang tak berarti ia berbicara dengan niat jahat: apa yang didengar di sini diceritakan ditempat lain dengan tujuan menimbulkan perpecahan dengan orang-orang ini, atau apa yang didengar ditempat lain diceritakan di sini, atau apa yang didengar di tempat lain diceritakan di sini untuk tujuan menimbulkan perpecahan dengan orang-orang itu, dan dengan demikian ia pemecah belah dari mereka yang bersatu, pencipta perpecahan, menyukai perpecahan, bergembira dengan perpecahan,ia pengucap kata-kata yan dapat menimbulkan perpecahan Ia berbicara dengan kasar ia mengucapakan kata-kata yang kasar, keras, menyakitkan orang lain, mengecap orang lain, berbatas dengan kemarahan dan tidak mengarah kepada konsentrasi. Ia seorang penggunjing sebagai orang yang menceritakan apa yang tidak masuk akal, apa yang tidak nyata, apa yang tidak baik apa yang bukan dhamma, apa yang bukan vinaya, dan ia berbicara bukan pada saat yang tepat, pembicaraan yang tidak pantas dicatat, yang tak beralasan, tidak menentu, dan tidak berkaitan dengan kebajikan. Itulah halnya mengenai empat macam perbuatan ucapan yang tidak sesuai dengan Dhamma, perbuatan yang tidak benar.
10--- Dan bagaimana halnya mengenai tiga macarn perbuatan mental yang tidak sesuai dengan Dhamma, perbuatan yang tidak benar itu? Di sini, seseorang bersifat tamak: ia serahkan terhadap temak dan harta milik orang lain demikian: "Oh seandainya milik orang lain itu menjadi milikku!" Atau ia memiliki batin beritikadjahat, dengan kehendak batin yang dipengaruhi oleh kebencian demikian. "Semoga makhluk-makhluk ini dibunuh dan disembelih, semoga mereka dipotong binasa, atau dimusnahkan! "Atau ia memiliki pandangan keliru, pandangan menyimpang demikian "tak ada dunia ini, tak ada dunia lain, tak ada ibu, tak ada ayah, tak ada makhluk-makhluk yang lahir secara spontan, tak ada para petapa dan brahmana saleh yang telah memahami sendiri melalui pengetahuan langsung serta membabarkan tentang dunia ini dan dunia lain. Itulah halnya mengenai tiga macam perbuatan mental yang tidak sesuai dengan Dhamma, perbuatan yang tidak benar. 'Nah, para perumah tangga, adalah karena alasan perbuatan yang tidak sesuai dengan Dhamma, karena alasan perbuatan yang tidak benar, bahwasanya sebagai makhluk di sini, dengan kehancuran jasmani, setelah mati, muncul kembali dalam keadaan celaka, di suatu tempat kelahiran menyedihkan, dalam kesengsaraan, bahkan di neraka.
Para perumah tangga, terdapat tiga macam perbuatan jasmani yang sesuai dengan Dhamma, perbuatan yang benar. Terdapat empat macam perbuatan ucapan yang sesuai dengan Dhamma.
Perbutan yang benar. Terdapat tiga macam perbuatan mental yang sesuai dengan Dharnma perbuatan yang benar.
Bagaimana halnya mengenai tiga macam perbuatan jasmani Yang sesuai dengan Dhamma, perbuatan yang benar itu? Di sini, seseor ang meninggalkan pembunuhan makhluk-makhluk hidup, menjadi orang yang menahan diri dari membunuh makhluk-makhluk hidup; dengan membuang tongkat dan senjata, lemah lembut dan penyayang, ia hidup penuh kasih sayang terhadap semua makhluk. Sementara meninggalkan pengambilan apa yang tidak diberikan, ia menjadi orang yang menahan diri mengambil apa yang tidak diberikan; ia tidak mengambil ternak dan harta milik orang lain di desa atau di hutan seperti seorang pencuri. Dengan meninggalkan perbuatan keliru dalam keinginan seksual, ia menjadi orang yang menahan diri dari perbuatan keliru dalam keinginan seksual ia tidak berzinah dengan wanita-wanita seperti yang dilindungi oleh ibu, ayah (ibu dan ayah), saudara perempuan, sanak keluarga, wanita bersuami, wanita hukuman dan juga dengan wanita-wanita yang berkalung bunga sebagai tanda pertunangan. Itulah halnya mengenai tiga macam perbuatan jasmani yang sesuai dengan Dhamma, perbuatan yang benar.
13-- Bagaimana halnya mengenai empat macam perbuatan ucapan yang sesuai dengan Dhamma, perbuatan yang benar itu? Di sini, dengan meninggalkan ucapan bohong, menjadi orang yang menahan diri dari berdusta sewaktu dipanggil ke pengadilan atau ke periemuan, atau ke hadapan sanak saudara atau ke hadapan serikat kerjanya, atau ke hadapan raja, dan ditanya sebagai saksi demikian: "Nah, orang baik, ceritakanlah apa yang.kamu ketahui", Ialu, tak mengetahui, ia berkata "aku tak tahu", atau mengetahui, ia berkata "aku tahu", tak melihat, ia berkata "aku tak melihat" atau melihat, ia berkata "aku melihat"; dengan penuh pengertiari ia tidak berdusta demi tujuannya sendiri atau demi tujuan orang lain atau demi tujuan duniawi yang tak berarti. Dengan meninggalkan ucapan berniat jahat, ia menjadi orang yang menahan diri dari ucapan berniat j ahat apa yang didengar di sini tak diceritakan di tempat lain untuk tujuan menimbulkan perpecahan dengan orang -orang ini, atau apa yang didengar di tempat lain tak diceritakan di sini untuk tujuan menimbulkan perpecahan dengan orang-orang itu, dan dengan demikian ia seorang pemersatu dari mereka yang terpecah belah, seorang penganjur persahabatan, menyukai persatuan; bergembira dengan persatuan, ia menjadi pengucap kata-kata yang menganjurkan persatuan. Dengan meninggalkan ucapan kasar, ia menjadi orang yang menahan diri dari ucapan kasar ia mengucapakan kata-kata yang tidak merugikan, enak didengar dan menyenangkan, meresap ke hati, sopan, diminati orang banyak serta disukai orang banyak. Dengan meninggalkan pergunjingan, ia menjadi orang yang menahan diri dari bergunjing sebagai orang yang menceritakan apa yang masuk akal apa yang nyata, apa yang baik, apa yang Dhamma, apa yang vinaya, dan ia berbicara pada saat yang tepat, pembicaraan yang pantas dicatat, yang beralasan, pasti, dan berkaitan dengan kebajikan. Itulah halnya mengenai empat macam perbuatan ucapan yang sesuai dengan dhamma, perhuatan yang benar.
14-- 'Bagaimana halnya mengenai tiga macam perbuatan mental yang sesuai dengan Dhamma, perbuatan yang benar itu? Di sini, sescorang tidak bersifat tamak ia tidak'serakah terhadap temak dan harta milik orang lain demikian: "Oh seandainya milik orang lain itu menjadi milikku,, Ia tidak memiliki batin beritikad jahat, dengan kehendak batin yang tak terpengaruh oleh kebencian demikian: "Semoga makhluk-makhluk ini terbebas dari permusuhan, kebencian dan kekhawatiran, semoga mereka hidup dengan bahagia". Ia memiiliki pandangan benar, pandangan yang tidak menyimpang demikian: "ada pemberian, ada persembahan, ada pengorbanan, ada buah dan masaknya perbuatan-perbuatan baik dan buruk, ada dunia ini, ada dunia lain, ada ibu, ada ayah, ada makhlukmakhluk yang (lahir) secara spontan, ada para petapa dan brahmana salch yang telah memahan-ii sendiri melalui pengetahuan langsung serta membabarkan tentang dunia ini dan dunia lain. "Itulah halnya mengenai tiga macam perbuatan mental yang sesuai dengan Dhamma, perbuatan yang benar. 'Nah, para perumah tangga, adalah karena alasan perbuatan yang sesuai dengan Dharnma, karena alasan perbuatan yang benar. Bahwasanya sebagian makhluk di sini, dengan kehancuran jasmani, setelah mati muncul kembali disuatu tempat kelahiran bahagia, bahkan di alam surgawi.
15-- 'Jika seorang perumah tangga yang menjalankan perbuatan sesuai dengan Dhamma, perbuatan yang benar, berharap: "Oh, alangkah baiknya bila dengan kehancuran jasmani, setelah mati, aku dapat muncul kembali bersama dengan warga ksatria yang kaya raya", adalah memungkinkan bahwa dengan kchancuran jasmani, setelah mati, ia dapat muncul kembali bersama dengan warga ksatria yang kaya raya. Mengapa? Oleh karena ia menjalankan perbuatan yang sesuai dengan Dhamma, perbuatan yang benar.
'16-- Jika seorang perumah tangga yang menjalankan perbuatan sesuai dengan Dhamma, perbuatan yang benar, berharap: "Oh. alangkah baiknya bila dengan kehancuran jasmani, setelah mati, aku dapat muncul kembali bersama warga brahmana yang kaya raya", adalah memungkinkan bahwa dengan kehancuran jasmani, setelah mati, ia dapat muncul kembali bersama dengan warga brahmana yang kaya raya. Mengapa? Oleh karena ia menjalankan perbuatan yang sesuai dengan Dhanuna, perbuatan yang benar.
17-- 'Jika seorang perumah tangga yang menjalankan perbuatan sesuai dengan Dhamma, perbuatan yang benar, berharap: "Oh, alangkah baiknya bila dengan kchancuranjasmani, setelah mati, aku dapat muncul kembali bersaina dengan warga perumah tangga yang kaya raya", adalah memungkinkan bahwa dengan kehancuran jasmani, setelah mati, ia dapat muncul kembali bersama dengan warga perumah tangga yang kaya raya. Mengapa? Oleh karena ia menjalankan perbuatan yang sesuai dengan Dhamma, perbuatan yang benar.
18-- 'Jika seorang perumah tangga menjalankan perbuatan sesuai dengan Dhamma, perbuatan yang benar, berharap: "Oh, alangkah baiknya bila dengan kehancuran jasmani, setelah mati muncul kembali bersama dengan para dewa Catumaharajika" adalah memungkinkan bahwa dengan kehancuranjasmani, setelah mati ia dapat muncul kembali bersama dengan para dewa Catumaharajika. Mengapa? Oleh karena ia menjalankan perbuatan yang sesuai dengan Dhamma, perbuatan yang benar.
19-- 'Jika seorang perumah tangga yang menjalankan perbuatan sesuai dengan Dhamma, perbuatan yang benar, berharap: "Oh, alangkah baiknya bila dengan kehancuran jasmani, setelah mati, aku dapat muncul kembali bersama dengan dewajasmani, adalah memugkinkan bahwa dengan kehancuran jasmani, setelah mati ia dapat muncul kembali bersama para dewa jasmani dari Tavatimsa. Mengapa? Oleh karena ia menjalankan perbuatan yang sesuai dengan Dhamma, perbuatan yang benar.
20.-- 'Jika seorang perumah tangga yang menjalankan perbuatan sesuai dengan Dhamma, perbuatan yang benar berharap: "Oh, alangkah baiknya bila dengan kehancuran jasmani, setelah mati aku dapat muncul kembali bersama para dewa Yama", adalah memungkinkan bahwa dengan kehancuran jasmani, setelah mati ia dapat muncul kembali bersama dengan para dewa Yarna. Mengapa? Oleh karena ia menialankan perbuatan sesuai dengan Dharnma, perbuatan yang benar.
21.-- 'Jika seorang perumah tangga yang menjalankan perbuatan yang sesuai dengan Dhamma, perbuatan yang benar, berharap: "Oh, alangkah baiknya bila dengan kehancuran jasmani, setelah mati, aku dapat muncul kembali bersama para dewa dari Tusita", adalah memungkinkan bahwa dengan kehancuran jasmani, setelah mati, ia dapat muncul kembali bersama dengan para dewa dari Tusita. Mengapa? Oleh karena ia menjalankan perbuatan yang sesuai dengan Dhamma, perbuatan yang benar.
22-- 'Jika seorang perumah tangga yang menialankan perbuatan sesuai dengan Dhamma, berharap perbuatan yang benar, berharap: "Oh alangkah baiknya bila dengan kehancuran jasmani, setelah mati, aku dapat muncul kembali bersama dengan para dewa Nimmanarati", adalah memungkinkan bahwa dengan kehancuran jasmani, setelah mati, ia dapat muncul kembali bersama dengan para dewa Nimmanarati. Mengapa? Oleh karena ia menjalankan perbuatan yang sesuai dengan Dhamma, perbuatan yang benar.
23-- 'Jika seorang perumah tangga menjalankan perbuatan sesuai dengan Dhamma, perbuatan yang benar, berharap: "Oh, alangkah baiknya bila dengan kehancuran jasmani, setelah mati, aku dapat muncul kembali bersama dengan para dewa Paranimmitavasavatti". adalah memungkinkan bahwa dengan kehancuran jasmani, setelah mati, ia dapat muncul kembali bersama dengan para dewa Paranimnlitavasavatti. Mengapa? Oleh karena ia menjalankan perbuatan yang sesuai dengan Dhamma, perbuatan yang benar.
24-- 'Jika seorang perumah tangga yang menjalankan perbuatan sesuai dengan Dhamma, perbuatan yang benar, berharap: "Oh, alangkah baiknya bila dengan kehancuran jasmani, setelah mati, aku dapat muncul kembali bersama dengan para dewa Pengiring Brahma (Brahmakayika)", adalah memungkinkan bahwa dengan kehancuran jasmani, setelah mati, ia dapat muncul kembali bersama dengan para Pengiring Brahma (Brahmakayika). Mengapa? Oleh karena ia menjalankan perbuatan yang sesuai dengan Dhamma, perbuatan yang benar.
24-- 'Jika seorang perumah tangga ya:ng menjalankan perbuatan sesuai dengan Dhamma, perbuatan yang benar, berharap: "Oh, alangkah baiknya bila dengan kehancuran jasmani, setelah mati, aku dapat muncul kembali bersama dengan para dewa Abha", adalah memungkinkan bahwa dengan kehancuranjasmani, setelah mati ia dapat muncul kembali bersama dengan para dewa Abha. Mengapa? Oleh karena ia menjalankan perbuatan sesuai dengan Dhamma, perbuatan yang benar.
'25-- Jika seorang perumah tangga yang menjalankan perbuatan sesuai dengan Dhamma, perbuatan yang benar, berharap: "Oh, alangkah baiknyabiladengan kehancuranjasmani, setelah mati, akudapatmuncul kembali bersama dengan para dewa Parittabha, adalah memungkinkan bahwa dengan kehancuran jasmani, setelah mati, ia dapat muncul kembali bersama dengan para dewa Parittabha. Mengapa? Oleh karena ia menjalankan perbuatan sesuai dengan Dhanuna, perbuatan yang benar.
27-- 'Jika seorang perumah tangga yang menjalankan perbuatan sesuai dengan Dhamma, perbuatan yang benar, berharap: "Oh, alangkah baiknya bila dengan kehancuran jasmani, setelah mati, aku dapat muncul kembali bersama dengan para dewa Appamanasabha", adalah memungkinkan bahwa dengan kehancuran jasmani, setelah mati ia dapat muncul kembali bersama dengan para dewa Appamanasabha. Mengapa? Oleh karena ia menjalankan perbuatan sesuai dengan Dhamma, perbuatan yang benar.
28-- 'Jika seorang perumah tangga yang menjalankan perbuatan sesuai dengan Dhamma, perbuatan yang benar, berharap: "Oh, alangkah baiknya bila dengan kehancuran jasmani, setelah mati, aku dapat muncul kembali bersama dengan para dewa Abhassara", adalah memungkinkan bahwa dengan kehancuran jasmani, setelah mati, la dapat muncul kembali bersama dengan para dewa Abhassabha. Mengapa? Oleh karena ia menjalankan perbuatan sesuai dengan Dhamma, perbuatan yang benar.
29-- 'Jika seorang perumah tangga yang menjalankan perbuatan sesuai dengan Dhamma, perbuatan yang benar, berharap: "Oh, alangkah baiknya bila dengan kehancuran jasmani, setelah mati, aku dapat muncul kembali bersama dengan para dewa Subha", adalah memungkinkan bahwa dengan kehancuran jasmani, setelah mati ia dapat muncul kembali bersama dengan para dewa Subha. Mengapa? Oleh karena ia menjalankan perbuatan sesuai dengan Dhamma, perbuatan yang benar.
30.-- 'Jika seorang perumah tangga yang menjalankan perbuatan sesuai dengan Dhamma, perbuatan yang benar, berharap,: "Oh, alangkah baiknya bila dengan kehancuran jasmani, setelah mati, aku dapat muncul kembali bersama dengan para dewa Parittasubha", adalah memungkinkan bahwa dengan kehancuran jasmani, setelah mati, ia dapat muncul kembali bersama dengan para dewa Parittasubha. Mengapa? Oleh karena ia menjalankan perbuatan sesuai dengan Dhamma, perbuatan yang benar.
31-- 'Jika seorang perumah tangga yang menjalankan perbuatan sesuai dengan Dhamma, perbuatan yang benar, berharap: "0h, alangkah baiknya bila dengan kehancuranjasmani, setelah mati, aku dapat muncul kembali bersama dengan para dewa Appamanasubha", adalah memungkinkan bahwa dengan kehancuran jasmani, setelah mati, ia dapat muncul kembali bersama dengan para dewa Appainanasabha. Mengapa? Oleh karena ia menjalankan perbuatan sesuai Dhamma, perbuatan yang benar.
32-- 'Jika seorang perumah tangga yang menjalankan perbuatan sesuai dengan Dhamma, perbuatan yang benar, berharap: "Oh, alangkah baiknya bila dengan kehancuran jasmani, setelah mati, aku dapat muncul kembali bersama dengan para dewa Subhakinna", adalah memungkinkan bahwa dengan kehancuran jasmani, setelah mati, ia dapat muncul kembali bersama para dewa Subhakinna. Mengapa? Oleh karena ia menjalankan perbuatan sesuai Dhamma, perbuatan yang benar.
'33-- Jika seorang perumah tangga yang menjalankan perbuatan sesuai dengan Dhamma, perbuatan yang benar, berharap: "Oh, alangkah baiknya bila kehancuran jasmani, setelah mati, aku dapat muncul kembali berswna para dewa Vehapphala", adalah memungkinkan bahwa dengan kehancuran jasmani, setelah mati, ia muncul kembali bersarna para dewa Vehapphala. Mengapa? Oleh karena ia menjalankan perbuatan sesuai dengan Dhamma, perbuatan yang benar.
'34-- Jika seorang perumah tangga yang menjalankan perbuatan sesuai dengan Dhamma, perbuatan yang benar, berharap: "Oh, alangkah baiknya bila dengan kehancuran jasmani, setelah mati, aku dapat muncul kembali bersama para dewa Aviha", adalah memungkinkan bahwa dengan kehancuran jasmani, setelah mati, ia dapat muncul kembali bersama para dewa Aviha. Mengapa? Oleh karena ia menjalankan perbuatan sesuai dengan Dhamma,perbuatan yang benar.
35- 'Jika seorang perumah tangga yang menjalankan perbuatan sesuai dengan Dhamma, perbuatan yang benar, berharap: "Oh, alangkah baiknya bila dengan kehancuran jasmani, setelah mati, aku dapat muncul kembali bersama dengan para dewa Atappa", adalah memungkinkan bahwa dengan kehancuran jasmani, setelah mati ia dapat muncul kembali bersama dengan para dewa Atappa. Mengapa? Oleh karena ia menjalankan perbuatan sesuai dengan Dhamma, perbuatan yang benar.
36-- 'Jika seorang perumah tangga yang menjalankan perbuatan sesuai dengan Dhamma, perbuatan yang benar, berharap: "Oh, alangkah baiknya bila dengan kchancuran jasmani, setelah mati, aku dapat muncul kembali bersama dengan para dewa Sudassa", adalah memungkinkan bahwa dengan kehancuran jasmani, setelah mati ia dapat muncul kembali bersama dengan para dewa Sudassa. Mengapa? Oleh karena ia menjalankan perbuatan sesuai dengan Dhamma, perbuatan yang benar.
37-- 'Jika seorang perumah tangga yang menjalankan perbuatan sesuai dengan Dhamma, perbuatan yang benar berharap: "Oh, alangkah baiknya bila dengan kehancuranjasmani, setelah mati, aku dapat muncul kembali bersama dengan para dewa Sudassi", adalah memungkinkan bahwa dengan kehancuran jasmani, setelah mati ia dapat muncul kembali bersama para dewa Sudassi. Mengapa? Oleh karena la menjalankan perbuatan sesuai dengan Dhamma, perbuatan yang benar.
38-- 'Jika seorang perumah tangga yang menjalankan perbuatan sesuai dengan Dhamma, perbuatan yang benar berharap: "Oh, alangkah baiknya bila dengan kehancuran jasmani, setelah mati, aku dapat muncul kembali bersama dengan para dewa Akanittha", adalah memungkinkan bahwa dengan kehancuraii jasmani, setelah mati, ia dapat muncul kembali bersama dengan para dewa Akanittha. Mengapa? Oleh karena ia menjalankan perbuatan sesuai dengan Dhamma, perbuatan yang benar.
39-- 'Jika seorang perumah tangga yang menjalankan perbuatan sesuai dengan Dhamma, perbuatan yang benar, berharap: "Oh, alangkah baiknya bila dengan kehancuran jasmani, setelah mati, aku dapat muncul kembali bersama dengan para dewa yang memiliki landasan ruang nirbatas", adalah memungkinkan bahwa dengan kehancuran jasmani, setelah mati, ia dapat muncul kembali bersama dengan para dewa yang memiliki ruang nirbatas. Mengapa? Oleh karena ia menjalankan perbuatan sesuai dengan Dhamma, perbuatan yang benar.
40-- 'Jika seorang perumah tangga yang menjalankan perbuatan sesuai dengan Dhamma, perbuatan yang benar, berharap: "Oh, alangkah baiknya bila dengan kehancuranjasmani, setelah mati, aku dapat muncul kembali bersama dengan para dewa yang memiliki landasan kesadaran nirbatas (vinnanancayatana)", adalah memungkinkan bahwa dengan kehancuran jasmani, setelah mati, ia dapat muncul kembali bersama dengan para dewa yang memiliki landasan kesadaran nirbatas (vinnanancayatana). Mengapa? Oleh karena ia menjalankan perbuatan sesuai dengan Dhamma, perbuatan yang benar.
41-- 'Jika seorang perumah tangga yang menjalankan perbuatan sesuai dengan Dhamma, perbuatan yang benar, berharap: "oh, alangkah baiknyabiladengankehancuranjasmani,setelahmati, akudapatmuncul kembali bersama dengan para dewa yang memiliki landasan ketiadaan (akincannayatana)", adalah memungkinkan bahwa dengan kehancuran jasmani, setelah mati, ia dapat muncul kembali bersama para dewa yang menuliki landasan ketiadaan (akincannayatana). Mengapa? Oleh karena ia menjalankan perbuatan sesuai dengan Dhamma, perbuatan yang benar.
42-- 'Jika seorang perumah tangga yang menjalankan perbuatan sesuai dengan Dhamma, perbuatan yang benar, berharap: "Oh, alangkah baiknya bila dengan kehancuran jasmani, setelah mati, aku dapat muncul kembali bersama dengan para dewa yang memiliki landasan bukan pencerapan dan bukan tidak pencerapan", adalah memungkinkan bahwa dengan kehancuran jasmani, setelah mati, ia dapat muncul kembali bersama dengan para dewa yang memiliki landasan bukan pencerapan dan bukan tidak pencerapan. Mengapa? Oleh karena ia menjalankan perbuatan sesuai dengan Dhamma, perbuatan yang benar.
'43-- Jika seorang perumah tangga yang menjalankan perbuatan sesuai dengan Dhamma, perbuatan yang benar, berharap: "Oh, alangkah baiknya bila melalui penyadaran sendiri dengan pengetahuan langsung, aku di sini dan sekarang juga memasuki dan berdiam dalam kebebasan pikiran (cetovimutti) serta kebebasan dengan pengertian (pannavimutti) yang bebas noda dengan hancurnya noda-noda". Adalah memungkinkan bahwa melalui penyadaran sendiri dengan pengetahuan langsung, di sini dan sekarang ia dapat memasuki dan berdiam dalam kebebasan hati dan kebebasan dengan pengettian yang bebas noda dengan hancurnya noda-noda. Mengapa? Oleh karena ia menjalankan perbuatan yang sesuai dengan Dhamma, perbuatan yang benar.
44-- 'Ketika hal ini selesai disabdakan, para perumah tangga kasta Brahmana Sala berkata kepada Sang Bhagava: 'Menakjubkan, Guru Gotama! Dhamma telah dijelaskan dengan berbagai cara oleh Guru Gotama, seakan-akan Beliau menegakkan apa yang runtuh, mengungkapkan apa yang tersembunyi, menunjukkan jalan kepada orang yang tersesat, memegang lampu dalam kegelapan bagi mereka yang mempunyai mata untuk melihat.
45— ‘Kami berlindung kepada Guru Gotama dan kepada Dhamma serta kepada sangha. Mulai hari ini sudilah kiranya Guru Gotama menerima kami sebagai upasaka yang telah berlindung kepadanya selama hidup’.

CULAASSAPURA SUTTA

Demikianlah telah saya dengar. Pada suatu waktu Sang Bhaga¬va tinggal diantara Angas; kota tempat the Angas disebut Assapu¬ra. Ketika berada disana Sang Bhagava berkhotbah kepada para Bhikku, berkata: " Para Bhikku."
"Yang Mulia", Jawab para Bhikku kepada Sang Bhagava.
Sang Bhagava berkata demikian: "Para Pertapa, demikianlah masya-rakat mengenalmu, Bhikku, dan ketika kalian ditanya: "Siapakah kalian?", seharusnya kalian menjawab: "Kami adalah pertapa." Bhikku, itulah sebutanmu/panggilanmu, dan merupakan pekerjaanmu/tugasmu, oleh sebab itu kalian para Bhikku, harus melatih diri: "Kami akan mengikuti kebiasaan/latihan yang sesuai bagi pertapa; dengan demikian akan sesuai dengan sebutan kami, dan tugas kami menjadi nyata, serta dana yang kami terima dan gunakan berupa - kain jubah, makanan dari pindapata, tempat tinggal/penginapan, dan obat-obatan untuk yang sakit - akan mendatangkan hasil yang sangat besar, yang menjadi keuntungan bagi kami; dan kepergian kami meninggalkan kehidupan berumah tangga tidak sia-sia, tapi membuahkan hasil dan berkembang.
Dan Bhikku, bagaimana seorang Bhikku menjadi seseorang yang tidak mengikuti kebiasaan/latihan yang sesuai bagi pertapa?.
Bhikku, jika seorang Bhikku yang tamak/rakus, sifat tamak belum dimusnahkan; yang dengki, sifat dengki belum dimusnahkan; yang pemarah, sifat pemarah belum dimusnahkan; yang mendendam, sifat dendam belum dimusnahkan; yang munafik, sifat munafik belum dimusnahkan; who is spiteful, spite not get rid of; yang cemburu, sifat cemburu belum dimusnahkan; yang kikir, sifat kikir belum dimusnahkan; yang curang, sifat curang belum dimusnahkan; yang licik, sifat licik belum dimusnahkan; yang bernafsu jahat, nafsu jahat belum dimusnahkan; yang berpandangan sesat, pandangan sesat belum dimusnahkan - Bhikku, Aku berkata bahwa jika dia (Bhikku) tidak melatih diri sesuai dengan kehidupan pertapa, tidak akan ada pemusnahan noda, cacat, dan sifat buruk pada pertapa, kejadi¬an yang menyebabkan penderitaan, yang akan dialami pada bad bourn. Bhikku, bagaikan senjata untuk bertempur yang mematikan, yang bermata ganda, diasah tajam, ditutupi dan dibungkus oleh sarungnya - seperti inilah Aku mempersamakan keluarnya Bhikku dari kehidupan rumah tangganya.
Bhikku, Aku tidak mengatakan bahwa seseorang yang dalam perta-paannya mengenakan jubah hanya bergantung dengan jubah yang dipakainya. Bhikku, Aku tidak mengatakan seseorang yang dalam pertapaannya tidak berpakaian hanya bergantung dengan keadaannya yang tidak berpakaian. Bhikku, Aku tidak mengatakan seseorang yang dalam pertapaannya hidup dengan cara yang kotor dan berdebu, hanya bergantung pada debu dan kekotorannya. Bhikku, Aku tidak mengatakan seseorang yang dalam pertapaannya mandi secara ritual (bathes ceremonially), hanya bergantung pada mandi secara ritual. Bhikku, Aku tidak mengatakan seseorang yang dalam perta¬paannya tinggal pada akar pohon [282],hanya bergantung pada keadaannya tinggal di akar pohon. Bhikku, Aku tidak mengatakan seseorang yang bertapa dialam terbuka, hanya bergantung pada kehidupannya dialam terbuka. Bhikku, Aku tidak mengatakan seseo¬rang yang bertapa dengan berdiri tegak, hanya bergantung dengan keadaannya berdiri tegak. Bhikku, Aku tidak mengatakan seseorang yang bertapa dengan regimen,hanya bergantung dengan regimen. Bhikku, Aku tidak mengatakan seseorang yang bertapa dengan medi¬tation on chants, hanya bergantung dengan meditation on chants. Bhikku, Aku tidak mengatakan seseorang yang bertapa dengan rambut yang kusut,hanya bergantung dengan rambutnya yang kusut.
Bhikku, jika sifat iri hati dari seseorang yang irihati dan memakai jubah, dapat dimusnahkan hanya dengan memakai jubah, jika kedengkian dari seseorang yang dengki... kemarahan dari seseo¬rang yang sedang marah... dendam dari seseorang yang mendendam... kemunafikan dari seseorang yang munafik... the spite of one who is spiteful... kecemburuan dari seseorang yang cemburu... kekikiran dari seseorang yang kikir... kecurangan dari seseorang yang curang... kelicikan dari seseorang yang licik... nafsu jahat dari seseorang yang dikuasai nafsu jahat... pandangan sesat dari seseorang yang berpandanagn sesat dapat dimusnahkan, maka para sahabat, kenalan, saudara-saudaranya akan mengenakan jubah kepadanya pada hari pertama kelahirannya, akan menganjurkan dia untuk memakai jubah, berkata: "Mari Auspi¬cious-faced jadilah seseorang yang memakai jubah, karena dengan menjadi orang yang berjubah, seorang yang tamak, ketamakannya kan musnah, kedengkian dari seorang yang dengki akan musnah, kemara¬han... nafsu jahat dari seseorang yang dikuasai nafsu jahat akan musnah, pandangan sesat dari seorang yang berpandangan sesat akan musnah hanya dengan memakai jubah. Tapi karena Aku melihat orang-orang yang memakai jubah, tamak, berhati dengki, pemarah, dendam, munafik, spiteful, cemburu, kikir, curang, licik, dikuasai nafsu jahat, berpandangan sesat, maka Aku tidak mengatakan pertapaan dari seseorang yang memakai jubah hanya bergantung pada pemakaian jubah.
Bhikku, jika ketamakan dari seseorang yang tidak berpakaian dan tamak... pandangan sesat dari seseorang yang tidak berpakai¬an dan berpandangan sesat dapat dimusnahkan hanya dengan tidak berpakaian... hanya dengan hidup dengan cara yang kotor dan ber¬debu... hanya dengan mandi secara ritual... hanya dengan ting¬gal pada akar pohon, hanya dengan tinggal dialam terbuka... hanya dengan berdiri tegak... hanya dengan tinggal dalam regimen... hanya dengan meditation on chants... hanya dengan memakai tutup kepala, maka para sahabat, kenalan, saudara-saudaranya, akan memakaikan tutup rambut(wear matted hair) kepadanya, akan mengan-jurkannya memakai tutup rambut/kepala, berkata: "Mari Auspi¬cious-faced, jadilah seorang yang memakai tutup kepala, karena dengan menjadi orang yang memakai tutup kepala ketamakan dari seorang yang tamak akan musnah hanya dengan memakai tutup kepala...[283] kedengkian dari seorang yang dengki akan musnah... pandangan sesat dari orang yang berpandangan sesat akan musnah.'
Tapi Bhikku, karena Aku melihat orang-orang yang memakai tutup kepala, tamak, dengki, pemarah, pendendam, munafik, spiteful, cemburu, kikir, curang, licik, bernafsu jahat, berpandangan sesat, maka Aku tidak mengatakan seorang yang bertapa dengan memakai tutup kepala hanya bergantung dengan keadaannya memakai tutup kepala.
Dan mengenai bagaimana seorang Bhikku menjadi seorang yang menja-lankan latihan yang sesuai bagi pertapa?
Bhikku manapun yang ketamakannya sudah musnah, yang kedeng-kiannya sudah musnah, yang kemarahannya sudah musnah, yang den-damnya sudah musnah, yang kemunafikannya sudah musnah, who is spiteful spite is got rid of,yang kecemburuannya sudah musnah, yang kekikirannya sudah musnah, yang kecurangannya sudah musnah, yang yang kelicikannya sudah musnah, yang yang nafsu jahatnya sudaah musnah, yang pandangan sesatnya sudah musnah, Bhikku Aku berkata bahwa jika dia(Bhikku) mengikuti latihan yang sesuai bagi pertapa, noda pada pertapa, cacat pada pertapa, sifat bururk pada pertapa, kejadian yang akan menimbulkan kesedihan, yang akan dialami dalam bad bourn. Dia menjaga kesucian dirinya dari kea¬daan buruk yang tidak terlatih, dia menjaga kebebasan dirinya (dari nafsu). Pada saat dia menjaga kesucian dirinya dari kea¬daan buruk yang tidak terlatih, dan menjaga kebebasan dirinya, timbul kegembiraan; dari kegembiraan timbul kegiuran; ketika dia berada dalam kegiuran tubuh menjadi impassible; ketika tubuh impassible dia experiences joy; being joyful,pikiran menjadi terkonsentrasi. Dia diliputi oleh pikiran penuh persahabatan pada bagian pertama, kedua, ketiga dan keempat, dan juga keatas, kebawah, kesamping, dia diliputi oleh pikiran penuh persahabatan keseluruh penjuru dunia, kesegala arah, mencapai jauh, meluas, tak terbatas, tanpa rasa permusuhan dan dendam. Dia diliputi oleh rasa belas kasihan pad abagian pertama... Dia diliputi oleh mind of equanimity... tanpa permusuhan dan dendam.
Bhikku, laksana kolam bunga teratai yang cantik dengan air yang bening, manis, sejuk, jernih, dengan tepi yang indah; [284] dan jika seorang yang datang dari timur, terbakar oleh udara yang panas, kehabisan tenaga, kepanasan dan kehausan, tiba di kolam teratai tersebut, dia dapat menghilangkan rasa haus dan panasnya dengan air kolam. Dan jika seseorang datang dari barat...dari utara... dari selatan... atau dari manapun datangnya, terbakar oleh udara yang panas, kehabisan tenaga, kepanasan dan kehausan, tiba di kolam teratai tersebut, dapat menghilangkan rasa haus dan panas dengan air kolam. Bhikku demikian juga jika seorang dari keluarga terhormat meninggalkan kehidupan rumah tangganya, menja¬di seorang yang tak berumah dan mengikuti dhamma dan latihan yang diajarkan oleh Sang Tathagata, mengembangkan rasa persahabatan (meta), belas kasihan(karuna), sympathetic joy(mudita) dan equam¬ity (upeka), dia mencapai ketenangan batin - Aku berkata dengan ketenangan batinnya, dia melaksanakan latihan yang sesuai bagi pertapa. Jika seorang dari keluarga Brahmana... jika seoarang dari keluarga saudagar... jika seorang dari keluarga pekerja... jika seorang dari keluarga manapun juga yang meninggalkan kehidu¬pan rumah tangganya menjadi seorang yang tidak mempunyai rumah dan mengikuti dhamma dan latihan yang diajarkan oleh Sang Tatha¬gata, mengembangkan rasa persahabatan (meta), belas kasihan(karuna), sympathetic joy(mudita) dan equamity (upeka), dia mencapai ketenangan batin - Aku berkata dengan ketenangan batinnya dia melaksanakan latihan yang sesuai bagi pertapa. Dan jika seorang dari keluraga terhormat meninggalkan kehidupan rumah tangganya, dengan memusnahkan kekotoran batinnya, menyadari dengan super-knowledge yang dimilikinya pikiran bebas, kebebasan yang diperoleh melalui batin yang bijaksana bebas dari kekotoran, dia memasuki dan berada dalam kondisi demikian - dia menjadi pertapa melalui penghancuran kekotoran batin. Jika seorang dari keluarga Brahmana,... seorang dari keluarga saudagar... seorang dari keluarga pekerja... jika seorang dari keluarga manapun yang meninggalkan kehidupan rumah tangga menjadi seorang yang tak berumah, dan dnegan penghancuran kekotoran batin, menyadari dengan super-knowledge yang dimilikinya pikiran yang bebas, kebebasan yang diperoleh melalui batin yang bijaksana bebas dari kekotoran, memasuki dan berada dalam kondisi tersebut - dia menjadi pertapa melalui penghancuran kekotoran batin."
Demikianlah khotbah Sang Bhagava. Para Bhikku bergembira dengan khotbah yang diberikan oleh Sang Bhagava.

Footnote:
1 mataja; vl mataja
2 Pada S IV 312= A. v.263 menyebut para brahmana dari barat. MA. ii. 325 mengatakan mereka menyelam kedalam air 3 kali (untuk membersihkan diri mereka dari perbuatan yang salah).

1 MA. ii. 325 mengatakan dia makan sebulan sekali atau dua minggu sekali. Juga seluruh latihan tersebut berada diluar "ajaran ini", dimana seorang Bhikku yang memakai jubah tidak disebut "orang yang memakai jubah (outer cloak), sanghatiko.Satu-satunya latihan yang dilakukan oleh murid-murid Gotama yang dilakukan sama dengan masyarakat umum adalah berdiam/tinggal pada akar pohon dan dialam terbuka.
2 Manta
3 Bhadramukha. Juga pada M. ii. 53,S.i.74. Lihat K.S.i. 100,n.3. MA. ii. tidak memmberikan komentar.

1 M.i.76.
2 vineyya, bisa mencegah, mengusir.