Sign up for PayPal and start accepting 
credit card payments instantly.
Selamat Datang di Tipitaka Pali

Google
 

Friday, November 11, 2011

Jilid I Catukka – Kelompok Empat - Dhamma Vibhanga

DHAMMA VIBHAGA
(PENGGOLONGAN DHAMMA)
JILID I
CATUKKA – KELOMPOK EMPAT


1. Vuddhi – perkembangan dengan mempraktekkan Dhamma.
  1. Sappurisasamseva : bergaul dengan orang-orang yang mulia dan terpuji dalam perbuatan, ucapan dan pikiran.
  2. Saddhammasavana : mendengarkan ajaran-ajaran dari orang-orang mulia dengan penuh penghormatan.
  3. Yonisomanasikara : merenungkan dan mengetahui hal-hal apa yang baik dan buruk.
  4. Dhammanudhammapatipatti : mempraktikkan Dhamma sesuai dengan Dhamma yang telah diselidiki dan dimengerti. 
    A. II. 245.
12. Empat Cakka – Roda:
  1. Patirupadesavasa : bertempat tinggal di tempat yang sesuai.
  2. Sappurisapassaya : bergaul dengan orang-orang yang baik.
  3. Attasammapanidhi : memahami apa yang berguna bagi diri sendiri.
  4. Pubbekatapuññata : memiliki ‘simpanan’ perbuatan-perbuatan baik, dengan kata lain, banyak berbuat kebaikan di masa lalu.
Empat Dhamma ini akan membawa seseorang pada perkembangan dan kesejahteraan, dan dapat diumpamakan seperti roda-roda sebuah kereta.
A. II. 32.
3. Empat Agati – cara-cara salah:
  1. Chandagati : kecurigaan karena mencintai seseorang tertentu saja.
  2. Dosagati : kecurigaan karena merasa tidak senang atau membenci.
  3. Mohagati : kecurigaan karena kebodohan atau ketidaktahuan.
  4. Bhayagati : kecurigaan karena merasa takut.
    A. II 18.
4. Empat bahaya bagi para Bhikkhu atau Samanera baru:
  1. Tidak dapat menerima ajaran-ajaran yang diberikan, dengan kata lain, rasa tidak senang kepada apa yang diajarkan dan malas untuk mempraktikkannya.
  2. Hanya memikirkan perut dan mulutnya sendiri dan tidak pernah merasa puas dengan apa yang diterimanya.
  3. Menikmati kesenangan-kesenangan indria saja dan terlalu banyak keinginan untuk memperoleh kesenangan.
  4. Senang dengan wanita.
Para Bhikkhu dan Samanera, yang ingin maju harus berhati-hati agar empat bahaya ini tidak menguasai diri mereka.
A. II. 123.
5. Empat Padhana – usaha rajin dan bersemangat:
  1. Samvarappadhana : usaha rajin agar keadaan jahat dan buruk tidak timbul di dalam diri seseorang.
  2. Pahanappadhana : usaha rajin untuk menghilangkan keadaan-keadaan jahat dan buruk yang telah timbul.
  3. Bhavanappadhana : usaha rajin untuk menimbulkan keadaan-keadaan baik di dalam diri seseorang.
  4. Anurakkhappadhana : usaha rajin untuk menjaga keadaan-keadaan baik yang telah timbul dan tidak membiarkan mereka lenyap.
Empat usaha rajin ini adalah ‘Usaha Benar’. Tiap-tiap orang harus berusaha untuk mengembangkannya di dalam diri masing-masing.
A. II. 16.
6. Empat Adhitthanadhamma – dhamma yang harus dikembangkan dalam diri:
  1. Pañña : mengetahui segala sesuatu yang seharusnya diketahui (Kebijaksanaan).
  2. Sacca : mengerjakan apapun juga yang seharusnya dikerjakan dengan penuh kejujuran.
  3. Caga : bermurah hati di dalam memberikan bantuan kepada mereka yang memerlukannya.
  4. Upasama : menenangkan pikiran dari hal-hal yang berlawanan dengan ketenangan.
    M. III. 240.
7. Empat Iddhipada – kondisi-kondisi berguna yang memungkinkan seseorang untuk mencapai tujuan terakhir.
  1. Chanda : kepuasan dan kegembiraan di dalam mengerjakan hal-hal yang sedang dikerjakan.
  2. Viriya : usaha yang bersemangat di dalam mengerjakan sesuatu.
  3. Citta : memperhatikan dengan sepenuh hati terhadap hal-hal yang sedang dikerjakan tanpa membiarkannya begitu saja.
  4. Vimamsa : merenungkan dan menyelidiki alasan-alasan di dalam hal-hal yang sedang dikerjakan.
Empat kesucian-kesucian ini, apabila mereka disempurnakan, mereka dapat membawa seseorang pada suatu tujuan terakhir yang berada di dalam kemampuannya.
Vbh. 216 & 413
8. Empat hal yang tidak boleh diabaikan:
  1. Di dalam meninggalkan cara-cara perbuatan buruk melalui badan jasmani (kaya-duccarita) dan mempraktikkan cara-cara perbuatan baik melalui badan jasmani (kaya-succarita).
  2. Di dalam meninggalkan cara-cara perbuatan buruk melalui ucapan (Vaci-duccarita) dan mempraktikkan cara-cara perbuatan baik melalui ucapan (Vaci-succarita).
  3. Di dalam meninggalkan cara-cara perbuatan buruk melalui pikiran (mano-duccarita) dan mempraktikkan cara-cara perbuatan baik melalui pikiran (mano-succarita).
  4. Di dalam meninggalkan pandangan-pandangan salah (miccha-ditthi) dan berusaha untuk memperoleh pandangan benar (samma-ditthi).
Empat kelompok lain seperti di atas:
  1. Menjaga pikiran, tidak membiarkannya terpengaruh oleh obyek-obyek (arammana) yang dapat membangkitkan nafsu seks.
  2. Menjaga pikiran, tidak membiarkannya menjadi marah pada obyek-obyek yang dapat membangkitkan kemarahan.
  3. Menjaga pikiran, tidak membiarkannya menjadi bingung di hadapan obyek-obyek yang menimbulkan kebingungan.
  4. Menjaga pikiran, tidak membiarkannya untuk menjadi kacau dan terangsang pada obyek-obyek yang dapat menimbulkan kekacauan dan rangsangan.
    A. II. 19.
9. Empat Parisuddhi-sila – kesucian kelakuan bermoral :
  1. Patimokkhasadivara : menahan diri sesuai dengan Patimokkha (peraturan kedisiplinan para Bhikkhu). Menghindarkan hal-hal yang dilarang oleh Sang Buddha.
  2. Indriyasamvara : menahan diri dari enam indra, tidak membiarkan terseret oleh perasaan senang atau tidak senang pada saat indria berkontak dengan obyek-obyek luar.
  3. Ajivaparisuddhi : mencari nafkah dalam cara yang benar, tidak dengan menipu orang lain.
  4. Paccayapaccavekkhana : sebelum mempergunakan salah satu dari empat kebutuhan-kebutuhan pokok (paccaya), yaitu Jubah (Civara), makanan (Pindapata), tempat tinggal (Senasana), obat-obatan (Bhesajja), harus merenungkan tentang fungsi mereka yang sebenarnya, dan tidak mempergunakan mereka karena keserakahan.
    Vism. I. 15/16
10. Empat Arakkhakammatthana – meditasi pelindung:
  1. Buddhanussati : perenungan terhadap kesucian-kesucian Sang Buddha dan bantuan-bantuan yang telah diberikan oleh Beliau kepada segenap manusia.
  2. Metta : memancarkan rasa persahabatan dan menginginkan agar semua makhluk dapat hidup berbahagia tanpa kecuali.
  3. Asubha : merenungkan badan sendiri dan juga milik orang lain, bahwa mereka itu pada dasarnya adalah menjijikkan.
  4. Maranasati : merenungkan kematian dan bahwasanya kematian dapat muncul setiap saat.
Empat Kammatthana ini harus selalu dikembangkan di dalam diri kita masing-masing.
(Dari Mokkhupayagatha, oleh King Mongkut, Rama IV).
11. Empat Brahma Vihara – kediaman luhur.
  1. Metta : cinta kasih kepada semua makhluk, mengharapkan agar mereka semua hidup dengan bahagia.
  2. Karuna : kasih sayang kepada mereka yang sedang mengalami penderitaan, ingin membantu agar mereka terbebas dari dukkha.
  3. Mudita : ikut bergembira atas keuntungan yang diperoleh orang lain.
  4. Upekkha : seimbang, artinya tidak merasa bergembira atau merasa sedih, karena memiliki pengertian bahwa semua yang diterima adalah hasil dari perbuatan kita masing-masing.
Ini adalah empat cara-cara di mana para bijaksana melatih dirinya.
Vbh. 272 & 642.
12. Empat Satipatthana – dasar-dasar bagi kesadaran:
  1. Kayanupassana : kesadaran yang terbatas pada penyelidikan terhadap badan jasmani (kaya) sebagai obyek pikiran, demikian: “Badan ini hanyalah sekedar badan, bukan makhluk, orang atau aku; bukan milik diri sendiri atau milik orang lain”.
  2. Vedananupassana : kesadaran yang terbatas pada penyelidikan terhadap perasaan (vedana), yang meliputi sukkha, dukkha dan bukan sukkha ataupun dukkha sebagai obyek-obyek pikiran, demikian: “Perasaan ini hanyalah sekedar perasaan, bukan makhluk, orang atau aku; bukan milik diri sendiri atau milik orang lain”.
  3. Cittanupassana : kesadaran yang terbatas pada penyelidikan terhadap pikiran, yaitu pikiran yang ternoda dan kotor atau pikiran-pikiran yang murni dan bersih, demikian: “Pikiran ini hanyalah sekedar pikiran, bukan makhluk, orang atau aku; bukan milik diri sendiri atau milik orang lain”.
  4. Dhammanupassana : kesadaran yang terbatas pada penyelidikan terhadap Dhamma, yaitu kusala (baik) atau akusala (tidak baik) dan yang timbul dari pikiran, demikian: “Dhamma ini hanyalah sekedar Dhamma, mereka bukan makhluk, orang atau aku; bukan milik diri sendiri atau milik orang lain”.
    D. II. 290.
13. Empat Dhatukammatthana – meditasi pada unsur-unsur:
  1. Pathavi-dhatu : unsur padat.
    Apa saja yang mempunyai corak keras, padat, disebut Pathavi-dhatu. Unsur padat di dalam diri kita meliputi: rambut kepala, rambut badan, kuku, gigi, kulit, daging, otot, tulang, sumsum, buah pinggang, jantung, selaput rongga dada, limpa, paru-paru, usus besar, usus kecil, makanan yang belum dicerna, kotoran.
  2. Apo-dhatu : unsur cair.
    Apa saja yang mempunyai corak cair dan melekat disebut Apodhatu.
    Unsur cair di dalam diri kita meliputi: empedu, lendir, nanah, darah, keringat, lemak, air mata, minyak kulit, ludah, ingus, minyak persendian, air kencing.
  3. Tejo-dhatu : unsur api.
    Apa saja yang mempunyai corak panas adalah Tejo-dhatu. Unsur api di dalam diri kita meliputi: ‘api’ yang menyebabkan panas di dalam tubuh: … ‘api’ yang menyebabkan tubuh menjadi lapuk, ‘api’ yang menyebabkan tubuh terangsang, ‘api’ yang membakar sehingga makanan dapat dicerna.
  4. Vayo-dhatu : unsur udara.
    Apa saja yang mempunyai corak bergerak disebut Vayo-dhatu. Unsur udara di dalam diri kita meliputi: ‘udara’ di dalam perut, ‘udara’ di dalam usus-usus, ‘udara’ yang mengalir ke seluruh tubuh dan ‘udara’ pernafasan.
Penyelidikan yang terbatas pada badan jasmani ini, sehingga itu semata-mata terlihat hanya sebagai empat unsur: tanah, air, api dan udara, yang dikelompokkan bersama-sama, dan bukan ‘milik-ku’, ataupun ‘milik sang aku’, adalah disebut dhatu-kammatthana.
M. I. 185.
14. Empat Ariya-sacca – kebenaran mulia:
  1. Dukkha : penderitaan atau tidak memuaskan.
    Dukkha meliputi penderitaan bathin dan jasmani, karena keduanya adalah tidak menyenangkan dan pada dasarnya tidak memuaskan.
  2. Samudaya : sebab timbulnya dukkha.
    Tanha atau nafsu keinginan diberi nama Samudaya, karena itu merupakan sebab bagi timbulnya dukkha.
    Ada tiga macam Tanha:

    1. Kamatanha : nafsu keinginan terhadap obyek-obyek kemelekatan;
    2. Bhavatanha : nafsu keinginan untuk menjadi ini atau itu.
    3. Vibhavatanha : nafsu keinginan untuk tidak menjadi ini atau itu.
  3. Nirodha : berhentinya dukkha.
    Dengan melenyapkan tanha secara mutlak, maka dukkha akan berakhir. Itu disebut Nirodha, karena itu adalah akhir dari dukkha.
  4. Magga : jalan yang harus ditempuh untuk mengakhiri dukkha
Pañña atau kebijaksanaan yang melihat dengan benar bahwa: ‘Inilah dukkha’; ‘inilah sebabnya timbul dukkha’; ‘inilah akhirnya dukkha’; ‘inilah jalan yang membawa pada akhir dari dukkha’. Diberi nama ‘Magga’ karena itu mencakup bagian-bagian praktek untuk mencapai akhir dari dukkha.
Magga mempunyai delapan faktor-faktor bagian, yaitu:
  1. Pandangan benar (samma-ditthi).
  2. Pikiran benar (samma-sankappa).
  3. Ucapan benar (samma-vaca).
  4. Perbuatan benar (samma-kammanta).
  5. Mata pencaharian benar (samma-ajiva).
  6. Usaha benar (samma-vayama).
  7. Perhatian benar (samma-sati).
  8. Konsentrasi benar (samma-samadhi).
    Vbh. 99 & 199.
    source:samaggi-phala.or.id