Sign up for PayPal and start accepting 
credit card payments instantly.
Selamat Datang di Tipitaka Pali

Google
 

Wednesday, November 02, 2011

Trdharma

Sejarah Pemuda Trdharma
Sam Kauw Hwee
Sam Kauw Hwee (Perhimpunan Tiga Agama) lahir atas prakarsa Kwee Tek Hoay yang kini dikenal sebagai Bapak Tridharma Indonesia dan hari lahir beliau tanggal 31 Juli diperingati juga sebagai hari Tridharma di Indonesia.
Pada tahun 1920-an Kwee Tek Hoay mendirikan Penerbitan & Percetakan MOESTIKA di Jakarta dan menerbitkan majalah MOESTIKA DHARMA yang banyak mengupas ajaran agama Buddha, Khong Hu Cu, dan Lo Cu bahkan juga ajaran agama lainnya. Majalah MOESTIKA DHARMA ini berjasa dalam menyebarluaskan kembali ajaran Tridharma sehingga kemudian ajaran Tridharma mulai kembali dikenal, dimengerti, dihayati dan diamalkan dalam kehidupan bermasyarakat. Sekitar tahun yang sama lahirlah organisasi Sam Kauw Hwee yang mana di kemudian hari Sam Kauw Hwee menjadi organisasi yang mempelopori kebangkitan kembali agama Buddha di Indonesia. Kwee Tek Hoay menjadi Ketua Umum Sam Kauw Hwee yang pertama dengan dibantu oleh putrinya yang bernama Kwee Yat Nio ( Ny. Hin Hoey atau Ny. Visaka Gunadharma ).

Sam Kauw Hwee yang didirikan Kwee Tek Hoay ini sifatnya Indonesia Sentris, dalam arti bahwa sebagai suatu sistem ia dibangun dan diciptakan di Indonesia kendatipun ketiga ajaran agama tersebut berasal dari luar Indonesia. Pada mulanya Sam Kauw Hwee ini bisa dianggap sebagai suatu gerakan keagamaan yang mencangkup tiga unsur di mana salah satu unsurnya bisa bergabung ataupun berdiri sendiri-sendiri.
Ketiga ajaran tersebut sama sekali tidak dicampuradukkan sehingga tercipta suatu ajaran yang baru. Ketiga agama tersebut masing-masing tetap bersumber dan berpedoman pada kitab sucinya sendiri-sendiri. Dan memang pada kenyataannya bagi para umat, ketiga ajaran agama tersebut sama sekali tidak bertentangan bahkan saling menunjang dengan serasi, selaras dan seimbang. Bagi para umat, ketiga ajaran agama tersebut pengejawantahannya didalam kehidupan sehari-hari dari waktu ke waktu sudah begitu membudaya dan mendarah daging sehingga sungguh teramat sulit untuk dipisah-pisahkan terutama yang tercermin pada upacara-upacara ritual (keagamaan) dan kemasyarakatan serta perayaan-perayaan lainnya.
Dalam perkembangannya Sam Kauw Hwee diganti menjadi GSKI (Gabungan Sam Kauw Indonesia) yang kemudian dirubah menjadi GTI (Gabungan Tridharma Indonesia) yang resmi berdiri tanggal 20 Februari 1958 pukul 12.00 WI dan berbentuk Badan Hukum/Rechtspersoon/Legal Body berdasarkan Penetapan Menteri Kehakiman R.I No. 33 tanggal 24 April 1953 urutan No.3 GTI ini juga terdaftar pada Departemen Agama R.I. berdasarkan Surat Direktur Urusan Agama Hindu dan Buddha No.G-II/l/d-2/7/73 tanggal 10 Januari 1973 dan Surat Keputusan Dirjen Bimas Hindu dan Buddha No.H.437/SK/1982 tanggal 1 Agustus 1982.
Pada tanggal 24 Maret 1934 Kwee Tek Hoay bersama dengan Yosias Van Dienst (Director General International Buddhist Mission Bagian Jawa) mengundang Bikkhu Narada dari Sri Langka. Bikkhu Narada merupakan Bikkhu pertama yang datang dari luar negeri setelah kerajaan Majapahit runtuh, beliau memberikan ceramah-ceramah diberbagai tempat di Jakarta dan Jawa Barat serta Jawa Tengah dengan dikoordinir oleh Sam Kauw Hwee dimasing-masing daerah yang bersangkutan.
Ketika itu pula Sam Kauw Hwee menerbitkan Majalah Sam Kauw Gwat Po dalam bahasa Indonesia yang bertujuan untuk menyebarluaskan misi organisasi. Pada zaman pendudukan Jepang di Indonesia dan Perang Dunia II, segala kegiatan organisasi dihentikan untuk sementara waktu. Baru setelah Indonesia Merdeka Sam Kauw Hwee aktif kembali dalam kegiatan keagamaan dan kemasyarakatan.
Pada tahun 1952 Sam Kauw Hwee diorganisir kembali dengan masuknya Thian Li Hwee dibawah pimpinan Ong Tiang Biau (yang kemudian menjadi Bikkhu Jinaputta), Pada bulan Maret 1952 inilah GSKI (Gabungan Sam Kauw Indonesia) dirubah menjadi GT1 (Gabungan Tridharma Indonesia) dengan ketua umumnya yang pertama kalinya adalah The Boan An yang sekarang dikenal dengan nama Maha Nayaka Stavira Ashin Jinarakkhita Maha Thera.

Namun sayang sekali dalam pesatnya perkembangan organisasi, pada tanggal 04 Juli 1952 Kwee Tek Hoay wafat di desa Waning Ceuri, Cicurug-Priangan dalam usia 66 tahun. Jenasahnya diperabukan di Muara Karang Jakarta pada tanggal 06 Juli 1952 bertepatan dengan perayaan hari suci Buddhis Asadha.
Di bawah kepimpinan Drs.Khoe Soe Kiam (Sasanasurya) Gabungan Tridharma Indonesia menerbitkan majalah bulanan untuk para anggota dengan nama majalah Tribudaya yang terbit mencapai 145 nomor hingga bulan Februari 1966-Ketua Umum Dewan Pimpinan Nasional GTI kemudian berturut-turut adalah Drs. Aggi Tjetje,SH,SS, kemudian Pandita Bhagyadewa Shiddharta lalu kembali Drs. Aggi Tjetje,SH,SS dan yang terakhir kini adalah Dr. Danny Wiradharma,SH.

PEMUDA TRIDHARMA INDONESIA
Sejalan dengan perkembangan GTI (Gabungan Tridharma Indonesia) yang kala itu masih dikenal sebagai GSKI (Gabungan Sam Kauw Indonesia) sejak awal tahun 1952 di berbagai tempat kegiatan Tridharma telah banyak pula para generasi muda yang tertarik untuk berhimpun dengan kegiatan-kegiatan sosial keagamaan dari GSKI.

Kegiatan bagi para generasi muda tersebut dikoordinasikan oleh GSKI bagian Pemuda dan Pemudi (San chiao Tsing Nien Hui) di daerah masing-masing seperti Jakarta (Kota, Jatinegara, Palmerah, Kebayoran Lama, Senen, Bandengan, Kebon Sirih, Cilincing), Bogor, Bekasi, Tangerang, Rangkasbitung, Cikarang, Kerawang, Ciampea, Sukabumi, Cianjur, Purwakarta, Tegal, Cirebon, Semarang, Magelang, Solo, Muntilan, Wonosobo, Temanggung, Surabaya, Pasuruan, Mojokerto, Padang, Makasar dan Bali.
Pada tanggal 27 Juni 1954 di Bogor diselenggarakan suatu konferensi oleh GSKI bagian Pemuda dan Pemudi yang kebanyakan pesertanya berasal dari Jakarta dan Jawa Barat. dalam kesempatan tersebut dibentuklah P3SKI (Persatuan Pemuda Pemudi Sam Kauw Indonesia), yang mana kemudian P3SKI ini mengirimkan 3 orang utusannya pada kongres GSKI yang dilaksanakan di Bandung pada tanggal 14-17 Agustus 1954. Dalam kongres tersebut P3SKI mengusulkan agar :
1. P3SKI diakui dan disahkan sebagai wadah tunggal Pemuda/Pemudi Sam Kauw di Indonesia.
2. P3SKI mempunyai status otonomi dalam kegiatan kepemudaan.
3. Daerah-daerah yang ada unsur pemuda dan pemudi-nya agar bergabung dengan P3SKI.

Namun ketiga usulan tersebut ditolak oleh sidang setelah melalui perdebatan yang seru dan panjang.
Ketika Kongres III GSKI yang berlangsung pada tanggal 5-8 Mei 1955 di Magelang, Jawa Tengah diselenggarakan maka kembali sekali lagi para utusan P3SKI mengajukan ketiga usulan tersebut diatas agar dapat diterima oleh kongres. Dan berkat ketekuran para utusan P3SKI akhirnya Kongres dapat menerima ketiga usulan itu dengan catatan :
1. Ketua GSKI menjadi Penasehat P3SKI, baik dipusat maupun di daerah.
2. P3SKI mempunyai status anggota biasa di dalam GSKI yang mana iuran dan hak suaranya ditentukan oleh jumlah anggota yang menjadi anggota P3SKI. Ketua P3SKI ketika itu ialah Liaw Giok Tie dari Sukabumi, Jawa Barat.

Sangat disayangkan, pada tahun-tahun pertama terbentuknya P3SKI memang menunjukan aktivitas yang mantap namun kian hari semangat yang tinggi ketika melahirkan P3SKI itu lambat laun memudar hingga akhirnya atas usul Sam Kaum Hwee Jatinegara, Kongres GSKI (yang telah mengganti nama menjadi G.T.I / Gabungan Tridharma Indonesia) telah memberikan mandat kepada SKH Jatinegara bersama-sama SKH Kerawang mengusahakan kebangkitan kembali P3SKI. Kemudian diadakanlah musyawarah Pemuda Sam Kauw / P3SKI di Kerawang. Sidang di ketuai oleh pengurus SKH-Jatinegara mandat dari Kongres GSKI tahun 1963. Pada sidang hari Kedua (hari Minggu) ketua G.T.I Drs. Khoe Shoe Khiam (Drs. Sasanasurya) datang menghadiri musyawarah. Pada sidang ini nama P3SKI telah dirubah menjadi PEMUDA TRIDHARMA INDONESIA dan akan menyelenggarakan Kongres atau Muktamar 1 pada bulan April 1964, di kota Tangerang, Jawa Barat.

Kongres I
Kongres I Pemuda Tridharma Indonesia berlangsung di Tangerang pada tanggal 24, 25, dan 26 April 1964. Kendati Kongres I tidak berhasil memilih Pengurus Pusat namun Kongres I telah berhasi! menetapkan Anggaran Dasar Pemuda Tridharma Indonesia dan Piagam Pernyataan Bersama tentang Pedoman pelaksanaan Sekolah Minggu Pagi Tridharma dan Piagam Pernyataan Bersama tentang Perdamaian Dunia. Sedangkan pucuk pimpinan Pemuda Tridharma untuk sementara berada ditangan Gabungan Tridharma Indonesia.

Dengan mengambil tempat di Kelentang Kuan Im Tong, Jl. Raya Mangga Besar, Jakarta maka pada tanggal 1 Nopember 1964 telah dilangsungkan Konferensi Pemuda Tridharma yang merupakan kelanjutan Kongres I di Tanggerang. Konferensi ini dihadiri pula oleh Ketua Umum GTI, Drs.Khoe Soe Khiam/Sasanasurya beserta dua orang wakil ketua GTI yaitu Ny. Visakha Guna Dharma (Ny.Tjoa Hin Hoey-Kwee) dan Jo Soen Liong., Konferensi tersebut dibuka oleh ketua Pemuda Tridharma Tangerang, Sdr.Lim Khim Soey dan telah mengambil keputusan :
1. Mengadakan konsolidasi antara cabang-cabang dan mendirikan cabang baru.
2. Mengadakan ceramah/kotbah secara berkala oleh tokoh-tokoh Tridharma.
3. Menetapkan Pemuda Tridharma Tangerang selaku Pusat Pemuda Tridharma Indonesia.

Karenanya Lim Kim Soey dan Lauw Soen Hok yang menjadi Ketua dan Sekretaris Pemuda Tridharma Tanggerang akhirnya secara otomatis menjadi Ketua Umum dan Sekretaris Umum Pengurus Pusat Tridharma Indonesia. Masa Bakti Pengurus Pusat tersebut berlangsung selama tiga tahun sejak tahun 1964 hingga 1967.
Pada Bulan April 1966 Pemuda Tridharma Jatinegara diberi mandat oleh Pimpinan Pusat sebagai caretaker untuk kongres, Pemuda Jatinegara membentuk Panitia Persiapan Kongres terpilih Basda sebagai Ketua & Kittinanda sebagai Sekretaris masing-masing dari Jatinegara.

Kongres II
Kongres II Pemuda Tridharma Indonesia berlangsung dari tanggal 25 hingga 27 Desember 1968 di kota Sukabumi, Jawa Barat. Pada Kongres II ini, terpilih Balaratana asoka dari PC Jatinegara sebagai Ketua Umum Pengurus Pusat & Kittinanda dari Jakarta Timur sebagai Sekretaris Umum Pengurus Pusat. Sebagai Ketua Panitia Persiapannya adalah Herman Nanda dari Jakarta Timur.

Kongres III
Balaratana Asoka (sekarang Bhikkhu Subalaratano Thera) dari Jakarta Timur berhasil terpilih sebagai Ketua Umum Pengurus Pusat Pemuda Tridharma Indonesia pada Kongres III yang diselenggarakan di kota Bekasi, Jawa Barat pada tanggal 21-24 Agustus 1970. Sedangkan Kittinanda terpilih sebagai Sekretaris Umum.
Namun dikarenakan kesibukan dalam menangani Perguruan Buddhis Silaparamita di Jakarta Timur maka setelah kurang lebih satu tahun, Balaratana Asoka mengundurkan diri selaku Ketua Umum karenanya Bhagyadewa Sidharta yang menjabat sebagai Wakil Ketua Umum diangkat menjadi Ketua Umum sampai kongres berikutnya.
Atas permintaan Pemuda Pusat masa Pengurusan Bhagyadewa Sidharta & Kittinanda maka dibuatlah "Mars Pemuda Indonesia" karangan Vana Sasana dari Magelang. Pada saat itu mereka mempelopori pengangkatan bapak Kwee Tek Hoay sebagai bapak Tridharma dalam Kongres GTI dan membentuk tim Dharmaduta Pemuda.

Kongres IV
Kongres IV Pemuda Tridharma Indonesia yang dilaksanakan pada tanggal 1 sampai 3 Desember 1978 di Cimacan, Jawa Barat tersebut merupakan kongres paling lama tenggang waktunya dengan kongres sebelumnya, bilamana dibandingkan dengan kongres-kongres lainnya. Hal tersebut disebabkan oleh kevakuman yang melanda Pemuda Tridharma Indonesia baik di pusat maupun di daerah, untung masalah tersebut tidak terus berlarut lama. Pada Kongres IV, Kittinanda dari Jakarta Timur dan Gunananda Djajaputra, BA dari Pondok Gede-Bekasi masing-masing terpilih sebagai Ketua Umum dan Sekretaris Umum Pengurus Pusat Tridharma Indonesia untuk masabakti 1978-1981.

Kongres V
Kongres V kali inipun mengalami keterlambatan dalam pelaksanaannya, seharusnya diadakan pada akhir tahun 1981 namun ternyata baru dapat diselenggarakan pada tahun 1982 tepatnya tanggal 25 hingga 27 Juni 1982 di Cipayung, Jawa Barat.
Persidangan Kongres V Pemuda Tridharma Indonesia sepakat untuk mempercayakan jabatan Ketua Umum dan Sekretaris Umum Pengurus Pusat Pemuda Tridharma Indonesia kepada Jajang Wijaya dari Jakarta Barat dan Gunananda Djajaputra, BA dari Pondok Gede-Bekasi.
Pada masa kepengurusan ini mereka menjalin hubungan dengan KNPI, mengundang MENPORA pada acara HUT RI serta mempelopori terlaksananya Dharmasanti Waisak Nasional 2525.

Kongres VI
Kongres VI Pemuda Tridharma Indonesia yang dilaksanakan dari tanggal 24 hingga 26 Agustus 1985 di Hotel Lembah Hijau Ciloto, Jawa Barat merupakan kongres Pemuda Tridharma yang termegah dalam sejarah pengkongresan Pemuda Tridharma selama ini.
Dalam Kongres VI yang dibuka secara resmi oleh Menpora Abdul Gafur ini, Pemuda Tridharma Indonesia secara bulat menetapkan Pancasila sebagai satu-satunya azaz didalam dikehidupan bermasyarakat berbangsa, dan bernegara. Hal ini sesuai dengan ketentuan UU.No.8 tahun 1985 tentang Organisasi Kemasyarakatan.
Ds. Marga Singgih dari Jakarta Selatan dan Ir. Subekti Sutrisno dari Jakarta Pusat dipilih oleh Kongres VI Pemuda Tridharma Indonesia sebagai Ketua Umum dan Sekretaris Jenderal Pengurus Pusat Pemuda Tridharma Indonesia masa bakti 1985-1988. Pada masa Kepengurusan Marga Singgih dan Subekti Sutrisno mereka mempelopori pembentukan GEMABUDHI1986.

Kongres Luar Biasa
Didalam rangka konsolidasi organisasi pasca (setelah berlakunya) UU No.8 tahun 1985 tentang Organisasi Kemasyarakatan maka Pemuda Tridharma Indonesia menyelenggarakan Konres Luar Biasa pada tanggal 4 Nopember 1987 di Pondok Cede-Bekasi, Jawa Barat. didalam Kongres Luar Biasa tersebut masalah yang dibahas terutama adalah Struktur & jenjang Organisasi Pemuda Tridharma Indonesia.

Kongres VII
Berbeda dengan kongres-kongres terdahulu, didalam kongres VII Pemuda Tridharma Indonesia yang diadakan di Wisma Griya Sabha, Cisarua - Kopo, Jawa Barat kali ini kongres selain mengangkat/memilih Ketua Umum juga mengangkat/memilih Wakil ketua/Ketua Harian. Hal ini terjadi karena Kongres VII mengadakan perombakan dan penyempurnaan secara menyeluruh terhadap AD dan ART Pemuda Tridharma Indonesia yang sekaligus menata kembali sistem jenjang dan struktur organisasi.
Kongres VII yang diadakan pada tanggal 16 – 18 Desember 1988 ini akhirnya menetapkan kembali D.S. marga Singgih sebagai Ketua Umum dengan didampingi Harianto Tirowadi, BSc. Dari Jakarta Timur sebagai Wakil Ketua/Ketua Harian. Selanjutnya Ketua Umum terpilih mengangkat & menyusun personalia Pimpinan Pusat Pemuda Tridharma Indonesia periode masa bakti 1988 sampai dengan 1991 dan Leonardi Timotius dipercayakan sebagai Sekretaris Jenderal.

Kongres VIII
Kongres VIII Pemuda Tridharma Indonesia diadakan di Hotel Lembah Nyiur Cisarua, Jawa Barat dan diselenggarakan dari tanggal 9 sampai dengan 12 Mei 1991
Penyelenggaraan Kongres VIII ini maju lima bulan lebih awal dari waktu yang seharusnya dikarenakan adanya persiapan menyongsong Pemilu 1992.
Kongres VIII Pemuda Tridharma Indonesia ini yang dibuka secara resmi oleh ASMEN IV Menpora, Budi Prayitno, akhirnya berhasil menetapkan Budiyono Tantrayoga dari Jakarta Barat sebagai Ketua Umum dan Satwa Gita dari Jakarta Timur sebagai Wakil Ketua Umum. Selanjutnya dalam kepengurusan Pimpinan Pusat hasil Kongres VIII ini Ketua Umum terpilih mempercayakan Hasta Dharma Hasdi dari Jakarta Barat sebagai Sekretaris Jenderal.
Kongres VIII ini kembali mengadakan sedikit penyempurnaan terhadap AD dan ART Pemuda Tridharma Indonesia yang sekaligus berhasil untuk pertama kalinya membukukan semua hasil-hasil keputusan Kongres secara lengkap dan terperinci dalam satu buku panduan yang berjudul "Keputusan-keputusan Kongres VIII Pemuda Tridharma Indonesia ".
Dalam kepemimpinan Budiyono Tantrayoga ini terjadi pergeseran personalia pengurus sebagai sebagai akibat dari berhalangannya secara tetap Hasta Dharma Hasdi untuk menjalankan fungsinya sebagai Sekretaris Jenderal. Selanjutnya jabatan Sekretaris Jenderal ini dijabat oleh Drs. Padmanadi Viriya Dharma yang sebelumnya memangku jabatan Bendahara Umum, dan Wakil Bendahara Umum Dharmananda L.L dari Jakarta Utara yang pada awalnya menjabat Wakil Bendahara Umum dinaikkan menjadi Bendahara Umum,

Kongres IX
Kongres ini yang seharusnya diselenggarakan pada tahun 1994, tapi karena kondisi yang tidak memungkinkan maka baru tanggal 13 - 15 September 1996 berhasil diselenggarakan di Hotel Setia, Pacet-Cipanas.Terpilihlah Leonardi Timotius dan Agus Chandra sebagai Ketua Umum Pemuda Pusat dan Wakil Ketua Umum Pemuda Pusat Pada masa ini terbentuklah Himpunan Mahasiswa Tridharma (HIMASTRI) dan Unit Relawan Tridharma (URT), kembali mengangkat Citra Bapak Tridharma kita " Kwee Tek Hoay " dengan mengadakan pementasan karya sastra beliau "BUNGA ROS DARI CIKEMBANG'1 di Gedung Kesenian Jakarta.

Kongres X
Pelaksanaan kongres kali ini juga terlambat dilaksanakan. Kongres X baru dapat dilaksanakan pada tanggal 4 – 6 Januari 2002, bertempat di Patra Jasa, Anyer- Banten. Dalam kongres X ini terpilih Agus Candra Gunawan sebagai Ketua Umum dan Yanuar Asoka sebagai Wakil Ketua Umum untuk masa bakti 2002-2005.

Pada masa kepemimpinan Agus Candra Gunawan ini, Pemuda Tridharma Indonesia memasuki usianya yang ke-50 tahun. Perayaan ulang tahun ke-50 (HUT Emas) diselenggarakan dengan sangat meriah, dimulai dengan Kompetisi Barongsay se-Tridharma di Lokasari Sport Center, Jakarta. Dan dilanjutkan dengan donor darah dan pengobatan massal di daerah-daerah secara serentak.

Sebagai acara puncak peringatan HUT Emas, diadakan malam penghargaan bagi para mantan Ketua Umum dan apresiasi seni Pemuda Tridharma berupa pementasan drama karya Bpk. Kwee Tek Hoay dengan judul “Nonton Cap Goh Meh”dan kesenian lainnya. Acara ini diselenggarakan di tempat yang sangat megah yaitu di Balai Sarbini, Kawasan Semanggi, Jakarta.

Dimasa ini, Lembaga Unit Relawan Tridharma (URT) berubah menjadi Barisan Relawan Tridharma (BRT) sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan perkembangan yang ada.

Kongres XI
Kongres XI Pemuda Tridharma Indonesia diadakan di Wisma Kinasih, Bogor, Jawa Barat dan diselenggarakan dari tanggal 22 April sampai dengan 24 April 2005. Pada Kongres ini terpilih Keng Joe Hok sebagai Ketua Umum dan Yanuar Asoka sebagai Wakil Ketua Umum.

sumber : http://kongresptixii.blogspot.com