Sign up for PayPal and start accepting 
credit card payments instantly.
Selamat Datang di Tipitaka Pali

Google
 

Thursday, September 13, 2007

MAHA ASSAPURA SUTTA

Begitulah yang telah saya dengar :
Pada suatu waktu Sang Baghava sedang berdiam di tengah-tengah Angas; pada suatu kotapraja Angas yang namanya Assapura : Ketika Beliau berdiam di sana, Sang Baghava memanggil para bhikkhu, katanya : "Para bhikkhu." "Bhante", para bhikkhu menjawab Sang Baghava dengan sikap menghormati. Sang Baghava berkata demikian :
" 'Hai para pertapa, hai para pertapa,' maka masyarakat mengenal kalian, para bhikkhu, dan kamu bila ditanya : 'Siapakah kamu?' kalian akan memberikan jawaban : 'Kita adalah pertapa.' Maka, para bhikkhu, jadikanlah tanda-tanda dirimu, jadikanlah hasil karyamu, sehingga, para bhikkhu, kamu seharusnya melatih dirimu sendiri : 'Kita akan terus melaksanakan hal-hal di atas yang telah harus dijalankan oleh para pertapa, yang telah harus dijalankan oleh para brahmana; sehingga tanda-tanda dari diri kalian akan menjadi kebenaran dan hasil karya yang nyata; dan pemberian-pemberian dana yang kita pakai seperti bahan jubah, tempat pemondokan, obat-obatan bagi yang sakit akan mendatangkan buah yang besar dan keuntungan yang besar bagi kita; dan pembe¬rian-pemberian dana yang terus diberikan tidak akan kosong tetapi berisi dan tumbuh.'
Para bhikkhu, dan hal-hal apakah yang harus dijalankan oleh para pertapa dan harus dijalankan oleh para brahmana? Dengan berpikir : 'Kita akan diber¬kahi oleh kerendahan hati dan ketakutan akan dosa - sehingga, para bhikkhu, kalian seharusnya melatih diri kalian sendiri. Tetapi hal ini dapat terjadi pada kalian, para bhikkhu : 'Kita diberkahi oleh kerendahan hati dan ketakutan akan dosa - sampai dengan tingkat ini adalah cukup, sampai dengan tingkat ini adalah sudah dilakukan; dicapai oleh kita yang merupakan tujuan pertapaan, tidak ada lagi yang harus dilakukan oleh kita' - sampai dengan batas ini, kalian dapat mencapai kepuasan hati. Para bhikkhu, saya menegaskan kepada kalian, para bhikkhu, saya menyatakan kepada kalian : para bhikkhu, ketika kalian menjalankan hidup bertapa, jangan jatuh, selain menuju hidup bertapa, seandainya ada lagi yang harus dilakukan.
Para bhikkhu, dan apakah yang harus dilakukan lagi? Sambil berpikir : '[272] Perbuatan tubuh kita harus murni dengan sempurna, jernih, terbuka, tanpa cacat dan terkendali. Tetapi bukan karena sempurnanya perbuatan tubuh kita yang murni, kita akan mengagungkan diri kita sendiri atau meremehkan orang lain - sehingga, para bhikkhu, kalian seharusnya melatih diri kalian sendiri. Tetapi hal ini dapat terjadi pada kalian, para bhikkhu : 'Kita diber¬kahi dengan kerendahan hati dan ketakutan akan dosa; perbuatan tubuh kita adalah sungguh-sungguh murni - sampai dengan tingkat ini adalah cukup, sampai dengan tingkat ini adalah sudah dilakukan; dicapai oleh kita yang merupakan tujuan pertapaan, tidak ada lagi yang harus dilakukan oleh kita' - sampai dengan batas ini, kalian dapat mencapai kepuasan hati. Para bhikkhu saya menegaskan kepada kalian, para bhikkhu, saya menyatakan kepada kalian : ketika kalian menjalankan hidup bertapa, jangan jatuh, selain menuju hidup bertapa, seandainya ada lagi yang harus dilakukan.
Para bhikkhu, dan apakah yang harus dilakukan lagi? Sambil berpikir : 'Perbuatan kita dalam ucapan harus murni dengan sempurna, jernih, terbuka, tanpa cacat dan terkendali. Tetapi bukan karena sempurnanya ucapan kita yang murni, kita akan mengagungkan diri kita sendiri atau meremehkan orang lain' - sehingga, para bhikkhu, kalian seharusnya melatih diri kalian sendiri. Tetapi hal ini dapat terjadi pada kalian, para bhikkhu : 'Kita akan diberkahi dengan kerendahan hati dan ketakutan akan dosa; perbuatan tubuh kita adalah murni dengan sempurna; perbuatan kita dalam ucapan adalah murni dengan sempurna - sampai dengan tingkat ini adalah cukup ...' sampai dengan batas ini, kalian dapat mencapai kepuasan hati. Para bhikkhu, saya menegaskan kepada kalian ... seandainya ada lagi yang harus dilakukan.
Para bhikkhu, dan apakah yang harus dilakukan lagi? Sambil berpikir : 'Perbuatan kita dalam pikiran harus murni dengan sempurna, jernih, terbuka, tanpa cacat dan terkendali. Tetapi bukan karena sempurnanya perbuatan pikiran kita yang murni, kita akan mengagungkan diri kita sendiri atau meremehkan orang lain' - sehingga, para bhikkhu, kalian seharusnya melatih diri kalian sendiri. Tetapi hal ini dapat terjadi pada kalian, para bhikkhu : Kita akan diberkahi dengan kerendahan hati dan ketakutan akan dosa; perbuatan tubuh kita adalah murni dengan sempurna, perbuatan kita dalam ucapan adalah murni dengan sempurna; perbuatan kita dalam pikiran adalah murni dengan sempurna - sampai dengan tingkat ini adalah cukup ...' sampai dengan batas ini, kalian dapat mencapai kepuasan hati. Para bhikkhu, saya menegaskan kepada kalian ... seandainya ada lagi yang harus dilakukan.
Para bhikkhu, dan apakah yang harus dilakukan lagi? Sambil berpikir : 'Cara dari kehidupan kita harus murni dengan sempurna, jernih, terbuka, tanpa cacat dan terkendali. Tetapi bukan karena sempurnanya cara kehidupan yang murni ini, kita akan mengagungkan diri kita sendiri atau meremehkan orang lain' - sehingga, para bhikkhu, kalian seharusnya melatih diri kalian sendiri. Tetapi hal ini dapat terjadi pada kalian, para bhikkhu : 'Kita diberkahi dengan kerendahan hati dan ketakutan akan dosa; perbuatan tubuh kita adalah murni dengan sempurna, perbuatan kita dalam ucapan adalah murni dengan sempur¬na; perbuatan kita dalam pikiran adalah murni dengan sempurna; cara kehidupan kita adalah murni dengan sempurna - [273] sampai dengan tingkat ini adalah cukup ...' sampai dengan batas ini, kalian dapat mencapai kepuasan hati. Para bhikkhu, saya menegaskan kepada kalian ... seandainya ada lagi yang harus dilakukan.
Para bhikkhu, dan apakah yang harus dilakukan lagi? Sambil berpikir : 'Kita harus berjaga-jaga dalam hal pintu-pintu dari alat-alat penginderaan; setelah melihat bentuk-bentuk jasmaniah dengan mata, kita tidak tertarik dengan penampakkan yang umum, kita tidak tertarik dengan seluk beluk; jika seandainya seseorang memiliki pandangan yang tidak terkendali, yang melekat dan yang mengesalkan hati, keadaan pikiran yang tak terlatih ini adalah jahat dan dapat berkuasa. Setelah mendengarkan suatu bunyi-bunyian dengan telinga ... setelah mencium suatu wangi-wangian dengan hidung ... setelah mengecap suatu rasa dengan lidah ... setelah merasakan suatu sentuhan dengan tubuh ... setelah mengenali suatu obyek bathiniah dengan pikiran, kita tidak tertarik dengan penampakkan yang umum, kita tidak tertarik dengan seluk beluk; jika seandainya seseorang memiliki pikiran yang tidak terkendali, yang melekat dan yang mengesalkan hati, keadaan pikiran yang tidak terkendali ini adalah jahat dan dapat berkuasa. Kita akan mengendalikan pikiran - para bhikkhu, ini adalah cara bagaimana kalian seharusnya melatih diri kalian sendiri. Tetapi hal ini dapat terjadi pada kalian, para bhikkhu : 'Kita diberkahi dengan kerendahan hati dan ketakutan akan dosa; perbuatan tubuh kita adalah murni dengan sempurna; perbuatan kita dalam ucapan adalah murni dengan sempurna; perbuatan kita dalam pikiran adalah murni dengan sempurna; cara kehidupan kita adalah murni dengan sempurna, pintu-pintu dari alat penginderaan kita adalah dijaga' - ini adalah cara bagaimana kalian seharusnya melatih diri kalian sendiri - sampai dengan tingkat ini adalah cukup ...' sampai dengan batas ini, kalian dapat mencapai kepuasan hati. Para bhikkhu, saya menegaskan kepada kalian, para bhikkhu, saya menyatakan kepada kalian ... seandainya ada lagi yang harus dilakukan.
Para bhikkhu, dan apakah yang harus dilakukan lagi? Sambil berpikir : 'Kita harus sewajarnya dalam makanan, kita harus makan dengan hati-hati, tidak untuk kesenangan atau kegembiraan atau perhiasan atau keindahan, tetapi dengan secukupnya untuk merawat tubuh ini dan menjaganya tetap sehat, untuk menjaga¬nya dari penyakit, seperti pada kehidupan Brahmana; dengan pikiran : Saya telah menghancurkan perasaan yang lama, dan saya harus tidak membiarkan pera¬saan baru itu muncul, agar supaya akan ada kebebasan dari rasa bersalah dan hidup dalam kesenangan' - sehingga, para bhikkhu, kalian seharusnya melatih diri kalian sendiri. tetapi hal ini dapat terjadi pada kalian, para bhikkhu : 'Kita diberkahi dengan kerendahan hati dan ketakutan akan dosa; perbuatan tubuh kita adalah murni dengan sempurna; perbuatan kita dalam ucapan ... dalam pikiran ... cara kehidupan kita adalah murni dengan sempurna; pintu-pintu dari alat penginderaan kita adalah dijaga; kita sewajarnya dalam makanan - sampai dengan tingkat ini adalah cukup ... ' sampai dengan batas ini, kalian dapat mencapai kepuasan hati. Para bhikkhu, saya menegaskan kepada kalian ... sean¬dainya ada lagi yang harus dilakukan.
Para bhikkhu, dan apakah yang harus dilakukan lagi? Sambil berpikir : 'Kita harus sungguh-sungguh waspada; sepanjang hari, melangkah bolak-balik, duduk, kita harus membersihkan pikiran kita dari obyek batiniah yang cendrung menghalangi : selama jaga malam pertama. [274] melangkah bolak-balik, seraya duduk kita harus membersihkan pikiran kita dari obyek batiniah yang cende¬rung menghalangi, selama jaga malam pertengahan, kita harus membaringkan diri pada sisi kanan kita dalam posisi singa, melangkahkan kaki satu per satu, waspada, sadar dengan jelas, merawat pikiran selagi bangun kembali; selama jaga malam terakhir, bangun, melangkah bolak-balik, duduk, kita harus member¬sihkan pikiran dari obyek bathiniah yang cenderung menghalangi - sehingga, para bhikkhu, kalian seharusnya melatih diri kalian sendiri. Tetapi hal ini dapat terjadi pada kalian, para bhikkhu : 'Kita diberkahi dengan kerendahan hati dan ketakutan akan dosa; perbuatan tubuh kita adalah murni dengan sempur¬na; perbuatan kita dalam ucapan ... dalam pikiran ... cara kehidupan kita adalah murni dengan sempurna; pintu-pintu dari alat penginderaan kita adalah dijaga; kita sewajarnya dalam makanan; kita sungguh-sungguh waspada - sampai dengan tingkat ini adalah cukup ...' sampai dengan batas ini, kalian dapat mencapai kepuasan hati. Para bhikkhu, saya menegaskan kepada kalian ... sean¬dainya ada lagi yang harus dilakukan.
Para bhikkhu, dan apakah yang harus dilakukan lagi? Sambil berpikir : Kita harus mengendalikan kewaspadaan dan kesadaran dengan jelas, bertindak dengan kesadaran yang jelas, baik berangkat atau pulang kembali ... baik melihat ke bawah atau melihat ke sekeliling ... baik membungkuk atau meren¬tangkan tangan ... baik membawa jubah luar, mangkuk, jubah .. baik mengunyah, minum, makan, mengecap ... baik membuang hajat, bertindak dengan kesadaran yang jelas ketika berjalan, berdiri, duduk, tidur, bangun tidur, berbicara, diam' - sehingga, para bhikkhu, kalian seharusnya melatih diri kalian sen¬diri. Tetapi hal ini dapat terjadi pada kalian, para bhikkhu : 'Kita diberkahi dengan kerendahan hati dan ketakutan akan dosa; perbuatan tubuh kita adalah murni dengan sempurna; perbuatan kita dalam ucapan .. perbuatan kita dalam ingatan .. cara kehidupan kita adalah murni dengan sempurna; pintu-pintu dari alat penginderaan kita adalah dijaga; kita sewajarnya dalam makanan; kita sungguh-sungguh waspada; kita mengendalikan kewaspadaan dan kesadaran dengan jelas - sampai dengan tingkat ini adalah cukup, sampai dengan tingkat ini adalah dilakukan; dicapai oleh kita yang merupakan tujuan pertapaan, tidak ada lagi yang harus dilakukan' - sampai dengan batas ini, kalian dapat mencapai kepuasan hati. Para bhikkhu, saya menegaskan kepada kalian, para bhikkhu saya menyatakan kepada kalian : ketika kalian menjalankan hidup bertapa, jangan jatuh, selain menuju hidup bertapa, seandainya ada lagi yang harus dilakukan.
`Para bhikkhu, dan apakah yang harus dilakukan lagi? Para bhikkhu, jika seandainya seorang bhikkhu memilih sebuah pemondokan yang terpencil di dalam hutan, pada akar dari suatu pohon, pada suatu lereng gunung, dalam suatu hutan belantara, dalam suatu gua bukit, dalam suatu biara, dalam suatu hutan yang sering dikunjungi, di tempat yang terbuka atau pada tumpukan jerami. Pulang kembali dari mengumpulkan makanan setelah menyantap makanan, dia duduk bersi¬la, menegakkan punggungnya, setelah membuat kesadaran muncul di depannya. Dengan menyingkirkan kemelekatan duniawi, dia berdiam dalam pikiran yang tidak melekat, dia menyucikan pikiran dari kemelekatan. Dengan menyingkirkan noda-noda kemauan yang buruk, dia berdiam dalam pikiran yang benar, [275] berbelas kasih akan keselamatan semua mahluk hidup, dia menyucikan pikiran dari noda-noda kemauan yang buruk. Dengan menyingkirkan kemalasan dan kelambanan, dia berdiam tanpa kemalasan dan kelambanan; melihat sinar, waspada, sadar dengan jelas, dia menyucikan pikirannya dari kemalasan dan kelambanan. Dengan meny¬ingkirkan kegelisahan dan kekhawatiran, dia berdiam dalam ketenangan, subyek pikiran ditenangkan, dia menyucikan pikiran dari kegelisahan dan kekhawatiran. Dengan menyingkirkan keragu-raguan, dia berdiam dengan tidak ragu-ragu, bebas dari kebingungan seperti sampai pada keadaan yang terlatih, dia menyucikan pikiran dari keragu-raguan.
Para bhikkhu, seperti seorang laki-laki yang membuat perjanjian hutang, menjalankan kehidupan hari demi hari, dan seandainya kehidupannya berhasil, dan seandainya dia memiliki kelebihan dalam harta benda, dia akan menikahi seorang isteri, hal ini akan terjadi padanya : 'Dahulu, saya setelah membuat perjanjian hutang, menjalankan kehidupan, dan kehidupan ini berhasil, maka saya melunasi hutang lama, dan setelah mendapatkan hasil yang berlebih dalam harta benda, saya akan menikahi seorang isteri.' Dengan jalan ini, dia akan mendapatkan kesenangan, dia akan mencapai kegembiraan.
Para bhikkhu, dan seperti seorang laki-laki yang menjadi sasaran penya¬kit, dalam kesakitan, sakit yang berat, dan tidak dapat mencerna makanannya, dan tidak ada kekuatan dalam tubuhnya, tetapi seandainya setelah lewat dari masa sakit, dia memulihkan diri dari penyakit dan dapat mencerna makanannya dan ada kekuatan dalam tubuhnya, hal ini dapat terjadi padanya : 'Dahulu, saya menjadi sasaran penyakit, dalam kesakitan, sakit yang berat, dan tidak dapat mencerna makanan saya, dan tidak ada kekuatan dalam tubuh saya, tetapi seka¬rang saya dapat memulihkan diri dari penyakit, saya mencerna makanan saya, ada kekuatan dalam tubuh saya.' Dengan jalan ini, dia akan mendapatkan kesenangan, dia akan mencapai kegembiraan.
Para bhikkhu, dan seperti seorang laki-laki yang mungkin ditahan di dalam penjara, tetapi setelah waktunya lewat, dia dibebaskan dari tahanan, aman dan sehat, dan tanpa kehilangan hartanya, hal ini dapat terjadi padanya : 'Dahulu, saya ditahan dalam penjara, tetapi sekarang saya bebas dari tahanan, sehat dan selamat, dan tanpa kehilangan harta saya.' Dengan jalan ini, dia akan mendapatkan kesenangan, dia akan mencapai kegembiraan.
Para bhikkhu, seolah-olah seorang laki-laki menjadi budak, bukan sebagai tuannya sendiri, sebagai subyek bagi orang lain, tidak dapat pergi ke tempat dia suka, tetapi setelah waktunya lewat, dia bebas dari perbudakan, sebagai tuannya sendiri, tidak menjadi subyek bagi orang lain, dapat pergi ke tempat dia suka; hal ini dapat terjadi padanya : 'Dahulu, saya adalah budak, tidak menjadi tuan bagi saya sendiri, [276] sebagai subyek bagi orang lain, tidak dapat pergi ke tempat yang saya suka.' Dengan jalan ini, dia akan mendapatkan kesenangan, dia akan mencapai kegembiraan.
Para bhikkhu, seperti seorang laki-laki yang kaya dan makmur yang mung¬kin sedang bepergian pada sebuah jalan yang melewati hutan belantara dan setelah waktunya lewat, dapat muncul rasa aman dan rasa sehat dan tanpa kehilangan harta miliknya, hal ini dapat terjadi padanya : 'Dahulu, saya sebagai orang yang kaya dan makmur, sedang bepergian pada sebuah jalan yang melewati hutan belantara, tetapi sekarang saya dapat memunculkan rasa aman dan rasa sehat dengan tanpa kehilangan harta milik saya.' Dengan jalan ini, dia akan mendapatkan kesenangan, dia akan mencapai kegembiraan.
Dengan menyingkirkan lima halangan yang merupakan kotoran dari pikiran dan yang melemahkan intuisi kebijaksanaan, menjauhkan diri dari kesenangan inderawi, menjauhkan diri dari keadaan pikiran yang tidak terlatih, dia mema¬suki dan berdiam dalam meditasi tingkat pertama dengan disertai oleh pikiran awal dan pikiran yang mengembara, dan hal ini terlahir dari menyepi, dan akan bergairah dan bergembira. Dia merendamnya, memenuhinya, menembusnya dan menu¬tupi seluruh tubuhnya dan hal ini adalah terlahir karena menyepi; tidak ada bagian dari seluruh tubuhnya yang tidak tertutupi dengan kegairahan dan kegem¬biraan, dikarenakan hidup menyepi. Para bhikkhu, seperti seorang pembantu pemandi yang terlatih atau muridnya, setelah memerciki dengan bubuk sabun ke dalam bejana perunggu, dapat mencampurkannya bersama-sama dengan sejumlah air sampai bola busa menyerap embun, adalah merendamnya dengan embun, adalah menutupi dengan embun pada bagian dalam dan pada bagian luar, tetapi tidak memancarkan - para bhikkhu, meskipun demikian, seorang bhikkhu harus meren¬damnya, memenuhinya, menembusnya, menutupi seluruh tubuhnya dengan kegairahan dan kegembiraan, yang terlahir karena menyepi; tidak ada bagian dari keseluru¬han tubuhnya yang tidak tertutupi dengan kegairahan dan kegembiraan, yang terlahir karena menyepi.
Para bhikkhu, dan sekali lagi, seorang bhikkhu dengan pikiran yang mengawali dan pikiran yang mengembara, dengan menenangkan subyek pikiran dan terpanah pada satu titik, memasuki dan berdiam di dalam metidasi tingkat kedua dengan tidak adanya pikiran yang mengawali dan pikiran yang mengembara, adalah terlahir karena konsentrasi, dan akan begairah dan bergembira. Dia merendam¬nya, memenuhinya, menembusnya, meliputi seluruh tubuhnya dengan kegairahan dan kegembiraan, yang lahir karena konsentrasi; tidak ada bagian dari seluruh tubuhnya yang tidak ditutupi dengan kegairahan dan kegembiraan, yang lahir karena konsentrasi. Para bhikkhu, seperti sebuah kolam air [277] yang airnya terpancar di dalamnya, yang tidak mempunyai cerukan air pada bagian timur, yang tidak mempunyai cerukan air pada bagian barat, yang tidak mempunyai cerukan air pada bagian utara, yang tidak mempunyai cerukan air pada bagian selatan, dan jika seandainya dewa mencurahkan ke bawah air hujan, jatuh pada atas kolam air sekali-sekali, namun arus air yang dingin telah terpancar dari kolam, akan merendamnya, memenuhinya, menembusnya, menutupi kolam ini dengan air dingin. Para bhikkhu, meskipun demikian seorang bhikkhu merendamnya, memenuhinya, menembusnya, meliputi seluruh tubuhnya dengan kegairahan dan kegembiraan, yang terlahir karena konsentrasi; tidak ada bagian dari seluruh tubuhnya yang tidak tertutup dengan kegairahan dan kegembiraan, yang terlahir karena konsentrasi.
Para bhikkhu, dan sekali lagi, seorang bhikkhu yang menghilangkan kegai¬rahan, berdiam dengan keseimbangan, penuh perhatian dan sadar dengan jelas dan mengalami dalam pribadinya, dengan kegembiraan sebagai suku ariya berkata : 'Rasa gembira itu berada pada seseorang yang seimbang dan penuh kesadaran,' dan dia memasukinya dan berdiam dalam meditasi tingkat ketiga. Dia merendam¬nya, memenuhinya, menembusnya, menutupi seluruh tubuh ini dengan kegembiraan, juga tanpa adanya kegairahan; tidak ada bagian dari seluruh tubuhnya yang tidak tertutup dengan kegembiraan, juga tanpa adanya kegairahan. Seperti pada sebuah kolam teratai putih atau kolam teratai merah atau teratai biru, bebera¬pa teratai putih atau teratai merah atau teratai biru yang tumbuh dalam air, berkembang dalam air, tidak pernah muncul ke permukaan, tetapi berkembang ke bawah - teratai-teratai ini dari akarnya sampai ke puncaknya adalah terendam, terpenuhi, tertembus, tertutup seluruh tubuhnya dengan kegembiraan, juga tanpa adanya kegairahan. Para bhikkhu, meskipun demikian seorang bhikkhu merendamnya, memenuhinya, menembusnya, menutupi seluruh tubuhnya dengan kegem¬biraan, juga tanpa adanya kegairahan; tidak ada bagian dari seluruh tubuhnya yang tidak tertutup dengan kegembiraan, juga tanpa adanya kegairahan.
Para bhikkhu, dan sekali lagi, seorang bhikkhu yang menyingkirkan kegem¬biraan dan penderitaan, dengan mengurangi kesenangan dan kesedihan yang dahu¬lu, dia memasukinya dan berdiam dalam meditasi tingkat keempat, yang tanpa adanya penderitaan juga tanpa adanya kegembiraan, dan murni dengan sepenuhnya dalam keseimbangan dan kewaspadaan. Setelah dia menutupi tubuhnya dengan pikiran yang murni sepenuhnya, jernih sepenuhnya, dia duduk bersamadi; tidak ada bagian dari seluruh tubuhnya yang tidak tertutup dengan pikiran yang murni sepenuhnya dan jernih sepenuhnya. Para bhikkhu, seperti seorang bhikkhu, yang duduk bersamadi, dia membajui dirinya termasuk kepalanya dengan kain putih. Para bhikkhu, meskipun demikian, seorang bhikkhu setelah menutupi seluruh tubuh dengan pikiran yang murni sepenuhnya, dia duduk bersamadi; tidak ada bagian dari seluruh tubuhnya yang tidak tertutup dengan pikiran yang murni sepenuhnya dan jernih sepenuhnya.
Dengan pikiran yang terkendali, dia sungguh-sungguh murni, sungguh jernih, tanpa cacat, tanpa noda, berkembang dan bekerja halus, tetap, tak bergerak, mengarahkan pikirannya menuju pengetahuan dan mengingat tempat tinggal sebelumnya ... Sehingga dia mengingat lebih dari satu kehidupan sebe¬lumnya dalam semua bentuk dan seluk beluknya. Para bhikkhu, seperti seorang laki-laki yang akan pergi dari desanya sendiri menuju desa yang lain, dan akan pergi dari desa yang satu menuju desa yang lain, dan seolah-olah dia akan kembali lagi ke desanya sendiri. Hal ini dapat terjadi padanya : 'Saat ini saya pergi dari desa saya sendiri menuju desa yang lain, di sana saya berdiri di suatu jalan, duduk di suatu jalan, berbicara di suatu jalan, diam di suatu jalan. Dan dari desa itu saya pergi ke desa yang lainnya, di sana saya berdiri di suatu jalan, duduk di suatu jalan, berbicara di suatu jalan, diam di suatu jalan . Kemudian saya kembali lagi dari desa itu menuju desa saya sendiri.' Para bhikkhu, meskipun demikian, seorang bhikkhu, akan mengingat sejumlah tempat tinggal dia sebelumnya, dari satu kelahiran dan dua kelahiran ... Sehingga dia mengingat lebih dari satu kehidupan sebelumnya dalam semua bentuk dan seluk beluknya.
Dengan pikiran yang terkendali, dia sungguh-sungguh murni, sungguh-sungguh jernih, tanpa cacat, tanpa noda, berkembang dan bekerja halus, tetap, tak bergerak, mengarahkan pikirannya menuju pengetahuan untuk mengingat masa lalu dan munculnya para mahluk hidup. Dengan kesucian pandangan dewa ... [279] ... Sehingga dengan kesucian pandangan dewa, yang melampaui kemampuan manusia, dia melihat masa lalu dan masa yang akan datang, dia mengerti mah¬luk-mahluk yang buruk, baik, menarik, jelek, kelahiran baik, kelahiran buruk, sesuai dengan akibat dari perbuatan-perbuatan mereka. Para bhikkhu, seolah-olah seperti dua buah rumah dengan pintu-pintunya, seorang laki-laki yang memiliki pandangan, berdiri di antara kedua rumah itu, dapat melihat orang-orang yang memasuki rumah dan tinggal di dalamnya dan pergi bolak-balik dan berjalan menyeberang. Para bhikkhu, meskipun demikian seorang bhikkhu dengan pandangan dewa yang murni, yang melebihi kemampuan manusia, melihat mahluk-mahluk pada kelahiran yang dahulu, pada kelahiran yang akan datang, dan men¬gerti mahluk-mahluk itu ada yang buruk, baik, menarik, jelek, kelahiran buruk, kelahiran baik ... sesuai dengan akibat dari perbuatan-perbuatan mereka.
Dengan pikiran yang terkendali, dia sungguh-sungguh murni, sungguh-sungguh jernih, tanpa cacat, tanpa noda, tumbuh dan bekerja halus, tetap, tak bergerak, mengarahkan pikirannya menuju pengetahuan akan pemusnahan kebusukan ... Ketika dia mengerti hal demikian, melihat hal demikian. pikiran¬nya bebas dari kebusukan kesenangan inderawi, pikirannya bebas dari kebusukan akan kelahiran kembali, pikirannya bebas dari kebusukan yang membodohkan. Dengan pengetahuan ini, dia menjadi bebas dan dia menjadi mengerti : Menghan¬curkan kelahiran kembali, membawanya sampai mencapai tingkat Brahma, telah menjalankan apa yang harus dikerjakan, tidak ada lagi keadaan kelahiran yang demikian. Para bhikkhu, dia yang telah bebas, seperti kolam air yang murni, jernih dan tenang, dia yang memiliki pandangan berdiri pada tepi kolam air itu dan dapat melihat tiram-tiraman, kerang-kerangan, juga batu-batu kerikil dan batu-batu koral, dan sekawanan ikan yang bergerak dan diam. Hal ini dapat terjadi pada kalian, para bhikkhu : Kolam air ini adalah murni, jernih, te-nang, di sini tiram-tiraman dan kerang-kerangan, [280] dan batu-batu kerikil dan batu-batu koral, dan sekawanan ikan bergerak dan diam. Para bhikkhu, meskipun demikian seorang bhikkhu yang mengerti kenyataan : Ini adalah pender¬itaan ... dia mengerti kenyataannya : Ini adalah jalan menuju berhentinya kebusukan. Ketika dia mengetahuinya demikian, melihatnya demikian, pikirannya bebas dari kebusukan kesenangan indera dan pikirannya bebas dari kebusukan akan kelahiran kembali dan pikirannya bebas dari kebusukan yang membodohkan. Dengan pengetahuan ini, _]SPH_Q s dan dia menjadi mengerti : Menghan¬curkan kelahiran kembali, membawanya sampai mencapai tingkat Brahma, telah menjalankan apa harus yang dikerjakan, tidak ada lagi keadaan kelahiran yang demikian.
Para bhikkhu, seorang bhikkhu akan dipanggil sebagai seorang pertapa, dan sebagai seorang brahmana, dan sebagai seorang pemandi, dan sebagai seorang yang ahli dalam adat dan ilmu pengetahuan, dan sebagai seorang cendikiawan dan sebagai seorang suku ariya, dan sebagai seorang Yang Sempurna. Para bhikkhu, dan bagaimanakah seorang bhikkhu adalah sebagai seorang pertapa? Perbuatan jahat, keadaan pikiran yang tak terlatih yang berhubungan dengan kekotoran dan kelahiran kembali, ketakutan, yang menjadi penyebab penderitaan, yang akan menuju kelahiran kembali, usia tua dan kematian pada waktu yang akan datang, ditenangkan olehnya. Para bhikkhu, demikianlah seorang bhikkhu adalah sebagai seorang pertapa.
Para bhikkhu, dan bagaimana seorang bhikkhu sebagai seorang brahmana? Perbuatan jahat, keadaan pikiran yang tak terlatih yang berhubungan dengan kekotoran ... yang akan menuju kelahiran kembali, usia tua dan kematian pada waktu yang akan datang, tidak menjadi bagian darinya. Para bhikkhu, demikian¬lah seorang bhikkhu adalah sebagai seorang pertapa.
Para bhikkhu, dan bagaimanakah seorang bhikkhu sebagai seorang pemandi? Perbuatan jahat, keadaan pikiran yang tak terlatih yang berhubungan dengan kotoran ... yang akan menuju kelahiran kembali, usia tua dan kematian pada waktu yang akan datang, telah dibersihkan olehnya. Para bhikkhu, demikianlah seorang bhikkhu adalah sebagai seorang pemandi.
Para bhikkhu, dan bagaimanakah seorang bhikkhu sebagai seorang yang ahli dalam adat dan ilmu pengetahuan? Perbuatan jahat, keadaan pikiran yang tak terlatih yang berhubungan dengan kekotoran ... yang akan menuju kelahiran kembali, usia tua dan kematian pada waktu yang akan datang, telah dimengerti olehnya. Para bhikkhu, demikianlah seorang bhikkhu adalah sebagai seorang yang ahli dalam adat dan ilmu pengetahuan.
Para bhikkhu, dan bagaimanakah seorang bhikkhu sebagai seorang cendikia¬wan? Perbuatan jahat, keadaan pikiran yang tak terlatih yang berhubungan dengan kekotoran ... yang akan menuju kelahiran kembali, usia tua dan kematian pada waktu yang akan datang, telah dilenyapkan darinya. Para bhikkhu, demiki¬anlah seorang bhikkhu adalah sebagai seorang cendikiawan.
Para bhikkhu, dan bagaimanakah seorang bhikkhu sebagai seorang suku ariya? Perbuatan jahat, keadaan pikiran yang tak terlatih yang berhubungan dengan kekotoran ... yang akan menuju kelahiran kembali, usia tua dan kematian pada waktu yang akan datang, telah dibuat jauh dari dirinya. Para bhikkhu, demikianlah seorang bhikkhu adalah sebagai seorang suku ariya.
Para bhikkhu, dan bagaimanakah seorang bhikkhu sebagai seorang Yang Sempurna? Perbuatan jahat, keadaan pikiran yang tak terlatih yang berhubungan dengan kekotoran dan kelahiran kembali, ketakutan, yang menjadi penyebab penderitaan, yang akan menuju kelahiran kembali, usia tua dan kematian pada waktu yang akan datang, telah dibuat jauh darinya. Para bhikkhu, demikianlah seorang bhikkhu adalah sebagai seorang Yang Sempurna.
Begitulah yang telah Sang Baghava katakan. Dalam kegembiraan , para bhikkhu ini senang terhadap apa yang Sang Baghava telah katakan.