Sign up for PayPal and start accepting 
credit card payments instantly.
Selamat Datang di Tipitaka Pali

Google
 

Thursday, September 13, 2007

CULATANHASANKHAYASUTTA

Demikian telah saya dengar:
Pada suatu ketika Sang Buddha sedang tinggal dekat Savatthi di bagian Timur vihara di dalam istana dari ibu Migara. Kemudian, Sakka, tuhan dari pada deva, mendekati Sang Buddha; setelah mendatanginya, setelah menghormat Sang Buddha, ia berdiri di suatu jarak yang pantas, Sakka, Tuhan dari para deva, berbicara demikian ke pada Sang Buddha:
"Secara singkat, Yang Mulia, hingga sampai ke batas mana seorang bhikkhu dibebaskan oleh penghancuran dari nafsu, dipenuhi secara total, menjadi aman secara total dari ikatan-ikatan, seorang kelana brahmana sepenuhnya, komplit sepenuhnya seperti titik kul¬minasi ini, yang terbaik di atas para deva dan manusia.
"Apabila seperti hal ini, Tuhan dari para deva, seorang bhikkhu datang untuk mendengarkan: 'Adalah tidak cocok bahwasa¬nya di sana harus terdapat kecenderungan terhadap sesuatu kondisi-kondsi. Apabila Tuhan pada deva, seorang bhikkhu datang mendengar ini, bahwa 'Adalah tidak cocok bahwasanya di sana harus terdapat kecenderungan terhadap sesuatu kondisi-kondisi, 'Maka ia tahu semua kondisi-kondisi dengan seksama; dengan mengetahui semua kondisi-kondisi secara secara seksama, ia tahu semua kondisi-kondisi secara akurat; dengan mengetahui semua kondisi-kondisi secara akurat, perasaan apapun yang ia rasakan, baik menyenangkan maupun menyakitkan atau yang bukan menyenangkan maupun pula bukan menyakitkan, ia mematuhi menggambarkan atau menghayati ketidak kekalan, ia mematuhi menghayati tidak adanya nafsu, ia mematuhi menghayati penghentian-penghentian, apabila ia sedang memasuki untuk mematuhi penghayatan-penghayatan terhadap pelenyapan-pelenyapan yang berkenaan dengan perasaan ini, ia akan menagkap kehampaan di dunia ini; dengan tidak menangkap itu maka ia tidaklah disusuhkan maka dirinya sendiri individu akan mencapai nibbana, dan ia memahaminya: 'Dihancurkan adalah kelahiran, didekatkan adalah kelana Brahma, dikerjakan adalah apa yang harus dilakukan, tiada adalagi yang akan menjadi ini dan itu.' Secara ringkas, adalah sampai kepada dibebaskan oleh penghancuran dari nafsu, dipenuhi secara total, mutlak hingga sampai pada titik kulminasi, terbaik dari para deva, dan manusia." Kemudian Sakka, tahun dari para deva, setelah menyukuri, dan menyukai tentang apa yang diucapkan oleh Sang Buddha, setelah memberikan terima kasihya, setelah menghormat sang buddha, menhilanglah ia dari tempat itu dengan selalu diri Sang Buddha di sisi sebelah kanannya.
Kebetulan pada waktu itu yang mulia Moggallana yang besar sedang duduk-duduk di dekat Sang Buddha. Kemudian terjadilah kepada yang Mulia Mogallana yang besar: "Apakah Yakkha, ketika ia berterima kasih kepada Sang Buddha untuk kata-kata wejangan itu, menangkap serta memahaminya atau tidak? Seandai aku harus meny¬elidiki apakah Yakkha, ketika ia berterima kasih kepada Sang Buddha atas kata-kata tersebut, menangkap serta memahaminya atau tidak ? Kemudian yang Mulia Mogallana yang besar, sebagai orang kuat yang merentangkan tangan-tangannya yang terlipat atau yang melipat kembali tangan-tangannya yang telah direntangnya itu, kemudian menghilang dari istana dari ibu Migara di vihara bagian Timur, muncul di antara para deva dari tigapuluh tiga.
Pada waktu itu Sakkha, Tuhan dari para deva, dilengkapi serta disediakan dengan lima ratus alat-alat musik dewata sedang menghibur diri sendiri di dalam semak belukar kesenangan yang bernama satu lotus.
Sekha, Tuhan dari pada deva, melihat yang mulia Moggalla¬na yang besar, mendatangi dari kejauhan; melihat dirinya, ia meng¬hentikan kelimaratus alat-alat musik dewata itu, ia mendekati yang mulia Moggallana yang besar; setelah mendekatinya, ia berbicara demikian kepada yang mulia Moggallana yang besar: "Marilah, Moggalana ku yang baik silahkan datang, Moggallana ku yang baik; akhirnya, Moggallana ku yang baik, kamu mengambil kesempatan untuk datang ke mari; duduklah, Moggalana yang baik, tempat duduk ini telah ditunjuk bagimu. "Yang Mulia Moggallana yang besar, duduklah pada tepat duduk yang telah ditunjuk itu. Sakkha, tuhan dari para deva setelah duduk di tempat duduk yang lebih rendah duduk dengan jarak yang terhormat.
Yang mulia Moggalana Besar berbicara demikian kepada Sakka, tuhan dari para deva, ketika ia duduk pada jarak yang terhor¬mat:
"Berkenaan dengan pembicaraan yang dilakukan oleh Sang Buddha secara singkat kepada-Mu, Kosiya, mengenai kebebasan oleh penghancuran dari nafsu, adalah baik sekalipun untukku mendengar sebagian dari pembicaraan itu."
"Aku, Moggallana-ku yang baik, sedang sangat sibuk, ada banyak hal akan aku lakukan; kedua-duanya baik untuk diriku aa banyak hal-hal yang harus dikerjakan, dan juga masih banyak hal-hal yang harus dikerjakan, dan juga hal-hal yang harus dikerjakan untuk para deva dari Tigapuluh-Tiga. Lebih lanjut, Moggallana ku yang baik, ia pembicaraan sudah di dengar sepantasnya, sehingga dengan demikian ia tidak dapat lenyap dengan cepat nya. Pada suatu ketika, Moggallana-ku yang baik, suatu pertempuran itu, Moggallanaku yang baik, para deva menguasai, para setan dikalahkan. Sehingga aku, Moggallana ku yang baik, para deva menguasai, para setan dikalah¬kan. Sehingga aku, Moggalana yang baik, setelah memenangkan pertempuran itu dan mendatangkan kemenangan di dalam pertempuran itu, ketika aku kembali dari medan laga, membangun sebuah istana yang dinamakan Vejayanta. Sekarang, Moggalana masing-masing menara terdapatlah tujuh buah rumah bertingkat ber¬sisi tiga, di dalam masing-masing rumah bertingkat bersisi tiga terda¬plah tujuh putri-putri kayangan dan bagi setiap putri kayangan terda¬patlah tujuh orang dayang. Apakah kamu, Moggallana ku yang baik, ingin melihat kesenangan dari Istana Vejayanta itu?" Moggallana yang besar menyetujui ajakan itu dengan berdiam diri saja.
Kemudian Sakka, tuhan dari para deva, dan raja besar dari Vessavana, setelah menempatkan yang mulia Moggalana yang besar di depan mereka, mendekatilah mereka ke Istana Vejayanta itu. Para dayang dari Sakka, tuhan dari para deva, melihat yang mulia Moggal¬lana yang besar datang dari jauh; setelah melihat beliau,menjadi mengkerut dan malu, masing-masing masuk ke dalam kamar dalam¬nya sendiri. Seperti anak menantu perempuan mengkerut dan malu ketika melihat ayah mertuanya, demikian juga para dayang putri dari Sakkh, tuhan dari para deva, ketika melihat yang mulia Moggalllana yang besar, menjadi mengkerut dan malu, masing-masing masuk ke dalam kamar dalam-nya sendiri. Kemudian Sakka, tuhan dari para deva, dan Vessavana, raja besar, menyilahkan yang mulia Moggalana yang besar mengikuti mereka masuk ke dalam Istana Vejayanta dan menjelajahi dalam-nya, dan berkata: "Moggallana-ku yang baik, lihat¬lah kesenangan dari Istana Vejayanta ini." "Ia bersinar memancar sebagai suatu perbuatan jasa yang dahulunya diperbuat oleh yang mulia Kosiya, dan orang-orang yang melihat segala sesuatunya menyenangkan itu berbicara demikian: "Ternyata ia bersinar meman¬car dari para deva dari Tigapuluh Tiga, dengan kata lain, ia bersinar terang memancar sebagai suatu perbuatan jasa yang dahulunya diper¬buat oleh yang mulia Kosiya."
Kemudian terjadilah pada yang mulia Moggalana yang Besar: "Yakka ini hidup terlalu santai. Seandai aku akan mengagitasi yakkha ini?" Kemudian yang mulia Moggallana yang Besar mengerjakan suatu pekerjaan kekuatan psygis sedemikian sehingga dengan tumit beliau yang besar membuat Istana Vejayanta itu bergetar, bergoyang dan bergerak-gerak. (254) Kemudian pikiran dari Sakka, tuhan dari para deva, dan dari raja besa Vessavana dan dari para deva Tigapu¬luh-Tiga semuanya menjadi Takjub dan terpesona, dan mereka berka¬ta: "Ternyata, kekuatan psygis besar, kedigjayaan besar dari seorang petapa adalah mengagumkan, ia adalah ternyata hebat sekali, sebab dengan tumit-nya yang besar beliau membuat tempat tinggal deva ini bergetar, bergoyang dan bergerak-gerak." Kemudian yang mulia Moggallana yang besar tahu bahwa Sakka, Tuhan dari pada deva, telah teragitasi dan takjub, berbicara demikian kepada Sakka, Tuhan dari para deva: "Berkenaan dengan pembicaraan dari Sang Buddha yang ditujukkan kepadamu secara singkat, Kosiya, tentang kebebasan dengan penghancuran dari nafsu, adalah baik sekalipun bagi diriku untuk mendengar bagian-bagian dari pembicaraan itu."
"Jika soal itu aku, Moggalana-ku yang baik, mendatangi Sang Buddha; sesudah mendatangi, sesudah memberi hormat kepada Beliau, aku berdiri pada jarak yang hormat. Ketika aku sedang berdiri pada suatu jarak yang hormat, Moggallana-ku yang baik, aku berbica¬ra demikian kepada Sang Buddha: 'Secara singkat, Yang Mulia, hingga sampai batas mana seorang bhikkhu terbebaskan dengan penghancuran dari nafsu itu, dipenuhi secara total, aman secara total dari ikatan-ikatan, kelana-Brahma yang komplit, komplit sesuai dengan titik tertinggi-nya (kulminasi), yang terbaik dari para deva dan manusia?' Apabila hal ini telah dikatakan, Moggalana-ku yang baik, sang Buddha berbicara demikian kepadaku: "Apabila soal ini, tuhan dari pra deva, seorang bhikkhu datang untuk mendengar: Adalah tidak cocok atau tidak pantas bahwa di sana harus ada kecenderungan terhadap sesuatu (psygo-phisik) kondisi-kondisi .... Secara singkat, adalah hingga batas ini, tuhan dari para deva, bahwa seorang bhikkhu sampai kepada dibebaskan ole penghancuran dari nafsu, secara total dipenuhi, secara total aman dari ikatan-ikatan, suatu kelana-brahmana total, total hingga sampai pada titik kulminasinya, terbaik dari para deva dan manusia.' Demikian, Moggallana-ku yang baik, demikianlah Sang Buddha bicara kepadaku secara singkat tentang kebebasan dengan penghancuran nafsu."
Kemudian yang mulia Moggalana yang Besar, setelah mensyukuri apa yang dikatakan oleh Sakk, tuhan dari pra deva, (255) setelah memberikan rasa terima kasih, seperti seorang kuat dapat membentankan kedua belah tangan-nya yang terlipat atau membeng¬kokan kembali kedua tangan-nya yang telah direntangkan-nya itu, kemudian menghilang sekejap dari kerumunan para deva dari Tigapu¬luh-Tiga, beliau menjadi jelas (manifest) di dalam istana Migara milik ibunya di Vihara sebelah Timur. Kemudian segera sesudah yang mulia Moggallana yang Besar meninggalkan tempat itu, dayang-dayang permpuan dari Sakka, tuhan dari para deva, berbicara demiki¬an kepada Sakka, tuhan dari para deva:
"Tuan yang baik, apakah tuan ini bukankah gurumu?"
"Perempuan-perempuan yang baik, tuan ini adalah bukan guruku, ia adalah teman kelana brahma dariku, yang mulia Moggalla¬na yang Besar." : Adalah suatu keuntungan bagimu, tuan yang baik, bahwa teman kelana-Brahma milikmu ini memiliki potensi kekuatan psygis yang besar, memiliki keagungan yang demikian besar; sudah pasti tuan ini adalh gurumu."
Kemudian yang mulia Moggallana yang Besar datang mende¬kati Sang Buddha; setelah mendekati Beliau, setelah memberi hormat Beliau, ia duduk di tempat yang cukup terhormat. Ketika ia sudah duduk di suatu tempat yang jaraknya cukup hormat, yang mulia Moggallana yang besar demikian kepada Sang Buddha.
"Yang Mulia, apakah Tuanku tahu bahwasanya ia baru saja berbicara secara singkat tentang kebebasan oleh penghancuran dari nafsu kepada yakkha yang sangat perkasa itu?"
"Aku tahu, Moggallana, bahwa Sakka, tuhan dari para deva, telah mendatangi Diriku di sini; setelah mendekati, setelah menghor¬mat pada-Ku, ia berdiri pada jarak yang cukup hormat. Ketika ia sedang berdiri para jarak yang cukup hormat, Sakka, tuhan dari para deva, berbicara demikian kepada-ku, Moggallana." Secara singkat, Tuanku, hingga sampai batas mana seorang bhikkhu sampai kepada pembebasan oleh penghancuran dari nafsu, terpenuhi secara total, aman secara total dari ikatan-ikatan, seorang kelana-Brahma mutlak, mutlak hingga sampai pada titik kulminasinya, terbaik dari para deva dan manusia?' Ketika ini telah diucapkan, Aku Moggallana, berbicara demikian kepada Sakka, tuhan dari para deva: 'Apabila mengenai ini, tuhan para deva, seorang bhikkhu datang untuk mendengar: Adalah tidak pantas bahwasanya di sana harus ada kecenderungan terhadap sesuatu (psycho-phisical) kondisi-kondisi. Apabila, tuhan para deva, seorang bhikkhu datang untuk mendengar ini, yakni, "bahwasanya adalah tidak pantas jika di sana harus ada kecenderungan terhadap sesuatu (psycho-phisik) kondisi-kondisi, "Ia tahu tentang semua kondisi secara seksama; dengan mengetahui kondisi-kondisi secara seksama, ia tahu akan kondisi-kondisi secara akurat; dengan mengeta¬hui semua kondisi-kondisi secara akurat, apapun perasaan yang ia rasakan, menyenangkan atau menyakitkan atau bukan menyakitkan maupun pula bukan menyenangkan, ia mendalami untuk mengamati keadaan tidak kekekalan, ia mendalami untuk mengamati keadaan tiada adanya nafsu, ia mendalami memandangi penghentian-penghentian, ia mendalami untuk mengamati penghentian berkenaan perasaan-perasaan tersebut. Ketika ia sedangmendalami mengabati ketidak kekalan ... tiada ada nafsu ... penghentian, apabula ia sedang mendalami mengamati penghentian-penghentian yang berkenaan dengan perasaan-perasaan tersebut, (maka) ia menangkap kehampaan di dunia ini; dengan tidak menangkap ia tidak disusahkan; tidak disu¬sahkan ia secara pribadi telah mencapai nibbana, dan ia menjadi mengerti: "Dihancurkanlah kelahiran, dibawa mendekat kepada kelan-Brahma (256), dikerjakan adalah apa yang harus dikerjakan, sudah tidaka da lagi untuk menjadi yang begini dan begitu." Secara singkat,adalah sampai batas ini, tuhan dari para deva, bahwa seorang bhikkhu sampai dbebaskan oleh destruksi dari nafsu, dipenuhi secara total, sepenuhnya aman dari ikatan-ikatan, seorant kelana-Brahma, komplit seperti pada titik kulminasinya, terbaik bagi para deva dan manusia.' Aku, Moggalana, tahu bahwa aku bicara demikian secara ringkas tentang kebebasan dengan penghancuran dari nafsu kepada Sakka, Tuhan dari para deva."
Demikian kata Sang Buddha. Menjadi senang, yang mulia Moggallana Besar mensukuri tentang apa yang telah dikatakan oleh Sang Buddha itu.