Sign up for PayPal and start accepting 
credit card payments instantly.
Selamat Datang di Tipitaka Pali

Google
 

Thursday, September 13, 2007

MAHADHAMMASAMADANA SUTTA

Demikian telah saya dengar : Pada suatu ketika Sang Bhagava sedang berdiam di dekat Savatthi di hutan Jeta di vihara milik Anathapindika. Saat berada di sana Sang Bhagava berkata kepada para bhikkhu : "Duhai para bhikkhu." "Yang Mulia," jawab para bhikkhu. Sang Bhagava berka¬ta demikian:

"Para bhikkhu, kebanyakan dari makhluk-makhluk berharap seperti ini, menginginkan seperti ini, berkehendak seperti ini: 'O semoga hal-hal yang tidak menyenangkan, tidak mengenakkan, tidak disukai dapat lenyap. O semoga hal-hal yang menyenangkan, yang mengenak¬kan, yang disukai dapat berkembang'. Para bhikkhu, hal-hal yang tidak menyenangkan, tidak mengenakkan, tidak disukai akan muncul dalam diri makhluk-makhluk yang memiliki kehendak seperti ini; hal-hal yang menyenangkan, yang mengenakkan, yang disukai akan lenyap. Terhadap hal ini para bhikkhu, apakah kiranya yang menjadi sebabnya ?"

[310] "Hal-hal pada diri kami 1, Sang Bhagava, berasal dari Sang Bhagava, tersalurkan melalui Sang Bhagava, dan Sang Bhagava sebagai penengah 2. Alangkah baiknya, Sang Bhagava, apabila arti perkataan dari Sang Bhagava dapat dijelaskan; bila telah mendengar hal ini, para bhikkhu akan mengingatnya."

"Baiklah, para bhikkhu, dengarkanlah, perhatikanlah dengan sungguh-sungguh, Aku akan berbicara."

"Baiklah, Sang Bhagava," jawab para bhikkhu serempak. Sang Bhagava berkata demikian:

"Dalam hal ini, para bhikkhu, seorang awam yang tidak terlatih, yang tidak memperhatikan hal-hal yang suci, yang tidak cakap dalam dhamma yang suci, yang tidak terlatih dalam dhamma yang suci, yang tidak memperhatikan orang-orang suci, yang tidak terlatih dalam dhamma orang-orang suci, tidak akan mengetahui hal-hal yang harus diikutinya, tidak akan mengetahui hal-hal yang harus dihindarinya, tidak akan mengetahui hal-hal yang harus dikenalinya, tidak akan mengetahui hal-hal yang harus dijauhinya. Karena tidak mengetahui hal-hal yang harus diikutinya ... yang harus dihindarinya ... yang harus dikenalinya, karena tidak mengetahui hal-hal yang harus dijauhinya, ia mengikuti hal-hal yang seharusnya dihindari, ia mengenal hal-hal yang seharusnya dihindari, ia tidak mengenal hal-hal yang harus dikenal. Saat ia mengiku¬ti hal-hal yang seharusnya dihindari, saat ia tidak mengikuti hal-hal yang seharusnya diikuti, saat ia mengenal hal-hal yang seharusnya di¬jauhi, saat ia menjauhi hal-hal yang seharusnya dikenal, maka hal-hal yang tidak menyenangkan, yang tidak mengenakkan, yang tidak disukai akan muncul, sementara hal-hal yang menyenangkan, yang mengenak¬kan, yang disukai akan lenyap. Apakah kiranya yang menjadi penyebab¬nya ? Hal ini dimungkinkan, para bhikkhu, dalam diri seorang yang bodoh. 3

Akan tetapi, para bhikkhu, seorang siswa yang terlatih dalam hal-hal suci, yang memperhatikan dhamma yang suci, yang cakap dalam dhamma yang suci, yang terlatih baik dalam dhamma yang suci, yang memperhatikan orang-orang suci, yang cakap dalam dhamma orang-orang yang suci, yang terlatih baik dalam dhamma orang-orang suci, akan mengetahui hal-hal yang seharusnya diikutinya ... yang seharusnya dihindarinya ... yang seharusnya dikenalnya, akan mengetahui hal-hal yang harus dijauhinya. Setelah mengetahui hal-hal yang seharusnya diikuti ... yang seharusnya dihindari ... yang seharusnya diketahui ... yang seharusnya dijauhi, ia akan mengikuti hal-hal yang seharusnya diikuti, akan menghindari hal-hal yang seharusnya dihindari, akan menjauhi hal-hal yang seharusnya dijauhi, akan mengetahui hal-hal yang seharusnya diketahui. Bila ia menjauhi hal-hal yang seharusnya dijauhi, bila ia mengikuti hal-hal yang seharusnya diikuti, bila ia menghindari hal-hal yang seharusnya dihindari, bila ia mengenal hal-hal yang seha¬rusnya dikenal, maka hal-hal yang tidak menyenangkan, yang tidak mengenakkan, yang tidak disukai akan lenyap, sementara itu hal-hal yang menyenangkan, yang mengenakkan, yang disukai akan tumbuh berkembang. Apakah kiranya yang menjadi penyebabnya ? Hal ini dimungkinkan, para bhikkhu, dalam diri seseorang yang bijaksana.

Para bhikkhu, ada empat (cara untuk) melaksanakan dhamma. 4 Apakah keempat cara itu ? Para bhikkhu, ada pelaksanaan dhamma yang akan menyebabkan penderitaan baik di saat ini maupun menyebabkan penderitaan di saat mendatang. Para bhikkhu, ada [311] pelaksanaan dhamma yang akan menyebabkan kebahagiaan di saat ini tetapi menye¬babkan penderitaan di saat mendatang. Para bhikkhu, ada pelaksanaan dhamma yang menyebabkan penderitaan di saat ini tetapi menyebabkan kebahagiaan di saat mendatang. Para bhikkhu, ada pelaksanaan dhamma yang menyebabkan kebahagiaan di saat ini tapi juga menyebabkan kebahagiaan di saat mendatang.

Terhadap hal ini, para bhikkhu, bahwa pelaksanaan dhamma 5 yang menyebabkan penderitaan di saat ini dan juga menyebabkan pender¬itaan di saat mendatang; bila seseorang itu bodoh dan tidak mengetahui tentang hal ini, maka ia tidak akan mengerti hal itu sesungguhnya: Inilah pelaksanaan dhamma yang menyebabkan penderitaan di saat ini dan juga penderitaan di masa mendatang. Karena bodoh dan tidak mengetahui tentang hal ini, serta tidak mengerti hal itu sesungguhnya, ia mengikuti¬nya, ia tidak menghindarinya. Saat ia mengikuti hal itu, dan tidak menghindarinya, maka hal-hal yang tidak menyenangkan, yang tidak mengenakkan, yang tidak disukai akan berkembang, sementara hal-hal yang menyenangkan, yang mengenakkan, yang disukai akan lenyap. Apakah kiranya yang menjadi penyebabnya ? Hal itu dimungkinkan, para bhikkhu, dalam diri seseorang yang bodoh tentang hal ini.

Tentang hal ini, para bhikkhu, bahwa pelaksanaan dhamma yang menimbulkan kebahagiaan di saat ini tetapi menghasilkan penderitaan di saat mendatang: bila seseorang itu bodoh dan tidak mengetahui hal ini, ia tidak mengerti hal itu sesungguhnya: Inilah pelaksanaan dhamma yang menimbulkan kebahagiaan di saat ini tetapi menimbulkan penderitaan di saat mendatang. Saat ia tidak mengikuti hal ini ... hal-hal yang menye¬nangkan, yang mengenakkan, yang disukai akan lenyap. Apakah kiranya yang menjadi penyebabnya ? Hal ini dimungkinkan, para bhikkhu, dalam diri seseorang yang bodoh tentang hal ini.

Terhadap hal ini, para bhikkhu, bahwa pelaksanaan dhamma yang menyebabkan penderitaan di saat ini tetapi menghasilkan kebahagiaan di masa mendatang; bila seseorang itu bodoh dan tidak mengetahui tentang hal ini, maka ia tidak akan mengerti hal itu sesungguhnya: Inilah pelak¬sanaan dhamma yang menyebabkan penderitaan di masa ini tetapi menimbulkan kebahagiaan di masa mendatang. Karena bodoh dan tidak mengetahui tentang hal ini, serta tidak mengerti hal itu sesungguhnya, ia tidak mengikuti hal ini, ia menghindarinya. Saat ia tidak mengikuti hal tersebut, dan menghindarinya, maka hal-hal yang tidak menyenangkan, yang tidak mengenakkan, yang tidak disukai akan berkembang, sementa¬ra hal-hal yang menyenangkan, yang mengenakkan, yang disukai akan lenyap. Apakah kiranya yang menjadi penyebabnya ? Hal ini dimungkin¬kan, para bhikkhu, dalam diri seseorang yang bodoh tentang hal ini.

Terhadap hal ini, para bhikkhu, bahwa pelaksanaan dhamma yang menyebabkan kebahagiaan pada saat ini dan juga menyebabkan kebaha¬giaan di masa mendatang; bila seseorang itu bodoh dan tidak mengetahui tentang hal ini, maka ia tidak akan mengerti hal itu sesungguhnya: Inilah pelaksanaan dhamma yang menyebabkan kebahagiaan di saat ini dan juga menghasilkan kebahagiaan di saat mendatang. Karena bodoh ... ia tidak mengikuti hal itu, ia menghindarinya. Saat ia tidak mengikuti hal terse¬but, dan menghindarinya, [312] maka hal-hal yang tidak menyenang¬kan, yang tidak mengenakkan, yang tidak disukai akan berkembang, sementara hal-hal yang menyenangkan, yang mengenakkan, yang disukai akan lenyap. Apakah kiranya yang menjadi penyebabnya ? Hal ini dimungkinkan, para bhikkhu, dalam diri seseorang yang bodoh tentang hal ini.

Terhadap hal ini, para bhikkhu, bahwa pelaksanaan dhamma yang menyebabkan penderitaan di saat ini dan juga menghasilkan penderitaan di masa mendatang; bila seseorang itu dapat mengerti serta bijaksana, maka ia akan mengerti hal itu sesungguhnya: Inilah pelaksanaan dhamma yang menyebabkan penderitaan di saat ini dan juga menghasilkan pender¬itaan di masa mendatang. Karena dapat mengerti serta bijaksana tentang hal ini, serta mengerti hal itu sesungguhnya, ia tidak mengikutinya, ia menghindarinya. Saat ia tidak mengikuti hal itu, serta menghindarinya, maka hal-hal yang tidak menyenangkan, yang tidak mengenakkan, yang tidak disukai, akan lenyap, sementara hal-hal yang menyenangkan, yang mengenakkan, yang disukai akan berkembang. Apakah kiranya yang menjadi penyebabnya ? Hal ini dimungkinkan, para bhikkhu, dalam diri seseorang yang mengerti tentang hal ini.

Terhadap hal ini, para bhikkhu, bahwa pelaksanaan dhamma yang menyebabkan kebahagiaan dalam saat ini tetapi menghasilkan penderi¬taan di masa mendatang; bila seseorang itu mengerti serta bijaksana tentang hal ini, maka ia mengerti hal itu sesungguhnya; Inilah pelaksa¬naan dhamma yang menyebabkan kebahagiaan di saat ini tetapi mengha¬silkan penderitaan di saat mendatang. Karena dapat mengerti serta bijak¬sana tentang hal ini ... hal-hal yang menyenangkan, yang mengenakkan, yang disukai akan berkembang. Apakah kiranya yang menjadi penyebab¬nya ? Hal ini dimungkinkan, para bhikkhu, dalam diri seseorang yang mengerti tentang hal ini.

Terhadap hal ini, para bhikkhu, bahwa pelaksanaan dhamma yang menyebabkan penderitaan di saat ini, tetapi menghasilkan kebahagiaan di saat mendatang; bila seseorang itu dapat mengerti serta bijaksana tentang hal ini, maka ia mengerti hal itu sesungguhnya: Inilah pelaksanaan dhamma yang menyebabkan penderitaan di saat ini tetapi menghasilkan kebahagiaan di masa mendatang. Karena mengerti serta bijaksana tentang hal ini, serta mengerti hal itu sesungguhnya, ia mengikutinya, ia tidak menghindarinya. Saat ia mengikuti hal itu, serta tidak menghindarinya, maka hal-hal yang tidak menyenangkan, yang tidak mengenakkan, yang tidak disukai akan lenyap, sementara itu hal-hal yang menyenangkan, yang mengenakkan, yang disukai akan berkembang. Apakah kiranya yang menjadi penyebabnya ? Hal ini dimungkinkan, para bhikkhu, dalam diri seseorang yang dapat mengerti tentang hal ini.

Terhadap hal ini, para bhikkhu, bahwa pelaksanaan dhamma yang menyebabkan kebahagiaan di saat ini serta juga menghasilkan kebaha¬giaan di saat mendatang; bila seseorang itu dapat mengerti serta bijaksa¬na tentang hal ini, maka ia akan mengerti hal itu sesungguhnya: Inilah pelaksanaan dhamma yang menyebabkan kebahagiaan di saat ini serta juga menghasilkan kebahagiaan di saat mendatang. Karena dapat menger¬ti serta bijaksana tentang hal ini ... hal-hal yang menyenangkan, yang mengenakkan, yang disukai akan berkembang. Apakah kiranya yang menjadi penyebabnya ? Hal ini dimungkinkan, para bhikkhu, dalam diri seseorang yang dapat mengerti tentang hal ini.
[313] Dan apakah, para bhikkhu, yang merupakan pelaksanaan dhamma yang menyebabkan penderitaan di saat ini dan menghasilkan penderitaan di saat mendatang ? Dalam hal ini, para bhikkhu, seseorang, walaupun menderita, walaupun berduka, akan membantai makhluk hidup; dan karena pembantaian terhadap makhluk hidup itulah ia mengalami pender¬itaan dan duka. Walaupun mengalami penderitaan, walaupun mengalami duka, ia mengambil apa yang tidak diberikan dan karena mengambil apa yang tidak diberikan itulah ia mengalami penderitaan dan duka. Walau¬pun mengalami penderitaan, walaupun mengalami duka, ia berkelakuan salah dalam kenikmatan inderawi ... ia menjadi pembohong ... pemfitnah ... berbicara kasar ... omong kosong ... ia menjadi iri hati ... berkeinginan jahat ... memiliki pandangan salah; dan karena pandangan salahnya ia mengalami penderitaan dan duka. Ia, setelah tubuhnya hancur dalam kematian, akan terlahir kembali di alam menyedihkan, tempat yang tidak menyenangkan, neraka Niraya yang dalam. Inilah para bhikkhu, yang dikatakan sebagai pelaksanaan dhamma yang menyebab¬kan penderitaan di saat ini dan juga menghasilkan penderitaan di saat mendatang.

Dan apakah, para bhikkhu, yang merupakan pelaksanaan dhamma yang menyebabkan kebahagiaan di saat ini tapi menghasilkan penderitaan di masa mendatang ? Dalam hal ini, para bhikkhu, seseorang, walaupun berbahagia, walaupun bergembira, akan membantai makhluk hidup; dan karena pembantaian terhadap makhluk hidup itulah ia mengalami keba¬hagiaan dan kegembiraan. Walaupun berbahagia, walaupun bergembira, ia mengambil apa yang tidak diberikan ... berkelakuan salah dalam kenikmatan inderawi ... ia menjadi pembohong ... pemfitnah ... [314] ... berbicara kasar ... omong kosong ... iri hati ... berkeinginan jahat ... memiliki pandangan salah; dan karena pandangan salahnya ia mengalami kebahagiaan dan kegembiraan. Ia, setelah tubuhnya hancur dalam kema¬tian, akan terlahir kembali di alam menyedihkan, tempat yang tidak menyenangkan, neraka Niraya yang dalam. Inilah, para bhikkhu, yang dikatakan sebagai pelaksanaan dhamma yang menyebabkan kebahagiaan di saat ini tetapi menghasilkan penderitaan di saat mendatang.

Dan apakah, para bhikkhu, yang merupakan pelaksanaan dhamma yang menyebabkan penderitaan di saat ini tetapi menghasilkan kebaha¬giaan di masa mendatang ? Dalam hal ini, para bhikkhu, seseorang walaupun menderita, walaupun berduka, tetapi ia menjauhkan diri dari pembantaian makhluk hidup; dan karena ia menjauhkan diri dari pem¬bantaian makhluk hidup, ia mengalami penderitaan dan duka. Walaupun menderita, walaupun berduka, ia adalah orang yang menjauhkan diri dari mengambil apa yang tidak diberikan ... yang menjauhkan diri dari kelakuan salah dalam kenikmatan inderawi ... yang menjauhkan diri dari kebohongan ... fitnah ... dari berbicara kasar ... dari omong kosong ... ia adalah orang yang tidak iri hati ... tidak berkehendak jahat dalam pikiran ... [315] ... yang berpandangan benar; dan karena pandangan benarnya ia menderita dan berduka. Ia, setelah tubuhnya hancur dalam kematian, akan terlahir di tempat yang menyenangkan, di surga. Inilah, para bhikkhu, yang disebut sebagai pelaksanaan dhamma yang menye¬babkan penderitaan saat ini tetapi menghasilkan kebahagiaan di saat mendatang.

Dan apakah, para bhikkhu, yang merupakan pelaksanaan dhamma yang menyebabkan kebahagiaan pada saat ini dan juga menghasilkan kebahagiaan di saat mendatang ? Dalam hal ini, para bhikkhu, seseorang, walaupun berbahagia, walaupun bergembira, adalah orang yang men¬jauhkan diri dari pembantaian makhluk hidup; dan karena menjauhkan diri dari pembantaian terhadap makhluk hidup ia berbahagia dan ber-gembira. Walaupun berbahagia, walaupun bergembira, ia menjauhkan diri dari mengambil apa yang tidak diberikan ... dari kelakuan salah dalam kenikmatan inderawi ... dari berbohong ... dari fitnah ... dari perkataan kasar ... dari omong kosong ... ia tidak iri hati ... tidak berke¬hendak jahat .... Walaupun berbahagia, walaupun bergembira, ia memi¬liki pandangan benar; dan karena pandangan benarnya ia berbahagia dan bergembira. Ia, setelah tubuhnya hancur dalam kematian, akan terlahir kembali di alam yang menyenangkan, di surga. Inilah, para bhikkhu, yang dikatakan sebagai pelaksanaan dhamma yang menyebabkan kebaha¬giaan di saat ini dan juga menghasilkan kebahagiaan di saat mendatang. Hal-hal inilah, para bhikkhu, yang merupakan empat cara pelaksanaan dhamma.

Para bhikkhu, ibaratkan terdapat buah labu pahit yang memiliki racun. Kemudian seseorang datang, berkeinginan kuat untuk hidup, berkeinginan kuat untuk tidak mati, berkeinginan kuat untuk berbahagia, dan menghindari penderitaan, kemudian seseorang lainnya berkata kepadanya demikian: 'Buah labu pahit ini memiliki racun; kalau engkau suka, makanlah; [316] tetapi saat engkau memakannya, buah itu tidak akan membahagiakan dirimu dengan warnanya, aromanya, tidak juga dengan rasanya, dan setelah engkau memakannya, engkau akan mati atau menderita laksana akan mati.' Orang itu makan tanpa memperhatikan orang yang menasehatinya itu, ia akan tetap memakannya. Saat ia makan, ia tidak akan merasa bahagia baik terhadap warna, aroma, atau¬pun rasanya, dan setelah ia makan ia akan mati ataupun menderita laksa¬na akan mati. Aku, para bhikkhu, menyatakan bahwa pelaksanaan dhamma ini adalah sama, yaitu pelaksanaan dhamma yang menimbulkan penderitaan di saat ini dan juga menghasilkan penderitaan di saat menda¬tang.

Para bhikkhu, ibaratkan terdapat minuman dalam tempat minum6 yang memiliki warna, aroma dan rasa, tetapi memiliki racun di dalam¬nya. Kemudian seseorang datang, berkeinginan kuat untuk hidup, berke¬inginan kuat untuk tidak mati, berkeinginan kuat untuk berbahagia, dan menghindari penderitaan 7, kemudian seseorang lainnya berkata kepada¬nya demikian: 'Temanku yang baik, dalam tempat minum ini terdapat minumam yang memiliki warna, aroma, dan rasa, tapi memiliki racun di dalamnya. Bila engkau suka, minumlah; dan saat engkau meminumnya, engkau akan merasa berbahagia dengan warna, aroma, dan rasanya, akan tetapi setelah engkau meminumnya, engkau akan mati ataupun menderita laksana akan mati.' Orang itu minum tanpa memperhatikan orang yang menasehatinya itu, ia akan tetap meminumnya. Saat ia minum, ia akan merasa bahagia dengan warna, aroma, dan rasanya, akan tetapi setelah ia minum ia akan mati ataupun menderita laksana mati. Aku, para bhikkhu, menyatakan bahwa pelaksanaan dhamma ini adalah sama, yaitu pelaksa¬naan dhamma yang menimbulkan kebahagiaan di saat ini tetapi mengha¬silkan penderitaan di saat mendatang.

Para bhikkhu, ibaratkan terdapat air kencing yang dicampurkan ke dalam berbagai jenis obat-obatan 8. Kemudian seseorang yang mende¬rita sakit kuning datang, dan seseorang lainnya berkata kepadanya demi¬kian: 'Temanku yang baik, ini adalah air kencing yang dicampur dengan obat-obatan. Bila engkau suka, minumlah, tetapi saat engkau meminum¬nya, engkau tidak akan senang dengan warna, aroma maupun rasanya, tetapi setelah meminumnya engkau akan sembuh.' Orang itu minum setelah memperhatikan orang itu, ia tetap meminumnya. Saat ia minum, ia tidak akan merasa senang dengan warna, aroma, ataupun rasanya, tetapi setelah minum, ia sembuh. Aku, para bhikkhu, menyatakan bahwa pelaksanaan dhamma ini adalah sama, yaitu bahwa pelaksanaan dhamma yang menimbulkan penderitaan di saat ini, tetapi menghasilkan kebaha¬giaan di saat mendatang.

Para bhikkhu, ibaratkan terdapat susu, madu, dan minyak serta gula yang dicampur jadi satu. Kemudian seseorang yang menderita disen¬tri datang, dan seseorang lainnya berkata kepadanya: 'Temanku yang baik, [317] ini adalah susu, madu, dan minyak serta gula yang dicampur jadi satu. Bila engkau suka, minumlah; saat engkau meminumnya, engkau akan merasa berbahagia dengan warna, aroma, dan rasanya; dan setelah engkau minum, engkau akan sembuh.' Orang itu minum setelah memperhatikan orang yang memberi nasehat itu, ia tetap meminumnya. Saat ia minum, ia akan merasa berbahagia dengan warna, aroma, dan rasanya dan setelah minum, ia sembuh. Aku, para bhikkhu, menyatakan bahwa pelaksanaan dhamma ini adalah sama, yaitu pelaksanaan dhamma yang menimbulkan kebahagiaan saat ini dan juga menyebabkan kebaha¬giaan di saat mendatang.

Para bhikkhu, seperti halnya 9 bulan terakhir dari musim hujan, pada saat panen ketika langit cerah tanpa awan, dan mentari yang muncul di cakrawala serta mengusir kegelapan dari seluruh langit, yang bersinar serta terang dan cemerlang - kendatipun demikian, para bhikkhu, inilah pelaksanaan dhamma yang menimbulkan kebahagiaan di saat ini dan menghasilkan kebahagiaan di saat mendatang, karena setelah menghapus ajaran-ajaran yang berlawanan dari para pertapa dan brahmana biasa, ia akan bersinar serta terang dan cemerlang."

Demikianlah yang disabdakan oleh Sang Bhagava. Para bhikkhu bergembira dan berbahagia dalam apa yang telah dibabarkan oleh Sang Bhagava.

-----------------------------------------------------------------
1. Seperti pada M.i.317, 465, iii.115; A.i.199, iv.158, 351, v.355.
2. Bhagavanpatisarana; bandingkan dengan M.iii.9 dhammapatisarana, dan M.i.295 mano patisarana.
3. Makhluk yang bodoh dan buta, MA.ii.375.
4. Bandingkan dengan di atas, halaman 368.
5. Tidak melaksanakan Pancasila; MA.ii.375, yang didasarkan pada naskah halaman 313 di bawah.
6. Bandingkan S.ii.110.
7. Seperti pada M.ii.261; S.v.170.
8. Vin.i.58, 96; It. halaman 103.
9. S.iii.156, v.44; It. halaman 20.