Sign up for PayPal and start accepting 
credit card payments instantly.
Selamat Datang di Tipitaka Pali

Google
 

Thursday, September 13, 2007

CULADHAMMASADANA SUTTA

Pada umumnya yang pertama dihubungkan dengan kehidupan ibu rumah tangga dan yang kedua dengan pertapa extrim. Tapi dalam sejarah keagamaan baik di India maupun dimana saja, sudah ada kecendrungan beberapa pendeta memahami doktrin-doktrin yang menyatakan bahwa hubungan seksual adalah jalan menuju kebebasan. Dari Sutta ini kita mengetahui betapa menariknya dan berbahaya¬nya, bagaikan seseorang yang berusaha memperoleh kue dan memakannya. Semua pribadi yang mengalami dan melaksanakannya digambarkan dengan jelas di dalam Sutta ini. Belakangan mereka tetap megikuti ajaran Buddha dalam jubah aliran TANTRA dan merupakan salah satu penyebab runtuhnya ajaran Buddha di India. Ajaram-ajaran tersebut terdapat dalam dokumen-dokumen dimana bahasanya minimal mengandung dua arti, yang selalu bertentangan dengan semua ajaran baik (walau¬pun dokumen-dokumen tersebut dianggap mengandung arti tersirat yang belum dikenal), mendorong orang yang ingin menutupi nafsu birahi mereka dengan jubah keagamaan yang hanya mengarah pada kerusakan. Ketika aliran TANTRA tumbuh, sebenarnya telah diikuti dengan kerusakan. Sekali sebagian besar masyarakat terpengaruh ajaran tersebut (baik dimengerti dengan baik ataupun salah) kehan¬curan negara tersebut sudah dapat dipastikan. Hanya dengan menjalankan Dhamma, rakyat akan terlindungi, sehingga negara yang berdasarkan sila (pengetahuan moral) tidak dapat dipandang enteng.

SUTTA 45
SEPERTI YANG SAYA DENGARKAN :

Pada suatu ketika Sang Buddha sedang tinggal di Savatthi dalam Taman Anathapindika, Hutan Jeta, berkata kepada para Bikkhu demikian :
Ada 4 cara menjalankan Dhamma :
1. Menjalankan Dhamma dengan cara yang menyenangkan dan matang dimasa depan sebagai penderitaan.
2. Menjalankan Dhamma dengan penuh penderitaan dan matang dimasa depan seba¬gai penderitaan.
3. Menjalankan Dhamma dengan penuh penderitaan dan matang dimasa depan seba¬gai kebahagiaan.
4. Menjalankan Dhamma dengan cara yang menyenangkan dan matang di masa depan sebagai kebahagiaan.
1. Apa yang dimaksud dengan menjalankan Dhamma dengan cara yang menyenangkan dan matang di masa depan sebagai penderitaan ?
Para bhikku, ada pendeta-pendeta dan orang hebat yang mempunyai teori dan pandangan, "Tidak ada ruginya dengan keinginan sexual " dan mereka menik¬mati keinginan sexual mereka dengan mengalihkan diri mereka kepada wanita pengembara berturban. Mereka berkata begini : "Apa yang dilakukan dan dikhay¬alkan para pendeta dan orang hebat tersebut". Mereka melihat ketakutan masa depan dari keinginan nafsu dan menyatakan meninggalkan keinginan dan pengeta¬huan mengenai keinginan nafsu tersebut.
"Sentuhan pelukan wanita pengembara yang lembut menyenangkan", dan mereka menikmatinya. Akibatnya setelah meninggal mereka kembali muncul dengan nasib jelek, dalam keadaan menderita, rusak total, bahkan di neraka mereka merasakan kesakitan, tersiksa dan tertusuk-tusuk. Mereka mengatakan : "Inilah yang dikatakan oleh para pendeta dan orang hebat sebagai ketakutan dimasa depan dari akibat keinginan nafsu tersebut sehingga berusaha untuk menghind-arinya.
Diumpamakan juga akhir bulan musim panas tanaman kacang (Maluva) meledak pecah dan bijinya jatuh didekat pohon Sala : kemudian seorang dewa yang ting¬gal dipohon tersebut terkejut dan curiga serta ketakutan; tapi teman dan saudaranya (dewa taman, kebun, pohon, jamur, rumput dan hutan belantara) menghiburnya dengan berkata begini : "Dewa tidak mempunyai rasa takut, karema orang baik tidak mempunyai rasa takut. Mungkin saja biji maluva tersebut dimakan oleh makhluk lainnya (seekor unggas, binatang buas, semut putih, manusia) atau bahkan tidak menjadi bibit." Namun dewa tersebut berpikir : "Apakah teman dan saudaranya akan tetap menghiburnya seperti apa yang mereka katakan ? Apabila yang terjadi adalah sebaliknya. Biji Maluva tersebut menja¬di bibit, disirami hujan hingga bertunas pada waktunya dan sulurnya melilit pada pohon Sala." Sentuhan dari sulur Maluva tersebut menyenangkan; selanjut¬nya tumbuhan merambat tersebut menutupi pohon Sala sehingga membentuk atap menutupi sekitarnya, kemudian cabang-cabang utama pohon Sala tersebut mulai patah, dewa yang tinggal di pohon tersebut berpikir : "Inilah yang dikatakan oleh teman dan saudaranya sebagai ketakutan di masa depan."
Demikianlah para Bikkhu, ada pendeta dan orang hebat tertentu yang tidak mempunyai teori dan berpendapat sebagai berikut : "Tidak ada kerugian dalam keinginan nafsu .... karena keinginan nafsu, sekarang kita merasakan kesaki¬tan, tersiksa dan tertusuk-tusuk." "Inilah cara melakukan Dhamma yang menye¬nangkan sekarang dan masak dimasa depan sebagai penderitaan."

2. Apakah yang dimaksud dengan menjalankan Dhamma yang menyakitkan dimasa sekarang dan matang dimasa depan sebagai penderitaan ?
Seseorang menjadi telanjang .... ( seperti yang dikatakan dalam Sutta 12, para.45) .... dia terus memikirkannya untuk latihan mandi dimalam hari untuk ketiga kalinya bila malam tiba. Dengan cara ini ia berusaha terus untuk melakukan tapa sendirinya dalam banyak aspek. Setelah meninggal ia menjelma menjadi seorang yang bernasib jelek, dalam keadaan menderita, hancur total bahkan masuk neraka. "Inilah yang disebut cara melakukan Dhamma yang menye¬nangkan sekarang dan masak dimasa depan sebaagai penderitaan."

3. Apa yang dimaksud dengan cara menjalankan Dhamma yang menderita dimasa sekarang dan matang dimasa depan sebagai kebahagiaan."
Seseorang yang secara alami mempunyai keinginan sensual, kebencian, khayalan, dan secara konstan mengalami sakit dan penderitaan. Dengan sifat-sifat alaminya tersebut ia mengalami penderitaan dan kesedihan dengan tangi¬san dan air mata diwajahnya, ia membimbing kehidupan seorang hebat dalam kemurnian yang sempurna. Setelah wafat ia menjelma dalam kehidupan yang baha¬gia, bahkan masuk surga. "Inilah yang dikatakan cara menjalankan Dhamma yang menderita dimasa sekarang dan matang dimasa depan sebagai kebahagiaan"

4. Apakah cara menjalankan Dhamma yang menyenangkan dimasa sekarang dan matang dimasa depan sebagai kebahagiaan ?
Seseorang yang tidak mengalami penderitaan dan kesedihan secara terus-menerus akibat nafsu birahi, kebencian dan khayalan. Benar-benar mmenjauhi nafsu keinginan, .... (seperti dalam Sutta 4) .... Berarti ia memasuki dan berdiam dalam Jhana pertama .... kedua dan ketiga .... keempat .... dan memi¬liki kemurnian pikiran akan kesadaran ketenangan hati. Setelah wafat ia muncul dalam kehidupan yang bahagia, bahkan dalam dunia Surgawi. "Ini disebut cara menjalankan Dhamma yang menyenangkan dimasa sekarang dan matang dimasa depan sebagai kebahagiaan."
"Demikianlah 4 cara menjalankan Dhamma" : kata Sang Buddha. Para Bikkhu merasa puas dan senang atas kotbah sang Buddha.